Sukses

Vladimir Putin Akan Bertemu Presiden Erdogan di Iran

Vladimir Putin akan bertemu Presiden Turki di Iran.

Liputan6.com, Tehran - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali ke luar negeri di tengah invasi Ukraina. Ia akan berangkat menuju Iran untuk pertemuan Astana-format pada 18-19 Juli 2022. 

Pada agenda itu, Presiden Putin tidak hanya akan bertemu Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khomenei, agenda Presiden Putin juga bertemu Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan yang dijadwalkan hadir, demikian laporan media pemerintah Rusia, TASS, Selasa (19/7/2022).

Pihak pemerintah Turki menyebut sejumlah isu yang dibahas yakni isu global, termasuk masalah di Suriah. Ada pula agenda pertemuan Presiden Turki dan Rusia. 

"Presiden juga berencana melakukan pertemuan bilateral dengan counterpart dari Rusia," kata kantor kepresidenan Turki.

Menurut laporan BBC, masalah gandum juga akan menjadi bahan diskusi dengan Turki dalam acara tersebut.

Perang Rusia-Ukraina Picu Krisis Energi dan Pangan

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyebutkan bahwa perang Rusia-Ukraina berdampak ke semua negara. Bahkan saat ini krisis energi dan krisis pangan yang terjadi berasal dari perang kedua negara tersebut. 

Saat bertemu dengan Janet Yellen, Sri Mulyani menjelaskan, negara manapun berhak mendapatkan akses terhadap pangan dan energi. Dua sektor ini harus bisa diakses siapapun dengan harga yang terjangkau.

"Penanganan krisis pangan dan energi di dunia harus diakselerasi karena sejatinya siapapun berhak untuk mengakses makanan dan energi secara terjangkau," kata Sri Mulyani dalam pertemuan bilateral RI dan AS di Nusa Dua, Bali, dikutip Minggu (17/7).

Kondisi ini terjadi karena konflik di Ukraina yang jadi pemicu terus melambungnya harga energi dunia dan menyebabkan munculnya tantangan pada perekonomian global. Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai opsi kebijakan perlu didiskusikan agar pasokan minyak dunia tetap terjaga dan harga minyak dunia dapat kembali kepada level sebelum konflik.

Selain membahas masalah pangan dan energi global keduanya juga membahas isu-isu energi dan lingkungan, serta kebijakan negara masing-masing terkait isu tersebut. Sri Mulyani menekankan pentingnya langkah konkret dan teknis.

Tidak sebatas pada ranah konseptual. Melainkan hingga mendukung implementasi peralihan penggunaan pembangkit listrik ke sumber energi yang ramah lingkungan yang membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit.

"Salah satunya adalah melalui kebijakan Energy Transition Mechanism (ETM) yang telah diinisiasi dan dicanangkan oleh Indonesia bersama Bank Pembangunan Dunia (Asian Development Bank/ADB)," kata Sri Mulyani.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Uni Eropa Tambah Bantuan ke Ukraina Senilai Rp 15 Triliun

Uni Eropa akan mengirim dana tambahan senilai 1 miliar euro ke Ukraina. Dana bantuan itu merupakan paket Macro-Financial Assistance (MFA) berupa utang jangka panjang yang bersifat ringan.

Dilaporkan Ukrinform, Selasa (12/7), dana akan mengalir untuk kebutuhan-kebutuhan prioritas. Dana bantuan diprediksi akan bertambah dalam beberapa bulan mendatang. 

"Bersama dengan MFA darurat sebesar 1,2 miliar euro yang dikucurkan awal tahun ini, total dukungan makro-finansial dari UE ke Eropa sejak mulai perang kini mencapai 2,2 miliar euro, dan diperkirakan bertambah dalam beberapa bulan mendatang," tulis pernyataan Dewan Eropa yang menyetujui dana tersebut.

Dana bantuan ini akan menambah bantuan-bantuan Uni Eropa ke Ukraina dalam sektor kemanusiaan hingga pertahanan. Dana akan mulai cair usai penandatanganan memorandum of understanding bersama pihak Ukraina.

"Operasi MFA yang baru ini adalah bagian dari upaya luar biasa dari donor-donor bilateral dan institusi finansial international untuk mendukung Ukraina pada titik kritis ini," jelas pihak Dewan Eropa.

