Liputan6.com, Jakarta - Data dari situs World-o-Meter menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di Asia, Jumat (29/7/2022), secara total telah menembus 168.644.544. Catatan tersebut mendapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak.
Berikut ini 10 besar kasus COVID-19 di Asia dengan total infeksinya:
- India 43.976.311
- Korea Selatan 19.620,.517
- Turki 15.524.071
- Jepang 12.118.112
- Vietnam 10.774.679
- Iran 7.368.945
- Indonesia 6.191.664
- Korea Utara 4.772.813
- Malaysia 4.668.139
- Thailand 4.586.550
Menurut data tersebut, terdapat penambahan kasus COVID-19 sebanyak 317.922 di Asia. Dengan total kematian mencapai 1.446.994
Advertisement
Sementara berdasarkan COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 574.774.835. Dengan penambahan 27.075.607 dalam 28 hari terakhir.
Sudah 6.395.370 kematian tercatat akibat infeksi Virus Corona COVID-19, dengan penambahan 55.686 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 11.952.045.082 dosis.
Amerika Serikat (AS) terpantau berada di urutan pertama negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir dan secara total keseluruhan.
Dalam 10 besar negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:
- Amerika Serikat
- Prancis
- Jepang
- Jerman
- Italia
- Brasil
- Korea Selatan
- Australia
- Taiwan
- Meksiko
Dari data tersebut, ada Jepang, Korea Selatan dan Taiwan yang masuk wilayah Asia dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Subvarian Omicron Ba.4 dan BA.5
Sementara itu, subvarian Omicron BA.4 dan Ba.5 dilaporkan tengah melanda dunia termasuk Indonesia.
Belum lama ini Presiden AS Joe Biden dilaporkan terinfeksi varian BA.5 pada 21 Juli lalu. Beliau telah dinyatakan negatif setelah lima hari menjalani isolasi mandiri di Gedung Putih.
Sementara di Indonesia, potensi kenaikan kasus COVID-19 nasional dengan adanya dominasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diperkirakan masih akan terjadi ke depannya. Masyarakat pun diharapkan tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan, utamanya kembali memakai masker di luar ruang.
Wanti-wanti di atas disampaikan Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito. Jika melihat data negara lain, puncak kasus COVID-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi pada 16-33 hari sejak kedua varian ditemukan di negara yang bersangkutan.
Di Indonesia, subvarian BA.4 dan BA.5 terdeteksi pada 6 Juni 2022. Semenjak ditemukannya kedua varian tersebut, perlahan-lahan terjadi penambahan kasus harian COVID-19 Tanah Air. Mulai dari 1.000 kasus per hari sampai menembus 3.000 kasus baru dalam beberapa hari ini.
"Berkaca dengan pengalaman dari negara lain, umumnya puncak kasus terjadi sekitar 16-33 hari dengan rawat inap 29-49 hari kemudian sejak subvarian ini ditemukan," terang Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Jumat (15/7/2022).
Meski demikian, Wiku menekankan, potensi kenaikan kasus bisa dicegah dengan perilaku yang tepat di masa pandemi.
"Jika ditelaah, kedua subvarian Omicron ini ditemukan pada tanggal 6 Juni 2022 atau sekitar 36 hari yang lalu. Artinya, masih ada (potensi) kenaikan kasus kasus ke depannya. Potensi ini bisa kita cegah dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)."
Advertisement
Waspada Cacar Monyet
Berdasarkan data yang dihimpun Our World in Data (OWID) per Rabu, 27 Juli 2022, total terkonfirmasi cacar monyet di seluruh dunia sudah mencapai 17.156 kasus. Peningkatan tersebut terjadi sejak Juli 2022 di Eropa.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa keseluruhan kasus tersebut tersebar pada 75 negara di dunia dan telah ditetapkan sebagai Darurat Kesehatan Global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
"Kalau melihat grafik, naiknya ini memang di bulan Juli 2022. Kenaikannya sangat cepat dan WHO dengan cepat mengumumkan di tanggal 23 sebagai Darurat Kesehatan Global," ujar Syahril dalam konferensi pers bersama Kemenkes RI bertema Perkembangan Kasus Cacar Monyet (Monkeypox) di Indonesia ditulis Kamis, (28/7/2022).
Syahril menjelaskan, terdapat pula 10 negara dengan kasus cacar monyet terbanyak di dunia. Lalu apa sajakah itu? Berikut diantaranya.
- Spanyol: 3.125 kasus
- Amerika Serikat: 2.581 kasus
- Inggris: 2.213 kasus
- Prancis: 1.562 kasus
- Jerman: 712 kasus
- Belanda: 712 kasus
- Kanada: 681 kasus
- Brasil: 607 kasus
- Portugal: 588 kasus
- Italia: 407 kasus
Sedangkan dua negara tetangga yang dekat dengan Indonesia yang juga melaporkan adanya kasus cacar monyet sejauh ini adalah Singapura dan Australia.
"Nah dua negara tetangga dekat Indonesia yaitu Singapura (awalnya) ada enam, bahkan delapan, terus tadi nambah dua (total 10). Australia ada 41. Ini yang perlu kita waspadai karena negara tetangga kita sudah ada," kata Syahril.
Sejauh ini, Indonesia belum melaporkan adanya kasus cacar monyet. Namun, terdapat sembilan orang dengan status suspek dan telah menjalani tes dengan hasil negatif cacar monyet.
Cacar Monyet Diduga Bisa Menular Lewat ASI, Ibu Disarankan Rehat Menyusui Saat Terinfeksi
Beragam informasi soal cacar monyet atau monkeypox kini semakin mencuat. Terutama sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit satu ini sebagai Darurat Kesehatan Global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).
Salah satu laporan yang ditemukan sejauh ini berkaitan dengan cara penularan cacar monyet, yang salah satunya ternyata bisa menular pada bayi lewat ASI. Lalu, benarkah demikian?
Dokter spesialis penyakit dalam, Robert Sinto mengungkapkan bahwa laporan dalam The New England Journal of Medicine menemukan cacar monyet ada pada cairan sperma. Namun hingga saat ini, belum dapat dipastikan bahwa virus cacar monyet tersebut hidup atau mati.
"Nah karena dia (sperma dan ASI) sama-sama pernah melewati aliran darah, maka secara hipotesis kita bisa menduga bahwa virus ini bisa ditransmisikan lewat air susu ibu," ujar Robert dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI ditulis Kamis, (28/7/2022).
Robert menjelaskan, itulah mengapa Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyarankan untuk ibu menyusui agar tidak memberikan ASI pada anak secara langsung ataupun ASI perah.
"CDC sampai sekarang ini menyarankan bahwa sampai kita bisa mendapatkan kejelasan apakah dia bisa menular dari ASI atau tidak, maka untuk ibu-ibu menyusui yang terinfeksi oleh monkeypox disarankan untuk tidak memberikan ASI," kata Robert.
"Tujuannya bukan hanya supaya tidak ada kontak erat. Tapi bahkan ASI perah yang dihasilkan pun tidak disarankan untuk tidak diberikan pada anak," tambahnya.
Advertisement