Sukses

Sri Lanka Terapkan Keadaan Darurat Jelang Pemilihan Presiden 20 Juli 2022

Beberapa hari sebelum anggota parlemen bertemu untuk memilih presiden baru, Pelaksana tugas Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengumumkan keadaan darurat.

Liputan6.com, Kolombo - Beberapa hari sebelum anggota parlemen bertemu untuk memilih presiden baru negara kepulauan yang tengah berjuang mengatasi krisis ekonomi dan ketidakpastian politik itu, Pelaksana tugas Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengumumkan keadaan darurat.

Demikian menurut informasi yang dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (19/7/2022). 

Pengumuman resmi yang disampaikan pada Minggu 17 Juli 2022 malam itu menyatakan bahwa keadaan darurat diberlakukan “demi kepentingan keamanan publik, perlindungan ketertiban umum dan pemeliharaan pasokan dan layanan yang penting bagi kehidupan masyarakat.”

Wickremesinghe dilantik sebagai pelaksana tugas presiden Sri Lanka setelah pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa pada Kamis 14 Juli lalu.

Keadaan darurat nasional juga diberlakukan sepekan setelah para pengunjuk rasa menyerbu kantor perdana menteri. Kantor itu menjadi gedung utama ketiga yang mereka serbu selama pekan yang bergejolak dan memicu penggulingan Rajapaksa.

Namun pengumuman baru itu dianggap mengejutkan. Pasalnya, Kolombo sudah kembali tenang semenjak para pengunjuk rasa mengosongkan gedung-gedung yang diserbu dan mengatakan bahwa mereka ingin perjuangan mereka tetap berjalan dengan damai.

"Keadaan darurat seharusnya diumumkan ketika negara menghadapi ancaman nyata. Saat ini, meskipun ada ketidakpastian politik, saya rasa tidak ada alasan untuk menerapkan kondisi darurat," kata Bhavani Fonseka, peneliti senior di lembaga Center for Policy Alternatives di Kolombo. "Jadi, terdapat kekhawatiran nyata mengapa status itu diberlakukan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 4 halaman

Dalam Negosiasi Dana Talangan dengan IMF

Penjabat Presiden Sri Lanka, Wickremesinghe mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin 18 Juli bahwa negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk sebuah paket dana talangan hampir tercapai. Pemerintah mencoba mengamankan paket penyelamatan itu di tengah krisis ekonomi Sri Lanka yang semakin dalam.

Kendati demikian sejauh ini belum ada tanggapan dari IMF tentang perkembangan negosiasi itu.

Negara berpenduduk 22 juta jiwa itu sudah kehabisan uang untuk mengimpor makanan, bahan bakar dan obat-obatan, serta telah gagal membayar utang internasionalnya.

Pengamat politik menilai, pemulihan stabilitas pemerintahan bisa menjadi faktor penting untuk mendapatkan paket dana talangan IMF tersebut.

Pengamanan di ibu kota Sri Lanka pun diperketat menjelang pemilihan presiden yang akan diselenggarakan pada Rabu 20 Juli, setelah sebelumnya diadakan nominasi para kandidat di parlemen pada Selasa 19 Juli.

 

3 dari 4 halaman

Penjabat Presiden Jadi Kandidat Terkuat

Wickremesinghe diperkirakan menjadi salah satu kandidat yang meraih banyak suara, setelah partai penguasa yang menduduki kursi terbanyak di parlemen Sri Lanka mengatakan akan mendukungnya, meski beberapa anggota partai menolak hal itu.

Para pengunjuk rasa juga sebelumnya telah menuntut pengunduran dirinya dan mengatakan akan terus berunjuk rasa untuk menggulingkannya bila sampai ia memenangkan pemilihan.

"Ia mewakili sistem yang sama dengan Rajapaksa. Bukan itu yang kami inginkan. Kami ingin perubahan sejati," ungkap Vraie Balthazaar yang mewakili kelompok pemuda yang berunjuk rasa.

Para demonstran menuduh Rajapaksa dan keluarganya, yang mengendalikan pemerintahan, telah salah dalam mengelola ekonomi negara itu dan melakukan korupsi.

4 dari 4 halaman

Usai Kabur dari Maldives ke Singapura, Eks Presiden Sri Lanka Bakal Menuju Uni Emirat Arab?

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan istrinya Ioma serta dua pengawal mereka tiba di Singapura dari Maldives (Maladewa) dengan penerbangan maskapai Saudia pada Kamis 14 Juli Malam 2022. Ia sebelumnya kabur dari Sri Lanka ke Maldives (Maladewa) menggunakan jet militer.

Mantan presiden Maladewa Mohamed Nasheed diyakini telah memainkan peran di balik layar dalam mengeluarkannya dari negara itu, dan mengatakan Rajapaksa khawatir dia akan dibunuh jika dia tetap tinggal.

"Saya percaya presiden tidak akan mengundurkan diri jika dia masih di Sri Lanka, dan takut kehilangan nyawanya," tulis Nasheed di Twitter seperti dikutip dari The Straits Times, Jumat (15/7/2022).

Kementerian luar negeri Singapura mengonfirmasi pada hari Kamis 14 Juli malam bahwa Rajapaksa diizinkan memasuki Republik Singapura untuk "kunjungan pribadi", menambahkan: "Dia tidak meminta suaka dan dia juga tidak diberikan suaka."

Gotabaya Rajapaksa diperkirakan akan tinggal di Singapura untuk beberapa waktu, menurut sumber keamanan Sri Lanka, sebelum berpotensi pindah ke Uni Emirat Arab.

Sah Mundur dari Kursi Presiden Sri Lanka

Presiden Sri Lanka sah mundur dari jabatannya, setelah sebelumnya menyatakan telah mengirim surat pengunduran diri melalui email dan menerbangkan yang aslinya.

"Ketua parlemen di Sri Lanka yang dilanda krisis telah menerima surat pengunduran diri dari Presiden Gotabaya Rajapaksa, setelah diverifikasi keaslian surat yang diterbangkan dari Singapura pada Kamis malam (14 Juli 2022)," kata Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena kepada wartawan.