Sukses

Warga Indonesia di Jerman Jadi Kreator Tempe Bentuk Jari hingga Tengkorak

Tidak sedikit para perantau asal Indonesia yang tidak meninggalkan kegemarannya makan tempe dengan ragam cara pengolahannya.

, Pyongyang - Perkenalkan Sanusi Debus, warga Indonesia yang tinggal di Kota Köln dan sudah dua dekade bermukim di Jerman. Meski sudah lama di negeri orang, tapi urusan perut ia mengaku tak bisa lepas dari makanan khas Indonesia, tempe.

Kalau sampai tidak ketemu tempe, ia akan berusaha mencari ke berbagai toko Asia.

"Enak banget, karena saya sendiri menanam sayur-sayuran yang saya olah sebagai lalapan, membuat sambal, dan tinggal goreng tempe," ujar Sanusi seperti dikutip dari DW Indonesia, Minggu (17/7/2022). 

Tak jarang Sanusi menggoreng beberapa tempe dan membawa nasi, lalu memboyongnya ke taman untuk santap siang sambil piknik asyik bersama teman-temannya.

Menjadi Kreator Tempe

Tidak sedikit para perantau asal Indonesia yang tidak meninggalkan kegemarannya makan tempe dengan ragam cara pengolahannya. Termasuk juga Venda Wiyono yang tinggal di Kota Hamburg, Jerman. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan menjadi seorang kreator tempe.

Dari mana inspirasinya berasal? Ternyata gara-gara pandemi!

"Sebelumnya saya tinggal di Kepulauan Cayman. Waktu di sana saya membuat tempe. Saya kerja di vegan restoran. Terus, waktu saya pindah ke Jerman sekitar setahun lalu, itu pada saat baru dimulainya pandemi, terus lockdown, jadi saya lalu berpikir, bikin apa, ya?"

"Karena sudah sering membuat tempe, akhirnya saya berpikir, ya sudahlah, saya ingin bikin tempe di sini. Sepertinya seru juga. Terus saya mulai kreasi tempe waktu awal pandemi itu."

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Variasi Bahan dan Bentuk

Venda pun kemudian berkreasi dengan tempe, mulai dari bentuknya hingga variasi bahannya.    

Tempe yang Venda buat, bukan sembarang tempe. Dia membuat pola-polanya berbentuk kembang, tangan manusia, bahkan tengkorak, dan lain-lain. Caranya menggunakan cetakan bahan silikon.

Bahan yang dipakai pun bukan hanya kacang kedelai. Venda memodifikasinya dengan jenis bahan lainnya yang bisa ia temukan di Jerman. "Kalau di Jerman, di sini kita bisa bisa ketemu kacang lainnya, seperti "red lentil”, terus "chickpea”, "green pea”, "black eyed pea”. Pokoknya di sini banyak varian kacangnya.”

Menurut Venda, tempe yang menggunakan kacang "chickpea” rasanya lebih gurih daripada kacang kedelai, "Unik, rasanya beda-beda tergantung kacangnya. Selain kacang-kacangan bisa juga dibuat pakai biji-bijian. Karena di Jerman banyak macam-macam ya, ada "poppy seeds”, itu saya pakai. Terus ada biji bunga matahari, biji labu, terus quinoa juga, aku bikin tempe pakai quinoa,” tambah Venda.

Namun cuaca di Jerman membuat hobinya jadi cukup menantang. "Jika di Indonesia mudah. Kita tidak perlu bingung mau fermentasinya, tinggal ditaruh saja bisa fermentasi jamurnya, karena cuacanya mendukung, begitu. Kalau di Jerman, kita harus punya inkubator atau disimpan di tempat yang hangat, misalnya di dalam oven, begitu,” ungkap Venda yang tak pelit berbagi tips membuat tempe.

3 dari 4 halaman

Tempe Indonesia Melanglang hingga ke New York Amerika Serikat

Konsulat Jenderal RI di New York telah mempromosikan tempe di kota itu sebagai bagian kolaborasi dengan Women's Entrepreneurship Day Organization (WEDO).

"Kolaborasi ini akan meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keahlian serta mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan," demikian Konjen RI di New York Arifi Saiman dalam siaran pers diterima ANTARA di Jakarta.

Acara Tempeh Goes to New York dilakukan di Ruang Pancasila, KJRI New York pada 20 Mei 2021, demikian seperti dikutip dari Antara, Minggu (22/5/2022).

Dalam acara itu para undangan disuguhi pertunjukan seni dan sajian kudapan tradisional berbahan dasar tempe seperti tempe bacem, kering tempe, dan tempe kari.

Perwakilan BOStempeh, Meylia Kurnianto, memaparkan secara singkat mengenai manfaat tempe sebagai makanan yang sehat, berkelanjutan, dan terjangkau, serta rendah kalori dan rendah sodium.

Sementara itu, perwakilan WEDO, Wendy Diamond, menyampaikan apresiasi kepada KJRI New York atas kemitraan yang diberikan.

Menurut dia, peserta yang hadir dapat mengenal budaya dan potensi bisnis Indonesia lebih dalam.

Sejumlah kesenian seperti tarian Glipang dari Indonesian Cultural Club (ICC) Delaware, pengenalan baju tradisional dari berbagai daerah Indonesia juga turut ditampilkan.

4 dari 4 halaman

Sejarah Tempe, Makanan Asli Indonesia yang Didukung Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si mengatakan, pihaknya mendukung tempe sebagai warisan budaya tak benda UNESCO dari Indonesia.

Menurutnya, tempe adalah makanan asli Indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan. Dari sisi sejarah, Serat Sri Tanjung pada abad XII-XIII menuliskan bahwa kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe.

Kemudian, Serat Centhini karya R.Ng. Ronggo Sutrasno pada 1814 menuliskan bahwa hidangan brambang jahe santen tempe dan asem sambel lethokan disajikan oleh Pangeran Bayat. Kuliner ini disajikan untuk menjamu Cebolang saat mampir ke Dusun Tembayat di wilayah Klaten dalam perjalanan dari Candi Prambanan menuju Pajang.

“Selain itu, sejarawan Dr. Ong Hok Ham menuliskan, masyarakat Jawa di era tanam paksa (1830-1870) mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan,” kata Rudatin dalam konferensi pers virtual Rabu (30/3/2022).