Liputan6.com, Alpen - Sebagian besar sepak bola dilakukan di lapangan yang datar, tetapi hal berbeda dilakukan di pegunungan Alpine, dengan kondisi curam.
Kedengarannya benar-benar mustahil, tetapi sekelompok penggemar sepak bola di Pegunungan Alpen Austria mengklaim bahwa itu adalah cara terbaik untuk memainkan olahraga favorit mereka.
Para pemain merasa bahwa perlu tantangan dan hal yang tidak membosankan. Terlebih saat ini tengah menyambut Piala Dunia, demikian dikutip dari laman Oddity Central, Rabu (3/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
“Kami menonton pertandingan dan menganggapnya sangat membosankan,” kata salah satu penemu sepak bola alpine adalah Franz Mair.
Tanah datar sangat sulit ditemukan di Pegunungan Alpen, jadi kondisi ini tak lazim untuk main sepak bola, tapi mereka tak ada pilihan.
Sekarang, penduduk setempat bangga bermain sepak bola Alpine.
Aturan sepak bola Alpine sama dengan versi reguler, satu-satunya perbedaan adalah membutuhkan kekuatan kaki yang kuat dan stamina yang cukup untuk melawan gravitasi di lapangan yang tidak rata.
Sepak bola Alpine ekstrem terlihat menarik, menyenangkan dan punya tantangan. Pasalnya bola yang bergulir lebih cepat turun karena kondisi yang curam.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bikin Bangga, Klub Sepak Bola Remaja Indonesia Menang Besar di Swedia
Berbicara soal sepak bola, kabar baik datang dari kelompok Indonesia di Swedia.
Kompetisi internasional sepak bola remaja Gothia Cup setiap tahun diselenggarakan di Swedia. Sekitar 1.700 tim sepak bola dari 80 negara lebih mengikuti pertandingan bergengsi ini.
Tahun ini Gothia Cup dilangsungkan 17-23 Juli 2022, di Gothenberg Swedia, dan Indonesia mengirim klub Indonesian Junior Soccer Club (IJSL) yang terdiri dari 15 pemain berusia 12 tahun. Mereka berkompetisi dalam 6 pertandingan melawan tim-tim remaja lainnya termasuk dari Inggris, Jerman, Swedia dan Singapura.
Dikutip dari VOA Indonesia, Senin (1/8/2022), Novand Hippy adalah ketua tim dan sekaligus CEO IJSL, klub swasta yang kegiatannya dibiayai oleh sponsor dan invenstor olahraga. Ia menjelaskan alasan mengirim para pemain sepak bola belia ini ke luar negeri.
"Kita mengembangkan bakat-bakat grass root, kita berusaha menemukan bakat-bakat yang ada di generasi muda, jadi keluar mengikuti turnamen di luar Indonesia, mungkin kita bisa melihat mana penampilan terbaik mereka, kalau kompetisi dilokalkan lawannya itu-itu saja, kalau di luar mereka bisa melawan pemain asing, mungkin dengan postur yang lebih tinggi, gerak yang lebih cepat dan gaya permainan yang berbeda dari Indonesia".
Gilang Ramadan, pelatih tim IJSL untuk Gothia Cup 2022 ini, mengatakan para pemain sepak bola remaja diseleksi secara ketat.
“Dari berbagai macam wilayah khususnya dari daerah Jabodetabek, (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) juga dari SSB-SSB (Sekolah Sepak Bola) yang tadinya ada 1.000 anak kurang lebih kemudian dipilih 56 pemain lalu, kemudian diseleksi lagi menjadi 21 pemain dan terakhir menjadi 15 anak yang berangkat ke Gothia Cup di Swedia,” ujarnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bermain dengan Cemerlang
Meskipun hampir sebagian besar anak belum pernah bepergian ke luar negeri dan menghadapi cuaca dingin hingga 15-17 C, dengan pola dan jenis makanan yang sangat berbeda dari Indonesia, tim IJSL berhasil bermain cemerlang.
Pertandingan-pertandingan remaja kelompok usia 12 di Gothia Cup tidak menyatakan pemenang secara resmi dan piala. Namun, lebih bersifat persahabatan dan pembangunan karakter sportifitas bagi mereka kelak ketika bertanding dalam kompetisi kejuaraan.
Adnyaswari Mulin, seorang ibu pendukung sepak bola di Virginia, yang memiliki putra berusia 16 tahun yang juga seorang pemain sepak bola klub sekolahnya, mengatakan meskipun mereka tidak mendapat piala, tapi manfaat yang tidak kalah penting adalah pembentukan karakter anak.
"Membangun karakter dalam suatu tim. Berbeda dari olahraga perseorangan karena bermain sendiri, tapi ini adalah permainan grup, team jadi upaya yang dilakukan adalah untuk tim bukan untuk diri sendiri saja, mudah-mudahan nanti bisa membantu dalam lapangan kerja juga karena di pekerjaan mereka juga harus bisa berinteraksi dengan rekan kerja," tukas Mulin.
Para pemain sepakbola remaja ini sekarang sudah kembali ke klub mereka masing-masing. Dukungan Menteri Olahraga dan Pemuda Indonesia menjelang keberangkatan mereka ke Swedia telah terbayarkan dengan kemenangan membanggakan, menang enam kali untuk enam pertandingan yang dijadwalkan.
Mereka kini menunggu seleksi untuk kompetisi tahun berikutnya baik pada Gothia Cup yang berlangsung di Swedia maupun di China.
Keterampilan Unik Permainan Bola
Sebuah perusahaan makanan siap saji mengumpulkan berbagai aksi unik penggunaan bola sepak di seluruh dunia. Perusahaan itu kemudian menyeleksi sejumlah aksi terbaik dan menampilkannya dalam kompilasi yang unik.
Aksi-aksi dalam tayangan ini berasal dari kelompok-kelompok masyarakat berbagai etnis, kelas sosial, jenis kelamin, hingga jenjang usia. Perbedaan-perbedaan itu tidak menghalangi kecintaan orang-orang dari berbagai penjuru dunia untuk berbagi kegembiraan bersama.
Belakangan dijelaskan oleh McDonald’s bahwa video ini dibuat sebagai bentuk dukungan mereka kepada perhelatan sepak bola akbar pada 2014 lalu. Walaupun pesta olahraga akbar itu sudah lama usai, pesan yang disampaikan sungguh mengena.
Sebagai catatan, perusahaan makanan siap saji McDonald’s didirikan oleh Ray Kroc dari California pada 1954. Bermula dari usaha yang sederhana, perusahaan itu sekarang telah merambah ke seluruh dunia.
Advertisement