Sukses

Joe Biden Positif COVID-19, Seberapa Parah Kasus Infeksi di AS?

Melihat kasus COVID-19 di Amerika Serikat usai Presiden Joe Biden terinfeksi.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dinyatakan positif COVID-19 oleh tim medis Gedung Putih. Usia Joe Biden sudah masuk akhir 70-an, sehingga ia termasuk kelompok rentan terhadap virus ini. Namun, ia sudah mendapatkan vaksin booster. 

Kondisi Presiden Joe Biden sejauh ini dilaporkan tidak parah. Ia disebut sedang mengalami gejala radang tenggorokan.

Joe Biden Positif COVID-19 pada Kamis 21 Juli 2022, lalu menjalani isolasi mandiri dan terus bekerja dari kantornya di Gedung Putih.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Senin (25/7/2022), kasus di AS mencapai 3,3 juta kasus dalam 28 hari terakhir. Totalnya ada 90,4 juta kasus selama pandemi COVID-19.

Sementara, ada 10.859 pasien yang meninggal karena Virus Corona COVID-19 dalam 28 hari terakhir. Kasus meninggal di AS karena virus ini sudah tembus 1 juta. 

Pada level global, ada 570,1 juta kasus Virus Corona. Selama 28 hari, ada 25,9 juta kasus baru.

Berikut 10 negara dan wilayah dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia selama 28 hari terakhir: 

1. AS: 3,3 juta kasus baru (total 90,4 juta)

2. Prancis: 2,9 juta kasus baru (total 33,6 juta)

3. Jerman: 2,5 juta kasus baru (total 30,3 juta)

4. Italia: 2,4 juta kasus baru (total 20,6 juta)

5. Jepang: 1,9 juta kasus baru (total 11,3 juta)

6. Brasil: 1,5 juta kasus baru (total 33,5 juta)

7. Australia: 1,1 juta kasus baru (total 9,1 juta)

8. Korea Selatan: 885 ribu kasus (total 19,2 juta)

9. Taiwan: 835 ribu kasus baru (total 4,4 juta)

10. Meksiko: 660 ribu kasus baru (total 6,6 juta)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Presiden Xi Jinping Doakan Joe Biden Cepat Pulih dari COVID-19

Sebelumnya dilaporkan, Presiden China Xi Jinping mengirim pesan simpati kepada mitranya dari Amerika Serikat Joe Biden pada Jumat (22 Juli 2022), lapor stasiun televisi pemerintah China CCTV, sehari setelah pemimpin AS berusia 79 tahun itu dinyatakan positif COVID-19.

Joe Biden positif COVID-19 pada Kamis 21 Juli dan bersikeras dia "baik-baik saja", dan mengatakan dia akan terus bekerja sambil mengisolasi diri di Gedung Putih dengan gejala ringan.

"Saya ingin menyampaikan simpati saya yang mendalam kepada Anda dan berharap Anda cepat pulih," tulis Xi dalam pesan kesembuhan dari Virus Corona COVID-19 untuk Joe Biden, lapor CCTV yang dikutip dari AFP, Sabtu (23/7).

Ini adalah kontak publik pertama antara kedua pemimpin sejak pertemuan puncak virtual terakhir mereka empat bulan lalu, karena hubungan antara dua negara adidaya global terus memburuk karena masalah termasuk Taiwan, Ukraina, dan persaingan sektor teknologi.

Kedua pemimpin negara adidaya itu sebelumnya mengadakan konferensi video pada 18 Maret, ketika Biden memperingatkan Xi agar tidak membantu Rusia dalam invasinya ke Ukraina.

Para pemimpin telah saling mengenal selama lebih dari satu dekade, telah melakukan perjalanan bersama ketika keduanya menjadi wakil presiden.

Awal pekan ini, Biden mengatakan bahwa panggilan telepon dengan Xi akan dilakukan dalam "sepuluh hari ke depan", beberapa minggu setelah diplomat top kedua negara bertemu dalam upaya untuk meredakan retorika yang meningkat atas Taiwan.

