Sukses

Kasus Harian COVID-19 di Jepang Nyaris 100 Ribu, Tokyo Siaga Level Tertinggi

Area Tokyo di Jepang masuk ke level siaga tertinggi. Perdana Menteri Fumio Kishida minta masyarakat waspada maksimal.

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah metropolitan Tokyo telah meningkatkan level siaga COVID-19 menjadi level tertinggi pada Kamis (14/7/2022). Level naik jadi nomor 4 yang merupakan level tertinggi pada klasifikasi pandemi Jepang.

Dilaporkan Kyodo, keputusan itu diambil akibat sub-varian BA.5 dari Omicron yang membuat kasus meningkat. Alhasil, Jepang masuk ke gelombang 7 dari pandemi COVID-19.

Perdana Menteri Fumio Kishida turut meminta seluruh masyarakat Jepang untuk siaga maksimal melawan COVID-19, namun belum ada tambahan pembatasan secara nasional untuk saat ini.

PM Kishida juga berkata pemerintah akan mempercepat vaksinasi. Sebanyak 8 juta petugas kesehatan dan perawat ditargetkan untuk mendapat suntikan vaksin Virus Corona COVID-19 keempat.

Menurut data situs COVID-19 di Jepang, ada 94 ribu kasus baru pada 13 Juli 2022. Angka itu naik dari 75 ribu pada sehari sebelumnya. Sebanyak 69 ribu butuh perawatan rumah sakit. Angka kematian bertambah 29 orang.

Kasus kumulatif Tokyo berjumlah 1,6 juta kasus, tertinggi di Jepang. Selanjutnya kasus tinggi ada di Osaka (10 juta kasus), Kanagawa (816 ribu), Aichi (592 ribu), Saitama (592 ribu), dan Chiba (484 ribu).

Pada situs COVID-19 Jepang, ada juga imbauan untuk menghindari 3C: Closed spaces with poor ventilation (ruangan tertutup dengan ventilasi buruk), crowded places (tempat ramai), dan close-contact settings (kontak dekat). 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

WHO: Pandemi COVID-19 Masih Jauh dari Kata Selesai

Gelombang baru infeksi COVID-19 menunjukkan pandemi itu "masih jauh dari berakhir", kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Selasa (12 Juli), menyuarakan keprihatinan virus itu "berjalan bebas".

Dilansir Channel News Asia, Rabu (13/7), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dia khawatir bahwa jumlah kasus terus meningkat, memberikan tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan pekerja. 

"Gelombang baru virus menunjukkan lagi bahwa COVID-19 belum berakhir," katanya pada konferensi pers, menambahkan: "Ketika virus mendorong kita, kita harus mendorongnya kembali."

“Virus ini berjalan bebas dan negara-negara tidak efektif mengelola beban penyakit berdasarkan kapasitasnya, baik dari segi rawat inap untuk kasus akut maupun peningkatan jumlah orang dengan kondisi pasca COVID, yang sering disebut sebagai Long COVID,” katanya. 

"Ketika penularan COVID-19 dan rawat inap meningkat, pemerintah juga harus menerapkan langkah-langkah yang telah dicoba dan diuji seperti masker, peningkatan ventilasi, dan protokol pengujian dan perawatan," tegas Tedros.

Komite darurat WHO tentang COVID-19 bertemu pada hari Jumat melalui konferensi video dan memutuskan bahwa pandemi tetap menjadi Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional - alarm tertinggi yang dapat dibunyikan WHO.

3 dari 4 halaman

Pemerintah RI Belum Berencana Lakukan Pengetatan

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan hingga kini pemerintah belum ada rencana untuk melalukan pengetatan aktivitas masyarakat, meski kasus harian COVID-19 naik. Menurut dia, pemerintah masih memantau situasi COVID-19 di Indonesia.

Moeldoko menyampaikan bahwa pemerintah menunggu arahan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Pasalnya, keduanya merupakan Koordinator PPKM di luar maupun Jawa-Bali. 

"Ya itu (pengetatan) tinggal nanti kita tunggu komando dari Pak Luhut dan Pak Airlangga, juga Menteri Kesehatan akan mereview berbagai perkembangan situasi saat ini," jelas Moeldoko kepada wartawan di Gedung Krida Bakti Kementerian Sekretariat Negara Jakarta, Kamis (14/7).

Oleh sebab itu, dia mengingatkan masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan dan segera mendapatkan vaksinasi booster. Hal ini menyusul positivity rate COVID-19 di Indonesia yang berada di angka 5,12 persen atau diatas standar WHO.

"Ya tetap penekanan atas protokol kesehatan dan peningkatan untuk booster atau untuk vaksin berikutnya," ujarnya.

Moeldoko menekankan masyarakat harus tetap waspada terhadap penyebaran COVID-19. Dia menyebut ketidakdisiplinan terhadap protokol kesehatan dapat membuat masyarakat kembali kesulitan seperti awal pandemi COVID-19.

"Kita harus punya semangat yang sama bahwa dalam beberapa bulan terakhir kita bisa menikmati hidup dengan tenang karena hasil jerih payah kita sebelumnya karena rakyat Indonesia yang relatif sangat-sangat disiplin dalam mensikapi covid ini," tutur dia.

"Jangan sampai karena ketidakdisiplinan sesaat mengakibatkan penderitaan yang lebih panjang lagi ke depan," sambung Moeldoko.

4 dari 4 halaman

Jokowi Ajak Masyarakat Pakai Masker

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat untuk terus memakai masker saat beraktivitas di tempat umum. Bukan cuma di dalam ruangan tapi saat berada di luar ruangan juga harus pakai masker selama pandemi COVID-19.

Hal ini Jokowi sampaikan usai sholat Idul Adha di Masjid Istiqlal Jakarta, pada Minggu, 10 Juli 2022 pagi. 

"Saya juga ingin mengingatkan kepada kita semua, COVID-19 masih ada, oleh sebab itu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan memakai masker adalah masih sebuah keharusan," kata Jokowi.

Penggunaaan masker dengan tepat dan disiplin harus dilakukan terutama pada kota-kota dengan interaksi tinggi.

Hal ini semata-mata guna menekan pencegahan virus SARS-CoV-2 yang mau tak mau masih ada di sekitar kita.

Sikap disiplin dan kehati-hatian ini merupakan upaya bersama agar penularan tidak makin banyak. Apalagi BA.4 dan BA.5 yang sudah mendominasi penularan COVID-19 di RI memiliki karakter mudah menular.

"Kita harus hati-hati, kita harus tetap waspada. Faktanya COVID-19 masih ada." 

"Utamanya varian BA.4 dan BA5 di semua negara. Alhamdulillah kita masih berada di angka-angka yang masih terkendali, negara-negara lain ada yang masih 100 ribu kasus hariannya, itu yang harus kita waspadai," tegasnya. 

Selain protokol kesehatan, ia juga mengingatkan masyarakat yang belum melengkapi vaksinasi untuk segera mendatangi puskesmas atau sentra vaksinasi. Lalu, segera juga mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster.

"Saya masih mengingatkan lagi pemerintah daerah, pemerintah kota, kabupaten dan provinsi serta TNI/Polri untuk terus melakukan vaksinasi booster karena memang ini diperlukan," tuturnya.