Liputan6.com, Seoul - 10 Mei 2022, Istana Kepresidenan Korea Selatan yang biasa disebut "Blue House" (Cheong Wa Dae) atau Gedung Biru akhirnya resmi dibuka untuk publik.
Akhirnya setelah 74 tahun, istana kepresidenan yang ikonik dengan genting biru tersebut terbuka untuk umum. Dulu, bangunan yang berada di belakang Istana Gyeongbokgung, kawasan Jongno, Seoul itu adalah bangunan yang jarang dikunjungi dan selalu dijaga ketat petugas.
Pembukaan Gedung Biru ini adalah bagian dari janji baru Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol untuk meninggalkan istana dan mendirikan kantornya di kompleks Kementerian Pertahanan di Distrik Yongsan, sekitar 5 km jauhnya.
Advertisement
Menurut informasi, memungkinkan maksimal 39.000 orang per hari untuk berkunjung ke Blue House.
Liputan6.com berkesempatan mengunjungi Gedung Biru tersebut dalam program 'Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea' kerja sama Korea Foundation dan Forum Policy Community Indonesia (FPCI) pada Juni 2022 lalu. Menurut pantauan langsung saat itu, terlihat warga Korea Selatan begitu antusias mengunjungi bangunan tersebut.
Terbukti dari antrean mengular menuju sejumlah bangunan di kompleks Gedung Biru tersebut. Cuaca cerah dan sedikit terik di suhu sekitar 26 derajat Celcius tak menghalangi niat para pengunjung berdiri nyaris satu jam untuk masuk ke salah satu bangunan di kompleks Gedung Putih.
"Saya sendiri juga antusias, belum pernah masuk ke sini sebelumnya. Ini pertama kalinya, dibuka sejak Presiden Yoon Suk Yeol menjabat," ujar Choi Hyunsoo, Direktur Korea Foundation untuk Indonesia kepada Liputan6.com. Ia pun tak luput mengabadikan momen kehadirannya di Gedung Putih dengan berfoto maupun selfie dengan latar bekas kantor presiden Korea Selatan itu.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Petugas Pun Antusias
Polisi pariwisata yang ditemui Liputan6.com saat berkeliling kompleks Gedung Biru, Lee.J.Y juga merespons dengan serupa terkait pembukaan publik Gedung Biru.
"Saya juga baru pertama ke sini, katanya sejak dibuka banyak pengunjung antre untuk melihat-lihat bagaimana sih Gedung Biru itu," ujar Lee dalam bahasa Indonesia cukup fasih.
Wanita yang mengaku pernah menimba ilmu di Yogyakarta itu mengatakan bahwa dirinya bersama sejumlah rekan berkeliling memantau pengujung, khawatir ada yang butuh bantuan.
Para pengunjung yang datang umumnya berpakaian santai, seperti mengenakan kaus dan celana training lengkap dengan sepatu olahraga. Karena area kompleks sedikit menanjak dan menurun serta cukup jauh dari satu bangunan menuju bangunan lainnya.
"Halo, senang bertemu orang Indonesia di sini. Ini kunjungan pertama saya," ujar salah satu pengunjung asal Korea dengan antusias sembari mengantre masuk Ruang Kerja Presiden Korea Selatan.
Sejumlah turis asing juga terlihat turut mengantre di kompleks Gedung Biru tersebut.
Advertisement
Antrean Panjang Terlihat Sejak Pagi
Masyarakat yang ingin datang ke Gedung Biru dapat mendaftar melalui aplikasi Kakao, Naver atau Toss.
Dengan pembukaan Gedung Biru untuk publik, lingkungan kompleks istana pun berubah menjadi suasana seperti pekan raya. Pengunjung terus berdatangan, bahkan antrean sudah dimulai sejak pukul 06.30 waktu setempat.
Jika sebelumnya ribuan orang kerap berkumpul di dekat Blue House untuk protes dan pawai. Saat ini ribuan orang berkumpul untuk mengantre dan masuk ke Blue House demi memuaskan rasa ingin tahu mengenai keseharian para presiden Korsel dan keluarganya.
"Saya sendiri belum pernah ke sana, tapi area 'Blue House' sangat menarik. Di sana publik bisa melihat pakaian, telepon, bahkan toilet yang dipakai oleh mantan-mantan presiden korea Selatan sebelumnya karena pemerintahan yang baru memutuskan untuk menggunakan gedung Kementerian Pertahanan," kata Presiden Korea Foundation Geun Lee saat berbincang dengan peserta "The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea" kerja sama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation.
Ia membenarkan bahwa minat rakyat Korea Selatan untuk datang ke Gedung Biru memang tinggi.
