Sukses

28 Juli 2022: Kasus Virus Corona COVID-19 Melonjak, Cacar Monyet Menyebar

Lonjakan kasus Virus Corona COVID-19 di dunia kini berbarengan dengan penyeberan cacar monyet.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 sedang melonjak di berbagai negara pada musim panas 2022. Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga tidak luput dari subvarian BA.5 yang menyebar dengan cepat. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Kamis (28/7/2022), ada 26,5 juta kasus baru virus corona di dunia selama 28 hari terakhir. Angka kematian pada periode yang sama mencapai 53 ribu. 

Berikut 10 negara dan wilayah dengan kasus COVID-19 tertinggi dalam 28 hari terakhir, serta total kasusnya:

1. Amerika Serikat: 3,4 juta kasus baru (total 90,9 juta)

2. Prancis: 2,8 juta kasus baru (total 33,8 juta)

3. Jerman: 2,5 juta kasus baru (total 30,7 juta)

4. Italia: 2,4 juta kasus baru (total 20,8 juta)

5. Jepang: 2,4 juta kasus baru (total 11,9 juta)

6. Brasil: 1,4 juta kasus baru (total 33,7 juta)

7. Australia: 1,1 juta kasus baru (total 9,2 juta)

8. Korea Selatan: 1 juta kasus baru (total 19,5 juta)

9. Taiwan: 786 ribu kasus baru (total 4,4 juta)

10. Meksiko: 641 ribu kasus baru (total 6,6 juta)

Pada saat bersamaan, cacar monyet juga bermunculan di berbagai negara. Meski tak mematikan seperti virus corona dan vaksinnya sudah ada, pihak WHO memutuskan untuk waspada. Kasus-kasus cacar monyet menyebar di Amerika, Inggris, Arab Saudi, hingga Asia Timur dan Kamboja.

Cacar monyet bisa menular lewat kontak fisik.

NPR melaporkan Amerika Serikat telah mencatat 3.000 ribu lebih kasus cacar monyet. Kasus di Asia Tenggara telah muncul dari warga Nigeria di Thailand yang sempat kabur ke Kamboja. Saudi Gazette juga telah melaporkan ada tiga kasus di Saudi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Gejala Khas Cacar Monyet, Kemenkes: Demam Tinggi dan Benjolan di Leher

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes)  RI Mohammad Syahril mengatakan bahwa saat seseorang terinfeksi cacar monyet terjadi dua periode. Periode awal yakni masa invasi dari nol sampai lima hari ditandai dengan gejala demam tinggi, pusing berat, pembesaran kelenjar di leher, ketiak dan selangkangan.

"Jadi, apa sih gejala khasnya? Ya ini, demam tinggi biasanya di atas 38 derajat Celsius, sakit kepala berat atau pusing sekali dan ada benjolan di leher, ketiak, selangkangan serta nyeri otot," tutur Syahril. 

Lalu bakal memasuki masa erupsi ini adalah sebuah kondisi 1-3 hari usai demam tinggi. Seseorang yang terinfeksi cacar monyet atau monkeypox bakal mengalami lesi atau ruam pada kulit.

Sekitar 95 persen ruam terjadi di wajah, lalu telapak tangan dan kaki. Lalu ada di mukosa, alat kelami, serta selaput lendir mata.

"Cacar monyet disampaikan bisa sembuh sendiri, setelah 2-4 pekan minggu ruam-ruam pecah dan mengering akan sembh dengan sendirinya," kata Syahril dalam konferensi pers pada Rabu, 27 Juli 2022.

Lalu, apakah penyakit ini bisa menimbulkan kematian? Syahril mengatakan bahwa data menunjukkan angka kematian 0-11 persen.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kemenkes Siapkan 10 Laboratorium di Sejumlah Daerah Deteksi Cacar Monyet

Pemerintah meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi penularan cacar monyet. Untuk itu,  Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan surat edaran dan menetapkan dua laboratorium untuk terus memantau perkembangan kasus ini.