Anggaran Uni Eropa akan mengkover ongkos suku bunga dari utang MFA ini, sehingga diupayakan membatasi dampak fiskal ke Ukraina. Uni Eropa juga siap untuk memberikan bantuan agar ekonomi Ukraina bisa bangkit sesuai dengan aspirasi-aspirasi Eropa dari sisi Ukraina.

1 euro: Rp 15.050

3 dari 4 halaman

3 Jurus Utama Akhiri Perang Rusia-Ukraina Versi Dubes Vasyl Hamianin

Duta Besar (Dubes) Vasyl Hamianin mengatakan bahwa untuk mengakhiri perang Rusia Ukraina diperlukan langkah lebih jauh, tak sekadar upaya persiasif. Ia pun membeberkan tiga jurus utama terkait hal tersebut.

Yang pertama, menurutnya, siapa yang lebih agresif. 

"Jika kita bicara misalnya tentang konflik antara negara, pulau atau wilayah sengketa, tapi yang terjadi di Ukraina ini berbeda. Sekarang kami memiliki agresor, kami memiliki negara yang diserang. Dan sangat penting untuk memahami siapa yang harus disalahkan atas serangan ini. Dan siapa yang harus mengambil keputusan utama untuk menghentikan perang, di bawah tekanan atau dibujuk atau disuap," paparnya dalam konferensi pers online pada Selasa (12/7).

Hal kedua, menurutnya bukan hanya kemampuan dua pasukan untuk bertarung. "Artinya jika satu pihak jauh lebih kuat, dan pihak lain berada di ambang kekalahan. Maka mereka ingin satu pihak dapat mendikte kondisi dan tekanan pada yang pertama kepada dunia dan menekan negara yang menghadapi kekalahan, untuk menyepakati tuntutan dan segalanya."

"Apa yang terjadi sekarang, saya tidak melihat sedikit pun tanda-tanda arbitrase Ukraina, bahkan menunjukkan kelemahan. Saya pikir kami baik-baik saja. Namun, dibayar dengan harga yang sangat tinggi dari kehidupan prajurit, kami melakukannya dengan baik".

Dubes Hamianin mengatakan bahwa Ukraina yakin akan mengalahkan Federasi Rusia cepat atau lambat. "Jadi ini bukan tentang tawar-menawar, apakah kita bisa kita takut, kita tidak ingin ini, tidak sebanding dengan apa pun." 

4 dari 4 halaman

Perlu Bertemu

Dan faktor ketiga, merupakan tuntutan atau kondisi kedua belah pihak untuk bertemu.

"Jika mereka bertemu bersama sebentar saja, apa pun bisa disepakati kedua belah pihak. Ini akan memberi kita harapan bahwa negosiasi dapat dimulai dan kemudian dapat dilanjutkan," ungkapnya.

Namun dalam situasi ini, sambungnya, ia sendiri tak melihat kesamaan antara Federasi Rusia dan Ukraina, yang berarti bahwa tuntutan Federasi Rusia pada dasarnya Ukraina harus mengakui wilayah yang diduduki sebagai wilayah yang dibebaskan oleh tentara Rusia dan diduduki dan kemudian menjadi independen untuk bergabung dengan Rusia."

"Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah kita sepakati. Itu sebabnya, Itu sebabnya masalahnya."

"Saya akan mengatakan bahwa Anda tahu jika suatu negara membuat keputusan untuk menghentikan perang untuk membawa perdamaian di mana pun jika Anda melihat Ukraina, itu adalah keputusan suatu negara. Jadi itu bukan terserah presiden atau kabinet atau menteri atau menteri pertahanan, parlemen untuk memutuskan menghentikan perang atau tidak. Ini adalah keputusan negara dari orang-orang di Ukraina yang memiliki konsensus mutlak tentang hal ini dengan tentara kita tanpa presiden tanpa parlemen."

Jadi jika Anda berbicara tentang Rusia tidak ada hubungannya dengan orang-orangnya, jelasnya.

"Karena mereka tidak berpartisipasi dalam kehidupan politik dalam banyak keputusan di Rusia. Jadi keputusan bisa diambil oleh satu orang saja, tidak berkonsultasi dengan siapa pun, tidak meminta izin dari parlemen, izin dari publik, dari bangsa. Federasi Rusia jadi ini atas keputusan terserah satu orang."

"Jadi upaya utama harus dikonsentrasikan pada satu orang yakni presiden Putin," pungkasnya