Sukses

Rusia Dekati Afrika Usai Kena Sanksi Barat

Menlu Rusia Sergey Lavrov mengunjungi negara-negara Afrika di tengah perang yang terjadi di Ukraina.

Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov baru saja menyelesaikan tur ke Afrika. Lavrov ingin memperkuat relasi dengan negara-negara Afrika di tengah sanksi dari negara-negara Barat.

Menurut laporan media pemerintah Rusia, TASS, Kamis (28/7/2022), negara terakhir yang dikunjungi Menlu Lavrov adalah Ethiopia. Isu kerja sama dalam satu abad terakhir menjadi topik diskusi.

Menteri Luar Negeri Ethiopia Demeke Mekonnen berkata kunjungan Rusia tepat waktu untuk membahas krisis global dan kerja sama.

"Kunjungan dari kolega Rusia sangatlah tepat waktu. Kami memiliki diskusi yang sangat subur. Kami membahas topik-topik nasional, regional, dan global. Kami mengungkit krisis makanan saat ini dan kekhawatiran-kekhawatiran terkait agar bisa bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini," ujar Mekonnen kepada media Izvestia.

Sementara, Sergey Lavrov menolak dunia yang berdasarkan kepentingan Barat saja. Ia pun memuji hubungan Rusia dengan Ethiopia.

Lavrov berkata relasi kedua negara memiliki sejarah yang kaya raya dan panjang.

Selanjutnya, Menlu Lavrov akan travel menuju Uzbekistan. Ia akan menghadiri Shanghai Cooperation Organization’s Council of Foreign Ministers. 

Baru-baru ini, Sergey Lavrov juga baru datang ke Bali untuk menghadiri forum menteri luar negeri G20. Kedatangan Lavrov sempat diwarnai boikot foto bersama para menlu. Mereka menolak foto dengan Rusia. 

Sergey Lavrov juga disebut walk out, namun hal itu dibantah pihak Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dubes Ukraina: Jika Kita Diam, Rusia Akan Bertindak Makin Parah

Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, mengaku lelah mendengar retorika Rusia yang terus berubah tiap harinya. Ia bahkan menyebut Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov sebagai menteri propaganda dan Presiden Vladimir Putin sebagai diktator.

Pernyataan itu ia ungkap pada konferensi pers virtual, Kamis (28/7/2022). Dalam kesempatan tersebut, Dubes Hamianin juga membahas soal gas, energi, dan retorika Rusia. 

Dubes Hamianin berkata Ukraina ingin sekali mengirim gandum ke luar negeri, namun Rusia menghancurkan, menghalangi, dan menyegel infrastruktur-infrastruktur yang diperlukan. 

"Jika kita diam saja, Rusia akan bertindak semakin parah," ujar Dubes Ukraina Hamianin. 

"(Rusia) membakar bibit-bibit di ladang kita. Ini masih terjadi sayangnya. Mereka berusaha mendistraksi, menghancurkan logistik, menyegel gudang, serta infrastruktur-infrastruktur terkait pengiriman gandum untuk mencegah gandum Ukraina tiba ke pasaran, terutama pasar Afrika, dan sejumlah pasar Asia," ucap Dubes Ukraina.

Terkait gas, Dubes Ukraina menyebut Rusia menggunakan gasnya untuk melakukan pemerasan kepada Eropa. Dubes Ukraina juga menuding Rusia ingin membuat Eropa "membeku sampai mati" walau Rusia telah membantah menggunakan energi sebagai senjata. 

"Saya hanya lelah terhadap perubahan-perubahan retorika Rusia dan narasinya dan kebohongannya tiap hari. Tiap hari mereka berbohong tentang hal lain. Tetapi kita adalah orang-orang cerdas, kita orang-orang rasional, kita paham itu," ujarnya.

Sebelumnya, Komisioner Anggaran dari Komisi Eropa Johannes Hahn turut menegaskan bahwa Rusia memainkan energi sebagai senjata. Hahn berkata Rusia akan rugi sendiri.

Klik di sini untuk baca wawancara dengan Hahn terkait perang di Ukraina.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Jokowi dan PM Jepang Bahas soal Rusia-Ukraina hingga Situasi di Myanmar

 Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Perdana Menteri (PM) Jepang Kishida Fumio membahas situasi kawasan dan kerja sama internasional, dalam pertemuan yang dilakukan di Kantor PM Jepang, Tokyo, Rabu (27/7).

Adapun isu kawasan yang dibahas oleh kedua pemimpin negara antara lain, mengenai agresi Rusia ke Ukraina, Laut China Selatan, hingga situasi kemanusian di Myanmar. 

"Dalam working lunch setelah konferensi bersama ini, kami akan mendiskusikan situasi di kawasan dan kerja sama internasional," kata PM Kishida dalam konferensi pers yang ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Rabu.

"Pembahasan situasi di kawasan antara lain, agresi Rusia ke Ukraina, Laut Tiongkok Timur dan Selatan, kebijakan terhadap Korea Utara seperti, isu nuklir, rudal, dan isu penculikan, serta situasi di Myanmar," sambungnya.

Sementara itu, pembahasan kerja sama internasional antara lain, pelucutan senjata, Nonproliferasi senjata nuklir, serta peningkatan fungsi PBB. PM Kishida menyampaikan kunjungan Jokowi tersebut menjadi momentum mempererat hubungan Jepang-Indonesia.

"Kami akan menjadikan kunjungan Presiden Joko Widodo kali ini sebagai momentum untuk lebih lanjut mempererat hub Jepang-Indonesia mengingat kita akan memperingati 65 tahun hububgan Diplomatik dan 50 tahun persahabatan," jelas dia.

"Dan kerja sama Jepang-Asean pada tahun depan bersama dengan Indonesia, Jepang akan berkontribusi untuk kestabilan kawasan dan dunia," imbuh PM Kishida.

4 dari 4 halaman

Xi Jinping Puji Kunjungan Jokowi ke Rusia-Ukraina

Presiden China, Xi Jinping, mengapresiasi upaya Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam mengupayakan perdamaian dan memperbaiki situasi kemanusiaan. Salah satunya, melalui kujungan ke Ukraina dan Rusia.

Hal ini disampaikan Xi Jinping saat melakukan pertemuan bilateral dengan Jokowi di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse Beijing, Selasa (26/7). Adapun Jokowi menjadi Kepala Negara pertama yang kunjungi China setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. 

"Kunjungan ini dinilai Presiden Xi menunjukkan tanggung jawab Indonesia sebagai negara besar," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi usai mendampingi Jokowi, sebagaimana dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.

Menurut dia, Presiden Jokowi dan Xi Jinping membahas berbagai isu antara lain, isu kawasan dan dunia. Sebagai negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tempat yang penting bagi RRT dan kawasan.

"Apalagi saat ini Indonesia memegang Presidensi G20 dan tahun depan menjadi Ketua ASEAN," tuturnya.

Selain itu, isu G20 dan ASEAN turut dibahas dalam pertemuan ini. Indonesia menyampaikan penghargaan atas dukungan China terhadap keketuaan Indonesia di G20.

"Mengenai ASEAN, Indonesia berkomitmen untuk menjadikan ASEAN relevan, tidak saja bagi masyarakat Indonesia namun juga untuk kawasan dan dunia," jelas Retno.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.