Cacar monyet merupakan infeksi zoonosis disebabkan oleh infeksi virus cacar monyet dari genus orthopoxviridae. Kasus cacar monyet dilaporkan pertama kali ditemukan di Inggris, 6 Mei.

Kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan cacar monyet sudah ada di 75 negara dengan lebih dari 17 ribu kasus. 23 Juli, WHO menetapkan kasus cacar monyet sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril mengatakan, status tersebut mengharuskan negara merespons dengan cepat untuk pencegahan, pengendalian dan pengobatan cacar monyet. 

"Sejak awal kami sudah mengumpulkan informasi, mengikuti perkembangan dunia, meningkatkan kewaspadaan publik melalui surat edaran, webinar dan beberapa pertemuan dengan tenaga kesehatan, serta dinas kesehatan," kata Syahril, dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan.

Syahril mengatakan untuk deteksi, Kementerian Kesehatan sudah melalukan penyelidikan epidemiologi dan menyiapkan kapasitas laboratorium. Ada dua laboratorium yang sudah siap, yakni di Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemyati - BKPK, Kemenkes dan di Pusat Studi Satwa Primata IPB, Bogor.

"Kami juga akan menambah sembilan atau 10 pusat laboratorium yang akan ditempatkan di daerah-daerah strategis," ujar Syahril.

Sedangkan untuk treatment dan vaksin, Kementerian Kesehatan sedang menyiapkan pemenuhan logistik antivirus dan vaksin. "Kami berkomunikasi dengan dunia internaisonal yang sudah melalukan vaksin dan pengobatan."

Kemenkes juga sudah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan ke seluruh maskapai, pengelola transportasi darat dan laut, rumah sakit, puskesmas dan fasilitas layanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan kewaspdaan. "Bahwa kasus ini bisa saja masuk Indonesia dan kita harus siap," tegas Syahril.

Syahril, mengajak masyarakat mencegah cacar monyet dengan hidup sehat, bersih, dan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Jika mengalami demam dan ruam, Syahril mengimbau agar memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan.

4 dari 4 halaman

Pernah Jadi Endemi Tahun 1970, Ini Perbedaan Cacar Monyet Dulu dan Sekarang

Pada Sabtu 23 Juli 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan monkeypox atau cacar monyet sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Hal tersebut lantaran cacar monyet yang terdeteksi saat ini sudah sebanyak 17.156 kasus. Sebenarnya, cacar monyet bukanlah penyakit baru. Sebelumnya cacar monyet pertama kali terdeteksi pada tahun 1958.

Bahkan pada 1970, cacar monyet sempat menjadi endemi di negara-negara Afrika Barat dan Afrika Tengah. Meski begitu, cacar monyet dulu dan sekarang ternyata memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Cacar monyet yang sebelumnya muncul dapat terjadi pada segala kategori usia, termasuk pada anak-anak. Namun yang terjadi saat ini, justru cacar monyet lebih banyak terdeteksi pada orang dewasa.

Terlebih, cacar monyet juga diketahui spesifik banyak terjadi pada pria biseksual dan gay. 

"Sebetulnya ada perbedaan gambaran klinis yang bisa kita temukan dari laporan kasus cacar monyet yang ditemukan di Afrika dengan tiga bulan terakhir ini mulai merebak," ujar dokter spesialis penyakit dalam, Robert Sinto dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bertema Perkembangan Kasus Cacar Monyet (Monkeypox) di Indonesia pada Rabu, (27/7).

Robert menjelaskan bahwa cacar monyet yang pernah ditemukan dahulu dapat menginfeksi banyak usia, mulai dari anak-anak, wanita, dan pria. Biasanya, gejala cacar monyet yang muncul kala itu berupa dataran merah, menonjol, berisi cairan, dan terakhir akan menjadi keropeng dan melepas.