Beijing baru-baru ini mengecam perjalanan yang direncanakan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Jika Pelosi pergi, itu akan menjadi kunjungan resmi AS tingkat paling senior ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri - yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya - di bawah pemerintahan Joe Biden.

Pelosi juga mengangkat kemungkinan eskalasi militer dari China, dengan mengatakan pada hari Kamis: "Mungkin militer takut pesawat kami akan ditembak jatuh atau semacamnya oleh China."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Baik-Baik Saja

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa dia "baik-baik saja" meskipun terinfeksi COVID-19.

"Terima kasih atas perhatian Anda," tulis Biden di Twitter.

Istrinya, Jill Biden, mentwit sebelumnya bahwa Biden merasa baik-baik saja, dengan beberapa gejala ringan, seperti dikutip dari laman Xinhua, Jumat (22/7).

Ibu negara AS, yang kini berada di Detroit, Michigan, menambahkan bahwa dia negatif COVID-19 dan akan terus mengikuti panduan kesehatan masyarakat serta memakai masker.

Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang bertemu dengan Biden pada Selasa kemarin, dinyatakan negatif pada hari Kamis. Kantornya mengatakan dia akan tetap menggunakan masker dan melanjutkan jadwalnya seperti yang direncanakan.

Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengumumkan Kamis pagi bahwa Joe Biden, telah dites positif COVID-19 dan "mengalami gejala yang sangat ringan."

Biden bergabung dalam daftar pejabat yang tertular COVID-19.

Sudah vaksinasi COVID-19 dosis penuh dan dua kali booster, Biden kini telah mulai menggunakan Paxlovid, terapi antivirus yang diproduksi oleh Pfizer dan diberikan kepada pasien dengan COVID-19, menurut pernyataan dari Jean-Pierre.

"Dia akan mengisolasi diri di Gedung Putih dan akan terus menjalankan semua tugasnya secara penuh selama waktu itu," tambah Jean-Pierre.

Gedung Putih juga merilis memorandum dari dokter Biden, Dr. Kevin O'Connor, yang menulis bahwa presiden mengalami pilek, kelelahan, dan "batuk kering sesekali" yang dimulai pada Rabu malam. O'Connor mengatakan dia merekomendasikan Biden mengonsumsi Paxlovid.

Biden "akan terus bekerja dalam isolasi sampai hasil tes COVID-19-nya  negatif," kata Jean-Pierre. "Begitu negatif, dia akan kembali bekerja secara langsung."

4 dari 4 halaman

Joe Biden Konsumsi Paxlovid

Presiden Biden juga dilaporkan meminum pil antivirus Paxlovid yang baru-baru ini juga sudah mengantongi izin penggunaan darurat di Indonesia.

Pil antivirus yang mulai diminum Biden telah terbukti melindungi orang-orang yang berisiko tinggi mengalami kasus COVID-19 yang lebih serius.

Sebuah studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang diterbitkan bulan lalu menggabungkan data dari sistem perawatan kesehatan besar di California. Studi ini menemukan, dari 5.000 lebih orang yang diresepkan Paxlovid untuk kasus COVID ringan hingga sedang, hanya ada kurang dari 1 persen yang membutuhkan perawatan rumah sakit atau ruang gawat darurat. Dengan catatan, banyak dari mereka sudah divaksinasi.

“Hanya ada enam pasien rawat inap dan 39 kunjungan ke unit gawat darurat terkait COVID yang terjadi dalam lima hingga 15 hari setelah penggunaan obat,” mengutip New York Times Jumat (22/7/2022).

Para peneliti menggarisbawahi, ada batasan signifikan dalam penelitian ini, termasuk kurangnya kelompok kontrol yang tidak menerima pengobatan. Dengan demikian,  lebih sulit untuk menentukan manfaat sebenarnya atau membandingkannya dengan manfaat vaksinasi.