Sukses

18 Juli 1944: Usai Antar Jepang ke Perang Dunia II, PM Hideki Tojo Mundur

PM Hideki Tojo membawa Jepang ke Perang Dunia II yang berakhir dengan kekalahan besar.

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Hideki Tojo adalah sosok yang membawa Jepang ke Perang Dunia II dengan menyerang Pearl Harbor di Hawaii. Ia juga menjadi orang yang mendorong ekspansi imperalisme di negerinya, termasuk di Indonesia. 

Hideki Tojo adalah sosok kontroversial di sejarah modern Jepang. Ia menjadi perdana menteri pada Oktober 1941, kemudian pada Desember negaranya melakukan serangan kejutan di Pearl Harbor. 

Menurut Britannica, Minggu (17/7/2022), beberapa tahun sebelum terlibat di Perang Dunia II, Tojo adalah salah satu pendukung agar Jepang masuk ke Pakta Tripartit dengan Jerman dan Italia.

Saat itu, diktator Adolf Hitler berkuasa di Jerman dan Benito Mussolini di Italia. 

Hideki Tojo juga mencetuskan ide "New Order" di Asia. Ekspansi dilakukan negaranya ke Filipina hingga Indonesia. Operasi militer Tojo awalnya menunjukkan keberhasilan di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. 

Kejayaan Tojo tidak berlangsung lama. Pada Juni 1944, pasukan Amerika Serikat melancarkan rangkaian kampanye militer ke basis Jepang di Kepulauan Mariana. 

Situs sejarah angkatan laut AS mencatat Laksamana Raymond Spruance memimpin armada 500 kapal dengan 128 ribu marinir dan pelaut. Mereka berangkat dari Kepulauan Marshall Barat menuju selatan Mariana.

Kekalahan dari pihak Jepang sangatlah masif. Di Pulau Saipan, hampir 30 ribu pasukan Jepang tewas. Ada sekitar 5.000 prajurit Jepang yang memilih bunuh diri, bahkan ada ratusan yang bunuh diri dengan lompat dari tebing. Sejumlah orang yang ragu-ragu ditembak mati oleh tentara Jepang.

Usai kekalahan besar di Mariana, Hideki Tojo akhirnya memilih mundur sebagai perdana menteri pada Juli 1944, meski Jepang belum menyerah. Setahun kemudian, bom dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Sempat Percaya Diri Bisa Menang

he Japan Times menyebut Tojo awalnya percaya diri berhasil menang melawan AS. Ditambah lagi, Tojo mendapat dukungan dari Kaisar Hirohito.

Kepercayaan diri Hideki Tojo ternyata tidak jadi kenyataan. Jepang dikalahkan oleh kekuatan angkatan laut AS. Salah satu yang paling parah adalah Pertempuran Saipan yang mengakibatkan tewasnya 29 ribu prajurit Jepang.

Jepang kalah meski ribuan prajurit melakukan serangan banzai. Tragisnya, ada sekitar 5.000 prajurit Jepang yang memilih bunuh diri ketimbang menyerah. 

Pada 1944, Hideki Tojo akhirnya dipaksa mundur sebagai perdana menteri. Setahun kemudian, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima-Nagasaki yang efektif mengalahkan Jepang di Perang Dunia II.

Setelah Jepang mengaku kalah, Jenderal Douglas MacArthur memerintahkan untuk menangkap Hideki Tojo.

Semasa pertempuran, Tojo melakukan banyak kejahatan perang. Sosoknya pun hingga kini masih kontroversial di China dan Korea Selatan.

3 dari 3 halaman

Kematian

Tepatnya 23 Desember 1948, menjadi hari terakhir bagi Hideki Tojo, pria yang kala itu menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang.

Ia mendapatkan hukuman mati dengan cara digantung, atas tuduhan kejahatan perang. Sang pemimpin Negeri Sakura digantung bersama 6 rekannya di tiang gantungan.

Sosoknya yang juga berperan sebagai jenderal perang, kerap disebut sebagai 'Hitler dari Jepang'. Seperti dikutip dari Encyclopedia.com, laki-laki kelahiran 30 Desember 1884 itu awalnya hanya tentara biasa yang ditugaskan sebagai prajurit perang.

Kariernya cepat melesat, hingga kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Jepang. Kepemimpinannya di dunia militer membawa Negeri Matahari Terbit berdiri tegak di hadapan Uni Soviet, bahkan membuat Somalia tunduk.

Pria yang dikenal galak, cerdik, dan pekerja keras itu kemudian naik pangkat menjadi Menteri Perang, sedangkan pengangkatannya dilakukan oleh Perdana Menteri Fumimaro Konoe pada pertengahan 1949.

Tindak-tanduk Si Tangan Besi sebagai menteri membuat Jepang menjadi garda terdepan, negara anti-Amerika Serikat, bersama Nazi Jerman dan Italia.

Selama menjadi menteri, Hideki Tojo menunjukkan taringnya dengan mengancam perang kepada AS, jika Negeri Paman Sam tak mau menarik embargo ekspor Jepang.

Konoe ragu dengan langkah Tojo, hingga perdana menteri itu memutuskan mundur. Tojo yang dijuluki "kamisori" atau pisau cukur itu pun mengambil alih pemerintahan.

Sejak saat itu, Hideki Tojo menjadi orang yang paling berkuasa di Jepang, baik di pemerintahan dalam negeri maupun di medan perang. Selain menjabat sebagai perdana menteri, ia juga menjadi jenderal sekaligus Menteri Dalam Negeri untuk negaranya.

Di awal, Tojo berhasil membawa negaranya berjaya melawan kekuatan AS, namun memasuki tahun 1944, kekuatan Jepang menyusut.

Kekuasaan Hideko Tojo pun melemah. Jepang kalah dalam pertempuran di Pulau Saipan yang merupakan bagian dari Kepulauan Mariana. Tentara Amerika Serikat dapat menaklukkan tentara Jepang yang dikomando oleh Yoshitsugu Saito.