Liputan6.com, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi telah mendeteksi satu kasus penyakit monkeypox atau cacar monyet pada Kamis (14/7). Pasien adalah orang yang datang dari luar negeri ke Riyadh.
Menurut laporan Saudi Gazette, Jumat (15/7/2022), pasien tersebut sudah berada dalam perawatan sesuai prosedur yang berlaku. Otoritas kesehatan juga telah mengambil sampel-sampel dari kontak dekat pasien tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, otoritas kesehatan Arab Saudi berjanji akan mengumumkan hal-hal terkait kasus ini, termasuk adanya kasus baru, dengan transparan.
Mereka juga mengaku siap untuk menghadapi perkembangan-perkembangan terkait monkeypox di Arab Saudi.
Dilaporkan sebelumnya, kasus monkeypox bisa menular melalui kontak fisik dan kontak dekat. WHO mengingatkan bahwa virus ini bisa tersebar melalui medium seperti pakaian, kasur, handuk, alat elektronik, atau permukaan yang disentuh oleh pasien.
Jika Menjadi Kontak Dekat
Apabila merasa menjadi kontak dekat pasien monkeypox, WHO menyarankan agar memperhatikan gejala-gejala yang timbul, seperti demam pusing, nyeri otot, sakit punggung, kelelahan, pembengkakan kelenjar.
Perhatikan pula munculnya ruam atau lesi di telapak tangan, telapak kaki, mulut, area genital dan anus, hingga mata.
Penyakit ini juga bisa terkena pada anak-anak. Sudah ada sejumlah kecil anak-anak yang terkena cacar monyet.
Virus monkeypox dinamakan demikian karena awalnya dideteksi pada monyet di tahun 1958. Pada 1970, kasusnya ditemukan pada manusia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dicurigai Monkeypox atau Cacar Monyet, 9 Kasus di Indonesia Ternyata Penyakit Lain
Sebelumnya dilaporkan, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Mohammad Syahril mengatakan bahwa sejauh ini belum ditemukan kasus cacar monyet atau monkeypox di Tanah Air.
“Untuk di Indonesia, alhamdulillah saat ini kasusnya (cacar monyet) belum ada,” kata Syahril dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Jumat (24/6).
Meski begitu, beberapa wilayah di Indonesia telah melaporkan kasus yang dicurigai. Setelah penyelidikan lebih lanjut, disimpulkan bahwa belum ada satupun yang memenuhi kriteria suspek atau probable.
Total kasus yang dicurigai ada 9. Dari 9 orang tersebut 7 di antaranya dinyatakan negatif setelah tes PCR orthopoxviridae, 1 orang didiagnosis Pemfigoid Bulosa (penyakit kulit langka yang menyerang sistem imun), dan 1 orang lainnya Varicella atau cacar air.
Menurut Syahril, monkeypox adalah penyakit zoonosis yang pertama kali ditemukan di Denmark pada 1958. Saat itu terdapat dua kasus cacar yang muncul pada kera yang dipelihara untuk kegiatan penelitian. Karena terjadi pada kera atau monyet, maka penyakit ini dinamakan monkeypox.
Cacar monyet pertama kali mengenai manusia pada 1970 di Republik Kongo. Setelah itu, penyakit tersebut menjadi endemik di Afrika Barat dan Tengah yaitu Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Ghana, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan.
Namun, penyakit ini mulai kembali menjadi perbincangan di kalangan para ahli dan masyarakat. Pasalnya, sejak 13 Mei 2022 beberapa negara non endemis juga melaporkan kasus monkeypox.
Penyakit ini kini sudah ditemukan di 28 negara dengan 1.536 kasus suspek di Afrika dan 1.285 kasus terkonfirmasi di Eropa, Amerika, dan Australia.
Advertisement
Kasus Cacar Monyet Monkeypox Naik 3 Kali Lipat di Eropa
Pada awal Juli 2022, Kepala WHO untuk Eropa pada Jumat memperingatkan bahwa kasus cacar monyet monkeypox di wilayah itu telah naik tiga kali lipat dalam dua pekan ini.
Dia mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak guna memastikan penyakit yang sebelumnya jarang terjadi itu membebani benua tersebut, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (3/7).
Otoritas kesehatan Afrika mengatakan mereka memperlakukan wabah cacar monyet yang meluas sebagai keadaan darurat, menyerukan negara-negara kaya untuk berbagi persediaan vaksin yang terbatas guna menghindari masalah kesenjangan akses ke vaksin yang tampak selama pandemi COVID-19.
Kepala WHO Eropa Dr. Hans Kluge mengatakan dalam pernyataan, peningkatan upaya diperlukan meskipun badan kesehatan PBB pekan lalu memutuskan bahwa wabah yang meningkat itu belum bisa dinyatakan sebagai darurat kesehatan global.
Hingga kini, lebih dari 5.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 51 negara yang biasanya tidak melaporkan penyakit tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika.
Menurut Kluge, jumlah infeksi di Eropa mewakili sekitar 90% dari total global, dengan 31 negara dalam kawasan WHO Eropa telah mengidentifikasi kasus itu.
Singapura Laporkan Kasus Cacar Monyet Keempat
Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan pada 8 Juli 2022 sudah ada empat kasus cacar monyet atau monkeypox di negara tersebut. Ini adalah akumulasi sejak kasus pertama teridentifikasi pada Juni lalu.
Pasien cacar monyet ini merupakan laki-laki 30-an tahun berkebangsaan India yang tinggal di Singapura. Bila merunut perjalanannya, ia baru kembali dari Jerman.
Awalnya, pria tersebut menyadari ada ruam di area selangkangan pada 30 Juni. Lalu, ia mengalami demam pada 7 Juli 2022.
Segera saja ia mencari perawatan medis. Ia kemudian menuju Pusat Nasional untuk Penyakit Menular atau NCID pada 7 Juli 2022 seperti disampaikan Kementerian Kesehatan Singapura. Lalu, pada 8 Juli hasilnya keluar dan positif cacar monyet.
Saat ini, ia masih di NCID dan kondisinya stabil. Kasus ini tidak terkait dengan kasus cacar monyet yang sebelumnya diumumkan.
Berhubung ini penyakit menular maka pelacakan kontak sedang dilakukan.
Dengan adanya tambahan ini, maka akumulasinya adalah empat kasus cacar monyet. Tiga kasus impor dan satu infeksi lokal.
Advertisement