Sukses

Korea Utara Akui Pemisahan Proksi Rusia di Ukraina Timur

Korea Utara mengakui pemisahan wilayah di Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara pada Rabu (13 Juli) mengakui dua "republik rakyat" yang memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai negara merdeka, kata seorang pemimpin separatis dan kantor berita resmi Korea Utara.

Dilansir laman Channel News Asia, Kamis (14/7/2022), langkah itu membuat Korea Utara menjadi negara ketiga setelah Rusia dan Suriah yang mengakui dua entitas yang memisahkan diri, Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), di wilayah Donbas Ukraina.

Dalam sebuah posting di saluran Telegram-nya, pemimpin DPR Denis Pushilin mengatakan dia berharap untuk "kerja sama yang bermanfaat" dan meningkatkan perdagangan dengan Korea Utara, negara bersenjata nuklir yang terisolasi lebih dari 6.500 km jauhnya.

Kedutaan Besar DPR di Moskow memposting foto di saluran Telegramnya tentang upacara di mana duta besar Korea Utara untuk Moskow, Sin Hong-chol, menyerahkan sertifikat pengakuan kepada utusan DPR Olga Makeyeva.

Pejabat Korea Utara KCNA mengkonfirmasi pada hari Kamis bahwa menteri luar negeri negara itu Choe Son Hui mengirim surat kepada rekan-rekannya di kedua wilayah pada hari Rabu, mengakui kemerdekaan mereka.

"Dalam surat-surat itu, dia ... menyatakan keinginan untuk mengembangkan hubungan antarnegara dengan negara-negara itu dalam gagasan kemerdekaan, perdamaian dan persahabatan," kata KCNA.

Ukraina segera memutuskan hubungan dengan Pyongyang atas langkah tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Pengakuan Penduduk Donetsk

Tetapi pengakuan itu disambut oleh beberapa penduduk Donetsk yang tinggal di "republik" yang memproklamirkan diri.

"Tentu saja saya senang," kata Olga, yang menolak menyebutkan nama keluarganya. "Biarkan lebih banyak yang mengenali kami, sehingga semua orang tahu kami ada di sini."

Anastasia, yang juga menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan kepada Reuters bahwa semakin banyak negara yang mengakui entitas tersebut, semakin kecil kemungkinan Kyiv untuk merebut kembali kendali wilayah yang direbut oleh separatis dukungan Rusia dan angkatan bersenjata Rusia. "Selangkah demi selangkah kita bergabung di panggung dunia," katanya.

3 dari 3 halaman

Dukungan Rusia

Rusia, yang telah mendukung wilayah tersebut sejak 2014, mengakui mereka pada malam invasinya ke Ukraina dalam sebuah langkah yang dikutuk oleh Kyiv dan Barat sebagai tindakan ilegal.

Rusia membenarkan keputusannya untuk melancarkan perang, yang disebutnya "operasi militer khusus", dengan mengatakan bahwa pihaknya melindungi penutur bahasa Rusia yang tinggal di sana dari "genosida".

Kyiv dan Barat telah menolak pernyataan ini sebagai dalih untuk mengobarkan perang dan merebut sebagian besar wilayah Ukraina.

Korea Utara sebelumnya menyatakan dukungan untuk pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.