Sukses

Kala AS Turun Tangan Kurangi Polusi Plastik di Laut Indonesia

Per 27 Juli 2022, Amerika Serikat (AS) bergandeng tangan dengan Indonesia untuk mengurangi polusi sampah plastik di laut RI.

Liputan6.com, Semarang - 27 Juli 2022 lalu Amerika Serikat (AS) bergandeng tangan dengan Indonesia untuk mengurangi polusi sampah plastik di laut RI.

Mengutip siaran pers dari Kedutaan Besar AS di Indonesia, Rabu (3/8/2022), hal itu diterapkan melalui program Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) Clean Cities, Blue Ocean, bergabung dengan perusahaan manajemen investasi yang mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan, Circulate Capital, dan perusahaan daur ulang plastik yang mengembangkan infrastruktur pemilahan dan pengumpulan sampah untuk masyarakat di daerah yang kurang terlayani di Indonesia, Prevented Ocean Plastic Southeast Asia (POPSEA).

Kemitraan tersebut bertujuan memperluas infrastruktur pengumpulan dan daur ulang sampah di Indonesia yang akan menghasilkan plastik daur ulang berkualitas tinggi dan dapat ditelusuri.

"USAID gembira dapat mendukung kemitraan baru ini yang menggabungkan pembiayaan dari publik dan swasta yang akan membantu memenuhi permintaan plastik daur ulang dan pada saat yang sama juga memperkuat sistem pengelolaan sampah di masyarakat," demikian kata Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen dalam acara yang diselenggarakan saat Indonesia bersiap menjadi tuan rumah KTT G20 tahun ini.

"Bersama-sama kita akan membantu mengumpulkan dan mencegah sampah plastik yang berbahaya agar tidak hanyut ke laut, tapi mengubahnya menjadi keuntungan finansial dan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Sekilas Gambaran Kemitraan

Tahap awal kemitraan akan berfokus di kota Semarang, Indonesia—salah satu kota terbesar di Pulau Jawa.

Seperti banyak kota besar lainnya, Semarang menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengurangi volume dan mendaur ulang sampah yang terus meningkat, tetapi kota ini tidak memiliki sistem daur ulang yang layak secara ekonomi maupun logistik.

Pada tahun 2025, 68 persen dari lebih dari 270 juta penduduk Indonesia diperkirakan akan tinggal di daerah perkotaan, di mana sampah yang bisa dikumpulkan hanya sekitar setengahnya saja.

"Pemerintah Indonesia melihat blended finance sebagai instrumen yang semakin penting untuk memobilisasi pendanaan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan," demikian kata Scenaider Siahaan, Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

"Blended finance dalam pengelolaan sampah membawa peluang bagi investasi swasta untuk mendukung ekonomi sirkular, menutup siklus daur ulang produk yang akan mengurangi kerugian material sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan hidup dan mencegah menipisnya sumber daya alam."

Kemitraan ini akan memperluas infrastruktur pengumpulan dan daur ulang sampah, membangun kapasitas pemerintah daerah untuk perencanaan dan pengelolaan sampah, serta memobilisasi dan memberdayakan sektor sampah informal yang penting bagi pengelolaan sampah lokal tetapi seringkali kurang termanfaatkan karena sumber daya yang terbatas.

Sebagai contoh, fasilitas baru bisa menampung, memilah, dan memproses sekitar 30 ton material plastik per hari dan akan membantu menyediakan pendapatan baru bagi sekitar 100 karyawan dan pengepul sampah lokal.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

3 dari 4 halaman

Gabungan Keahlian Teknis Terkoordinasi dan Pembiayaan Campuran

Kemitraan ini menggabungkan kekuatan badan-badan pembangunan dan investasi swasta yang dapat menghadirkan keahlian teknis yang terkoordinasi dan pembiayaan campuran (blended finance) kepada perusahaan-perusahaan baru yang memiliki posisi terbaik untuk mengembangkan model baru dan inovatif untuk mengurangi polusi plastik di lautan dengan cara mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah plastik. Kontribusi dari mitra meliputi:

Bantuan teknis melalui USAID Clean Cities, Blue Ocean, yang memanfaatkan lebih dari 60 tahun pengalaman internasional dalam pengelolaan sampah

Keahlian Circulate Capital dalam memperluas penerapan inovasi dan mendorong pertumbuhan; dan

Mitra POPSEA yaitu Polindo dan Bantam Materials yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam infrastruktur pengumpulan dan pemilahan plastik, akses ke pasar premium, dan keahlian dalam tata kelola dan ketertelusuran melalui program Prevented Ocean Plastic yang telah terbukti.

"Kami bangga dapat bermitra dengan USAID untuk mendukung Prevented Ocean Plastic Southeast Asia yang akan memperluas infrastruktur pengumpulan dan daur ulang terbaik di kelasnya di berbagai lokasi di Indonesia, termasuk di lingkungan masyarakat yang saat ini masih memiliki kemampuan mengumpulkan sampah yang terbatas atau tidak ada sama sekali," kata Regula Schegg, Managing Director Circulate Capital untuk Asia.

"Melalui kemitraan ini, bersama-sama kita bisa mewujudkan blended finance secara nyata dan menyusun cetak biru untuk mencegah polusi plastik di Indonesia dan juga di tingkat regional."

4 dari 4 halaman

Upaya Meningkatkan Rantai Pasokan Daur Ulang di Indonesia, Suplai Plastik Daur Ulang Kualitas Tinggi

Melalui kemitraan ini, Prevented Ocean Plastic South East Asia berupaya meningkatkan rantai pasokan daur ulang di Indonesia dan menyediakan plastik daur ulang berkualitas tinggi dan dapat ditelusuri untuk pasar global. Hal ini akan menguntungkan semua pelaku di sepanjang rantai pengelolaan sampah—mulai dari pengumpulan botol bekas hingga bisa digunakan kembali.

"Kami senang bahwa kemitraan baru yang menggabungkan pembiayaan campuran dari sumber publik dan swasta ini akan membantu kami meningkatkan infrastruktur pengumpulan dan daur ulang di Indonesia melalui Prevented Ocean Plastic South East Asia, bersama mitra lama kami Bantam Materials," kata Daniel Law, CEO Polindo.

"Bekerja sama dengan program Clean Cities, Blue Ocean, dan Circulate Capital akan memungkinkan kami mengembangkan infrastruktur untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan plastik daur ulang yang dapat ditelusuri, sekaligus menciptakan sumber pendapatan yang dapat diandalkan oleh masyarakat di Indonesia."

Menurut Raffi Schieir, Direktur Bantam Materials UK, investasi USAID dalam Prevented Ocean South East Asia "merupakan bukti keberhasilan dari model Prevented Ocean Plastic, yang telah terbukti bisa direplikasi di daerah pesisir yang berisiko dan memberikan dampak skala besar. Kami bangga menjadi program daur ulang pertama yang menerima investasi dari USAID dan berharap melihat perbedaan sosial dan lingkungan hidup sebagai dampak dari kemitraan ini."