Geun Lee kemudian memaparkan bahwa Korea Selatan memang memindahkan sejumlah kantor pemerintahan ke kota baru Sejong. "Tapi kantor Presiden, kantor Kementerian Olahraga, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan tetap di Seoul, sedangkan kementerian lain seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri pindah ke Sejong, tapi DPR masih di Seoul, jadi memang agak kurang efisien karena pekerjaan koordinasi antarkantor pemerintahan harus melalui banyak perjalanan".
Â
Sekilas Gedung Biru, Keindahan di Belakang Gunung Bugaksan
Blue House, demikian namanya disematkan pada Agustus 1960 oleh Pemerintah Korea Selatan.Sebagai upaya untuk meredam sentimen negatif dari rakyat terhadap kediaman pemerintah sebelumnya yang dicurangi dalam pemilihan.
Atap biru melambangkan perdamaian dan pemberontakan yang demokratis pada tahun 1960.
Gedung Biru juga mengalami banyak perubahan selama bertahun-tahun. Dulunya, Blue House itu merupakan situs taman kerajaan hingga tahun keempat pemerintahan Raja Taejo (memerintah pada 1392-1398).
Setelah Kekaisaran Jepang datang ke Korea, gubernur jenderal Jepang pada Juli 1939 membangun kediaman resmi di lokasi itu untuk ditinggali maupun berkantor semasa pemerintahan kolonial Jepang menguasai Semenanjung Korea.
Setelah Korea dibebaskan dari Jepang pada 1945, komandan militer Amerika Serikat kemudian menduduki tempat itu. Lalu sejak 1948, bangunan itu menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Korea Selatan. Luas seluruh kompleks mencapai sekitar 250 ribu meter persegi atau 62 hektare.
Pantauan Liputan6.com, ada sejumlah bangunan di kompleks Blue House. Sebagian besar dibangun dalam gaya arsitektur tradisional Korea dengan beberapa elemen modern.
Konon The Blue House adalah tempat tinggal resmi paling dilindungi di Asia yang terletak di Distrik Jongno di ibu kota Seoul. Dari namanya, sudah bisa ditebak bahwa ciri khas Cheong Wa Dae ini adalah gentingnya yang berwarna biru.
Hal itu pula lah yang jadi perhatian seseorang saat memasuki tempat ini. Sebab tak banyak bangunan menggunakan genting dengan warna tersebut.
Bangunan-bangunan tersebut berpadu indahnya pemandangan Gunung Bugaksan yang ada dibelakangnya.
Menurut informasi, bangunan Cheong Wa Dae terdiri dari Kantor Utama, Yeongbingwan (Guest House), Chunchugwan (Paviliun Musim Semi dan Musim Gugur), Nokjiwon (Rumput hijau), Lembah Mugunghwa (Mawar Sharon), dan Tujuh Istana. Seluruh kompleks mencakup sekitar 250.000 meter persegi atau 62 hektar.
Semua bangunan tersebut memiliki bentuk dan rancangan yang khas dibangun dengan gaya tradisional Korea. Konon sekitar 150 ribu genting menyusun atap Rumah Biru. Masing-masing dipanggang secara individual yang membuatnya cukup kuat untuk digunakan selama ratusan tahun.
Jika Anda berbelok ke kanan, Anda akan melihat Chunchugwan. Atap Chunchugwan terbuat dari genting tanah. Di sinilah konferensi pers presiden kerap diadakan. Di sisi kiri kantor utama, ada Yeongbingwan, sebuah bangunan yang dirancang untuk mengadakan konferensi besar dan acara resmi untuk tamu asing.
Beranjak ke wisata alam, Anda akan disuguhkan pemandangan hijau sejauh mata memandang sekeliling area Blue House. Banyak pohon-pohon rindang bertabur bebungaan di sekitarnya.
Pengunjung pun tak sedikit yang menikmati suasana tersebut dengan berpikinik bersama keluarga dan teman. Mereka duduk di pinggir, sambil menikmati makanan dan minuman yang dibawa dari rumah.
Anda bisa berjalan di sepanjang Nokjiwon dan Lembah Mugunghwa. Di Nokjiwon, konon merupakan tempat para presiden menanam pohon pada acara peringatan. Kabarnya ada satu pohon terkenal yang berusia 310 tahun di sana, namun sayang Liputan6.com tak dapat menemukan lokasinya.
Lembah Mugunghwa memiliki bunga berwarna-warni, air mancur, dan patung phoenix, yang membuatnya sempurna untuk mengambil gambar. Jalan-jalan santai bersama keluarga di arena ini banyak terlihat dilakukan pengunjung, sebab suasananya rindang dan sejuk tertutup pepohonan.
Kabarnya waktu terbaik mengunjungi lokasi taman ini antara bulan Juli dan Oktober, ketika bunga-bunga Mugunghwa mekar.
Advertisement