Liputan6.com, Jakarta - Netflix menghadapi situasi berat lantaran harus berupaya mempertahankan ‘mahkotanya’ sebagai platform streaming paling populer.
Mereka kehilangan hampir 1 juta pelanggan antara April dan Juli 2022 karena jumlah orang yang berhenti dari layanan streaming semakin cepat.
Advertisement
Baca Juga
Tapi itu tidak sebanyak yang ditakuti oleh raksasa streaming itu, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (20/7/2022).
Ditanya apa yang bisa membuat para pelanggan tak berhenti berlangganan, kepala eksekutif perusahaan, Reed Hastings, mengatakan: "Jika ada satu hal, kami mungkin akan mengatakan 'Stranger Things.'"
Musim baru dari drama hit ini telah menjadi kesuksesan yang fenomenal, dan mungkin telah membantu membendung eksodus pelanggan Netflix.
Pihak prusahaan melaporkan kehilangan pelanggan pertamanya sejak 2011 pada bulan April, yang diikuti oleh ratusan PHK.Saingan menantang dominasinya, sementara kenaikan harga telah membuat pelanggan ikutan kabur.
Kerugian dari pelanggan yang dilaporkan pada Selasa (19/7) adalah yang terbesar dalam sejarah perusahaan, dengan AS dan Kanada memiliki jumlah pembatalan tertinggi pada kuartal tersebut, diikuti oleh Eropa.
Guy Bisson, direktur eksekutif di Ampere Analysis, mengatakan "tak terhindarkan" bahwa Netflix akan mulai melihat cengkeramannya di pasar yang mulai mengendur.
"Ketika Anda menjadi pemimpin, hanya ada satu arah yang harus ditempuh, terutama ketika sejumlah besar kompetisi ada di depan mata, yang telah dilihat Netflix dalam beberapa tahun terakhir," katanya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perubahan di Tubuh Netflix
Ini adalah perubahan besar bagi Netflix, yang tampaknya tak terbendung selama bertahun-tahun, karena merevolusi cara orang di seluruh dunia mengonsumsi hiburan.
Posisinya sebagai raksasa global diperkuat ketika pandemi melanda pada tahun 2020 dan orang-orang yang terjebak di rumah dengan beberapa pilihan hiburan lain, berbondong-bondong ke hit monster seperti Squid Game dan The Crown.
Tetapi ketika kebiasaan pra-pandemi kembali, Netflix telah berjuang untuk menarik pendaftaran baru dan mempertahankan loyalitas anggota yang ada, terutama karena krisis biaya hidup menyebabkan pengetatan keuangan.
Perusahaan juga menghadapi persaingan ketat dari Apple TV, HBO Max, Amazon Prime, dan Disney+.
Netflix pernah menjadi pengganggu, membuat toko penyewaan film dan video seperti Blockbuster menjadi mubazir. Tapi si pengganggu dengan cepat menjadi yang terganggu.
Langkah Netflix untuk membuat layanannya lebih mahal dari segi harga juga telah membuat para pelanggannya kabur.
Advertisement
Netflix Mengekor Perusahaan Global Setop Layanan dari Rusia
Netflix menangguhkan layanannya atau hengkang dari Rusia menyusul perang yang terjadi antara negara itu dengan Ukraina.
"Mengingat keadaan saat ini, kami telah memutuskan untuk menangguhkan layanan kami di Rusia," kata seorang juru bicara Netflix, dikutip dari laman CNBC International, Senin (7/3/2022).
Sebelumnya, platform streaming berbayar asal AS itu mengkonfirmasi akan menghentikan semua produksi dan akuisisi di Rusia.
Selain itu, Netflix juga menyatakan tidak akan menayangkan sejumlah saluran yang dikelola oleh pemerintah Rusia, yang beberapa waktu lalu diwajibkan oleh negara tersebut.
"Mengingat situasi saat ini, kami tidak memiliki rencana untuk menambahkan saluran tersebut ke layanan kami," kata Netflix kepada Hollywood Reporter.
Pengguna Netflix di Rusia Relatif Sedikit
Laporan CNBC sebelumnya menunjukkan, Rusia merupakan pasar Netflix yang persentasenya relatif kecil dari jumlah pengguna secara keseluruhan.
Netflix memiliki kurang dari 1 juta pengguna di Rusia, dibandingkan total 222 juta total pelanggannya di seluruh dunia.
Sebelum Netflix, Disney telah mengumumkan awal pekan lalu bahwa pihaknya menghentikan semua perilisan film di Rusia, termasuk film Pixar terbaru "Turning Red."
Studio film ternama lainnya, yaitu Warner Bros, Sony, Paramount Pictures dan Universal juga melakukan langkah serupa, dilansir dari BBC.
Di industri teknologi, Oracle juga mengatakan telah menangguhkan operasinya di Rusia, dan Apple yang menangguhkan penjualannya di negara tersebut.
Advertisement