Sukses

Korban Lowongan Kerja Bodong Kamboja Mengaku Tergiur Gaji Fantastis

Korban lowongan kerja bodong di Kamboja mengaku tergiur akan tawaran gaji fantastis. Tak hanya itu, mereka juga termakan omongan dengan fasilitas dan kemudahan kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Korban lowongan kerja bodong di Kamboja mengaku tergiur akan tawaran gaji fantastis. Tak hanya itu, mereka juga termakan omongan dengan fasilitas dan kemudahan kerja.

Irma (nama disamarkan), istri dari korban yang masih menunggu suaminya pulang dari Kamboja mengaku bahwa iming-iming di awal menjadi alasan suaminya nekat bekerja di luar negeri.

"Gaji fantasis jadi alasannya," ujar Irma saat menceritakan kisahnya secara online yang difasilitasi oleh Migrant CARE, Senin (1/8/2022).

"Selain itu keluar negeri tujuannya untuk mencari rezeki. Namun semuanya berbeda."

"Suami saya ikut di zoom ini tak bisa berbicara. Saya berharap dan memohon pemerintaj bisa memjemputnya."

Yanto (nama disamarkan), yang juga menunggu kepulangan adiknya juga menceritakan iming-iming gaji besar sekitar 7-9 juta perbulan yang ditawarkan oleh pelaku.

"Adik saya berangkat 15 Juli 2022. Kurang lebih dua hari perjalanan sampai di sana. Kami tak tahu soal apa yg terjadi. Benar-benar kurang info. Ada yang menawarkan ke istri saya bekerja ke Kamboja dengan gaji yang baik. sekitar 7-9 juta. Ia jadi tertarik."

"Tidak ada cerita jam kerja. Kami diminta agen tersebut 4 juta sampai kami berdebat sekeluarga. Kami ingin mempekerjakan adik kami. Jual emas, gelang, itu kami lakukan."

"Kami serahkan ke agen semua. Tiga hari selesai paspor. Adik saya tanpa training diberangkatkan padahal nol pengalaman. Sampai di sana terkejut dan tak sanggup. Sakit dan besoknya tidak masuk. Benar, jam kerjanya hingga 16 jam. Ia ditegur besoknya dan disekap 2 hari."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Disiksa hingga Tak Diberi Makan

Meski sudah dipulangkan ke Indonesia dan bertemu keluarga, R -- salah satu korban dari lowongan kerja bodong di Kamboja -- masih mengaku trauma dengan situasi yang pernah ia lalui.

R berangkat ke Kamboja pada Maret 2022 setelah tergiur bekerja dengan upah besar. Informasi soal lowongan pekerjaan itu ia dapat dari Facebook.

Ia mengaku bahwa ada banyak orang Indonesia yang tertipu lowongan kerja bodong tersebut.

"Memang rata-rata di sana orang Indonesia," ujar R saat menceritakan kisahnya secara online yang difasilitasi oleh Migrant CARE, Senin (1/8/2022).

"Paspor kami dibakar dan harus membayar denda jika kerja tak beres," tambah R.

"Saya masih trauma jika bekerja di sana."

R salah satu yang beruntung lantaran sudah berhasil pulang ke Indonesia berkat upaya repatriasi dari pemerintah RI. Namun, masih ada Pekerja Migran Indonesia (PMI) lain yang menunggu giliran dipulangkan.

Sanak keluarga dari korban yang masih terjebak di Kamboja masih waswas menunggu kepulangan suami, istri, kakak hingga adik mereka.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Minta Segera Dijemput

Salah satunya yaitu Irma (nama disamarkan). Ia adalah istri dari salah satu korban lowongan kerja bodong yang masih tertahan di Kamboja.

"Saya berharap akan adanya tindak penjemputan suami dan sepupu dan teman saya di sana. Belum ada penjemputan di sana, saya sudah melapor ke pemerintah dan sudah ke KBRI."

"Saya barusan ke Kemlu RI untuk melapor diri lagi. Saya berharap pemeritah bisa menjemput korban termasuk suami, sepupu dan teman. Betul, ada penyiksaan dan ancaman yang dilakukan kepada korban."

Yanto (nama disamarkan) juga menunggu anggota keluarganya untuk pulang. Adiknya masih terjebak di Kamboja dan memohon tindakan segera.

"Adik saya di Kamboja. Memohon kepada pemerintah Indonesia melalui Migaran CARE membebaskan adik saya di Kamboja. Adik saya dalam keadanan tidak dipekerjakan lagi karena sudah diberhentikan. Ia dianggap melakukan kesalahan, sakit tidak izin, dan capek saat bekerja."

"Ia mengalami penyekapan beberapa hari. Dua hari pertama tak diberi makan. Ketiga diberi makan satu kali."

"Hari ketiga bisa komunikasi setelah pihak sana menghubungi saya. Dia juga bilang telah diperjualbelikan."

4 dari 4 halaman

Menlu Retno Turun Tangan

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi ikut turun tangan untuk menolong 60 WNI yang dilaporkan disekap di Kamboja. Mereka adalah korban lowongan kerja bodong. 

Kemlu RI sedang mengebut agar para WNI bisa segera ditolong, namun masih menantikan kecepatan dari pihak Kamboja untuk menyelesaikan kasus ini.

"Menlu Kamboja sudah merespons komunikasi Ibu Menlu (Retno Marsudi) dan akan segera dikirimkan tim oleh kepala kepolisian Kamboja untuk bisa menyelesaikan kasus ini," ujar Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha di Jakarta, Jumat (30/7). 

Para WNI tersebut bekerja di perusahaan penipuan online, seperti menjual investasi bodong. Di Laos, ada kasus WNI yang diancam dijadikan pekerja seks komersial jika tak memenuhi target. Kemlu RI menyebut hal itu baru sebatas ancaman dan belum kejadian. 

Judha berkata perusahaan-perusahaan tersebut ada banyak rupanya. WNI pun belum tentu mendapat gaji.

"Dia punya cara masing-masing. Ada yang seperti dia disekap. Ada yang memang simply penipuan kerja saja, jadi mereka tidak dikasih tahu bahwa nanti ujung-ujungnya adalah bekerja di perusahaan online scam, dan ada juga yang gajinya tidak dibayar," ungkap Judha.

Lebih lanjut, Judha berjanji bahwa Kemlu RI selalu langsung bergerak begitu sudah mendengar laporan pertama, serta akan selalu menjaga komunikasi dengan para WNI.