Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan pemilihan dirinya sebagai Ketua Panel Tinggi (High-Level Panel of Eminent Persons) oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon, karena kapasitas pribadinya. Bukan hanya karena jabatannya sebagai kepala pemerintahan Indonesia.
"Dalam kaitan dengan MDGs, dulu Indonesia hanya sebagai penerima. Sekarang Indonesia bisa menentukan isinya karena saya menjadi Ketua Panel Tinggi PBB untuk merumuskan program pengganti MDGs itu," kata SBY di Monrovia sebelum bertolak ke Abuja, Nigeria, Sabtu (2/2/2013).
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) akan berakhir pada 2015. Sekjen PBB Ban Ki Moon telah memilih Panel Tinggi PBB untuk merumuskan program penggantinya. Panel yang diketuai bersama oleh Presiden SBY, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron ini beranggotakan 27 tokoh dari berbagai kalangan profesi.
Panel ini ditunjuk Sekjen PBB karena orangnya, bukan jabatannya. Karena itu ada presiden aktif, mantan presiden, perdana menteri, mantan perdana menteri, aktivis sosial masyarakat dan bahkan wartawan yang menjadi anggota Panel.
"Dilihat dari latar belakang anggota panel, isu yang diangkat sangat beragam. Tapi itu justru kekayaan dari panel ini. Diskusinya sangat hidup dan dinamis," kata SBY menceritakan hasil pertemuannya di Monrovia.
Setelah pertemuan final Bali bulan Maret 2013 mendatang, panel bekerja merumuskan laporan untuk diserahkan ke Sekjen PBB bulan Mei 2013. Selanjutnya, sekitar 180 negara akan menanggapi hingga kemudian ditetapkan program pengganti MDGs.
"Mungkin namanya Program Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development programs)," jelas SBY.
Presiden ke-6 RI ini menyampaikan, sejak panel dibentuk tahun 2012, ia kerap bertukar pikiran dengan pemimpin dunia. "Mereka bilang tolong kita sudah punya MDGs. Kami sudah berusaha mencapai MDGs, lalu MDGs hilang. Ada program baru yang membingungkan," ungkapnya.
Terhadap pemikiran itu, SBY menyampaikan 3 pilihan. Pertama, 8 tujuan di MDGs masih berlaku, tapi ditajamkan dan dimodifikasi. Semua negara yang menjalankan MDGs jadinya tak perlu bingung.
Kedua, 8 tujuan tersebut dipertahankan, dengan catatan adanya penambahan satu, dua, atau tiga tujuan lain. "Bisa saja 8 delapan tujuan tak diubah, lalu tambah satu atau dua lagi. Jadi 10 MDGs. Itu opsi bagus," katanya.
Ketiga, program MDGs dibongkar habis. "Saya kurang setuju. Jadi opsi 1 dan 2 nanti di Bali yang diputuskan," tandas SBY.
Sebelumnya, pada Mei 2012 lalu, SBY terpilih sebagai salah satu Ketua Bersama (co-chairs) dalam Panel Tingkat Tinggi untuk agenda pembangunan pasca 2015, yang dibentuk Sekjen PBB, Ban Ki-Moon. Panel ini dibentuk sebagai upaya melakukan akselerasi langkah dan pembahasan post 2015 development agenda setelah KTT Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20).(Ant/Riz)