Sukses

LA Akan Jadi Kota Pertama di AS yang Kembali Wajibkan Pemakaian Masker Dalam Ruangan

Los Angeles akan menjadi kota besar pertama yang pada musim panas ini kembali mewajibkan pemakaian masker di dalam ruangan.

Liputan6.com, Los Angeles - Los Angeles akan menjadi kota besar pertama yang pada musim panas ini kembali mewajibkan pemakaian masker di dalam ruangan. Aturan itu diberlakukan karena jumlah kasus virus corona yang melonjak.

Los Angeles adalah county terpadat dengan 10 juta penduduk, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (15/7/2022).

Direktur kesehatan county itu, Barbara Ferrer, mengatakan pada pekan ini bahwa mulai 29 Juli wilayah setingkat kabupaten itu secara luas akan menerapkan lagi mandat masker di dalam ruangan jika tren meningkatnya jumlah orang yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 terus berlanjut.

Mewajibkan kembali masker "membantu kami mengurangi risiko," kata Ferrer kepada supervisor Los Angeles County.

Secara nasional, lonjakan terbaru COVID-19 didorong oleh varian BA.5 yang sangat menular. Sekitar 65 persen kasus yang ada terkait BA.5 dan 16 persen di antaranya terkait dengan varian BA.4. Kedua varian menunjukkan kemampuan luar biasa untuk menembus perlindungan yang diberikan vaksinasi.

Dengan kembali meningkatnya jumlah rawat inap dan kematian akibat varian baru omicron itu dalam beberapa pekan terakhir, negara-negara bagian dan kota-kota kembali mengkaji ulang respons mereka. Sedangkan Gedung Putih meningkatkan upayanya untuk memperingatkan masyarakat.

Tren global untuk dua mutan itu telah tampak dalam beberapa minggu, kata para ahli. Kedua varian itu dengan cepat mengalahkan varian yang lebih dulu ada dan mendorong kenaikan kasus di mana pun mereka muncul.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Lepas Masker

Namun begitu, orang Amerika telah melepas masker mereka dan kembali melakukan perjalanan serta menghadiri berbagai pertemuan.

Dan sebagian besar dari mereka tidak merasa perlu mendapat suntikan booster, yang melindungi mereka dari akibat terburuk COVID-19. Mahkamah Agung telah memblokir mandat federal untuk masker dan vaksin sehingga menghambat upaya pejabat-pejabat Amerika.

Kota New York, San Francisco dan banyak kota lainnya juga telah meningkatkan kampanye yang mengingatkan dan mendorong orang untuk mendapatkan suntikan booster, memakai masker dan mengambil tindakan pencegahan lainnya.

Tetapi mereka tidak memandatkan pemakaian masker yang dicabut menyusul lonjakan besar pada musim dingin lalu. Ketika jumlah kasus melonjak lagi pada April, Philadelphia sempat kembali mewajibkan masker tetapi mencabut kewajiban itu beberapa hari kemudian.

Hampir selama pandemi, Los Angeles County telah mewajibkan masker di dalam ruangan di sebagian besar tempat, termasuk fasilitas perawatan kesehatan, kereta api dan bus, bandara, penjara, dan tempat-tempat penampungan tunawisma.

Mandat baru itu akan memperluas kewajiban masker di dalam ruangan semua tempat umum, termasuk kantor bersama, fasilitas manufaktur, gudang, toko ritel, restoran dan bar, teater dan sekolah.

Belum jelas penegakannya seperti apa. Berdasar mandat sebelumnya, para pejabat lebih memilih mendidik orang daripada mengenakan denda. 

3 dari 4 halaman

Kematian di Amerika Serikat Akibat COVID-19 Tembus 1 Juta Jiwa pada Mei 2022

Amerika Serikat kini telah mencatat lebih dari 1 juta kematian akibat COVID-19, menurut penghitungan Reuters. Jumlah kasus ini telah melewati tonggak sejarah yang dulu tidak terpikirkan sekitar dua tahun, setelah kasus pertama mengubah kehidupan sehari-hari dan dengan cepat mengubahnya.

Angka 1 juta adalah pengingat yang jelas akan kesedihan dan kehilangan yang mengejutkan yang disebabkan oleh pandemi bahkan ketika ancaman yang ditimbulkan oleh virus berkurang di benak banyak orang. Ini mewakili sekitar satu kematian untuk setiap 327 orang Amerika, atau lebih dari seluruh penduduk San Francisco atau Seattle, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (12/5/2022).

Pada saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020, virus tersebut telah merenggut 36 nyawa di Amerika Serikat. Pada bulan-bulan berikutnya, virus mematikan menyebar seperti api, menemukan lahan subur di daerah perkotaan padat penduduk seperti New York City dan kemudian mencapai setiap sudut negara.

Pada Juni 2020, jumlah kematian AS telah melampaui total kematian militer negara itu dalam Perang Dunia I, dan itu akan melebihi kerugian militer Amerika dalam Perang Dunia II pada Januari 2021, ketika lebih dari 405.000 kematian tercatat.

Penyakit ini telah meninggalkan beberapa tempat di Bumi yang belum tersentuh, dengan 6,7 juta kematian yang dikonfirmasi secara global. Jumlah korban sebenarnya, termasuk mereka yang meninggal karena virus corona serta mereka yang tewas sebagai akibat tidak langsung dari wabah itu, kemungkinan mendekati 15 juta, kata WHO.

4 dari 4 halaman

Korban COVID-19

Beberapa gambaran yang terkait dengan kematian akibat COVID-19 selamanya membara dalam pikiran kolektif orang Amerika: Truk berpendingin yang ditempatkan di luar rumah sakit dipenuhi orang mati; pasien yang diintubasi di unit perawatan intensif tertutup; dokter dan perawat yang kelelahan yang berjuang melalui setiap gelombang virus.

Jutaan orang Amerika dengan bersemangat menyingsingkan lengan baju mereka untuk menerima vaksin COVID-19 setelah distribusi dimulai pada akhir 2020. Pada awal 2021, virus tersebut telah merenggut 500.000 jiwa yang mengejutkan.

Pada satu titik di bulan Januari tahun itu, rata-rata lebih banyak orang meninggal karena COVID-19 setiap hari daripada yang terbunuh dalam serangan 11 September 2001.

COVID-19 memangsa orang tua dan mereka yang kesehatannya terganggu, tetapi juga tidak menyayangkan kaum muda yang sehat, menewaskan lebih dari 1.000 anak.

Para peneliti memperkirakan bahwa 213.000 anak-anak AS kehilangan setidaknya satu orang tua atau pengasuh utama selama pandemi, mengakibatkan korban emosional yang tak terukur.