Liputan6.com, Los Angeles - Kasus COVID-19 masih menunjukkan peningkatan di dunia pada musim panas di belahan bumi utara, mulai dari Jepang hingga Amerika Serikat. Aturan masker lantas kembali diperketat, terutama di dalam ruangan.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, Minggu (17/7/2022), berikut 10 negara dengan kasus baru tertinggi dalam 28 hari terakhir, serta total kasusnya:
Advertisement
Baca Juga
1. Amerika Serikat: 3,1 juta kasus baru (total 89,5 juta)
2. Prancis: 2,6 juta kasus baru (total 32,8 juta)
3. Jerman: 2,4 juta kasus baru (total 29,6 juta)
4. Italia: 2,1 juta kasus baru (total 20 juta)
5. Brasil: 1,6 juta kasus baru (total 33,2 juta)
6. Taiwan: 1 juta kasus baru (total 4,2 juta)
7. Jepang: 999 ribu kasus baru (total 10,2 juta)
8. Australia: 955 ribu kasus baru (total 8,7 juta)
9. Inggris: 618 ribu kasus baru (total 23,2 juta)
10. Meksiko: 555 ribu kasus baru (total 6,4 juta)
Los Angeles dan New York City kompak meminta masyarakat untuk kembali menggunakan masker. Akun Twitter LA Public Health berkata kasus meningkat dalam dua pekan berturut-turut.
"Masker dalam ruangan secara universal akan diimplementasikan pada 29 Juli untuk membantu memperlambat penyebaran dan melindungi mereka yang rentan," tulis akun @lapublichealth, dikutip Minggu (17/7/2022).
Sama seperti di negara-negara lain, varian BA.5 menjadi dalang meningkatnya kasus COVID-19. Kasus harian di Los Angeles County mencapai 8.954 pada 15 Juli 2022. Sebanyak 1.223 dirawat di rumah sakit.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemenkes RI Sebut Kasus Aktif COVID-19 Meningkat 2 Kali Lipat Sesuai Prediksi
Di dalam negeri, jumlah kasus aktif COVID-19 meningkat dua kali lipat pada Sabtu (16/7) sore. Hal tersebut, kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril, sesuai dengan prediksi awal pemerintah.
Menurut Syahril, pemerintah telah menyampaikan mengenai prediksi lonjakan kasus COVID-19 pada minggu kedua hingga keempat Juli 2022.Â
"Sejak awal sudah kami beritahu, kalau di pekan kedua sampai keempat Juli 2022, kemungkinan terjadi lonjakan kasus yang diprediksi sekitar 20 ribuan per hari saat puncaknya nanti," kata Syahril, dilansir Antara.
Dia mengatakan, prediksi tersebut dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan Kemenkes lterhadap laju kasus Omicron di sejumlah negara lain yang rata-rata meningkat 30 persen pada Januari - Februari 2022.
Sebanyak 81 persen kasus COVID-19 di Indonesia, kata Syahril, adalah subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Subvarian tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan varian pendahulu Omicron.
"Itu kan prediksi, bisa benar dan kurang tepat. Bisa kurang dan bisa lebih. Di Indonesia, naiknya sudah 4 ribuan kasus," ujarnya.
Data kasus aktif COVID-19 di Indonesia per 16 Juli 2022 menunjukkan penambahan 1.621 kasus. Dengan demikian total kasus aktif berjumlah 26.594. Sementara kasus COVID-19 harian terkonfirmasi tembus di angka 4.000-an, tepatnya 4.329 orang.
Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat sejak akhir Juni 2022 yang kala itu mencapai kisaran 2.000 kasus per hari.
Menurut Syahril, kenaikan kasus COVID-19 di Tanah Air saat ini dipengaruhi oleh peningkatan laju pelacakan kasus di masyarakat.
"Artinya, semakin banyak yang ditesting, kita akan lebih mudah lakukan isolasi kepada yang tertular," ucapnya.Â
Advertisement
WHO: Kasus COVID-19 Global Naik 5 Minggu Berturut-turut
 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa secara global jumlah kasus COVID-19 mingguan telah meningkat selama lima minggu berturut-turut. Ini terhitung sejak tren penurunan kasus Corona pada Maret 2022.
Laporan COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 100 yang dirilis pada 13 Juli 2022 menunjukkan, hingga 10 Juli 2022, lebih dari 5,7 juta kasus baru dilaporkan.
Jumlah ini menandakan adanya peningkatan kasus sebanyak 6 persen dibandingkan minggu sebelumnya. Jumlah kematian mingguan baru mirip dengan angka yang dilaporkan selama minggu sebelumnya, dengan lebih dari 9.800 kematian dilaporkan ke WHO.
Di tingkat regional, jumlah kasus baru mingguan meningkat di Wilayah Pasifik Barat sebanyak 28 persen, Wilayah Mediterania Timur bertambah 25 persen, Wilayah Asia Tenggara bertambah 5 persen.
Sementara, penurunan kasus terjadi di Wilayah Afrika sebanyak 33 persen dan di Wilayah Amerika 1 persen.
Sedangkan, jumlah kematian mingguan meningkat di Wilayah Mediterania Timur sebanyak 78 persen dan Wilayah Asia Tenggara 23 persen. Penurunan kematian terjadi di Wilayah Afrika (17 persen) dan Pasifik Barat mengalami penurunan 10 persen. Wilayah Amerika dan Wilayah Eropa keduanya melaporkan angka yang sama dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
"Pada 10 Juli 2022, hanya di bawah 553 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 6,3 juta kematian telah dilaporkan secara global," mengutip COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 100, Sabtu (16/7).
Situasi Covid-19 di Indonesia Masuk Level 2
Sementara, Satgas Penanganan Covid-19 menyebut, kasus virus corona di Indonesia meningkat akibat munculnya subvarian Omicorn BA.4 dan BA.5. Berdasarkan penilaian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), situasi Covid-19 di Indonesia saat ini berada di level 2.Â
"Maka apabila kita melihat data kajian Kemenkes per 13 Juli 2022, maka situasi Indonesia masuk ke dalam level 2," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro dilihat di Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (16/7).
Dia menyampaikan, tingkat penularan atau transmisi komunitas kasus Covid-19 di Indonesia berada di angka 6,70 per 100.000 penduduk per minggu. Adapun tingkat rawat inap di RS Rujukan Covid-19 yakni, 0,57 per 100.000 penduduk per minggu.
Sementara itu, tingkat kematian akibat Covid-19 sebesar 0,01 per 100.000 penduduk per minggu. Di sisi lain, Reisa mengungkapkan angka positivity rate Indonesia melebihi standar yang ditetapkam WHO sebesar 5 persen.
"Pada 13 Juli 2022, kita melihat adanya kenaikan yang membuat positivity rate harian Indonesia menjadi 5,88 persen," ucapnya.
Menurut dia, positivity rate Covid-19 dalam satu pekan terakhir sebesar 5,72 persen. Reisa menekankan tingginya angka positivity rate di atas standar WHO membuat risiko penularan terhadap Covid-19 melonjak.
"Artinya, saat ini Indonesia harus kembali masuk ke negara yang harus diperhatikan karena telah melebihi standar WHO di mana positivity rate sebaiknya tidak lebih dari 5 persen," jelas dia.
"Dengan adanya peningkatan positivity rate, artinya adanya peningkatan risiko untuk terinfeksi ketika kita beraktivitas dalam lingkungan," sambung Reisa.
Advertisement