Liputan6.com, London - Di Inggris, beberapa dokter umum sedang menguji sebuah perangkat baru untuk mendeteksi dini kanker usus. Perangkat ini diharapkan dapat mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit dan mengurangi kematian akibat kanker usus.
Ron Stempt merasa beruntung berada dalam keadaan sehat, setelah sempat diketahui mengidap kanker usus tahun lalu. Tadinya ia mengira, diagnosisnya akan berlarut-larut, dan ia akan diminta menjalani tes di banyak tempat.
Advertisement
Baca Juga
Kenyataannya, saat pertama kali berkonsultasi dengan dokternya, ia sudah bisa dikukuhkan positif. Ia pun kemudian menjalani operasi, dan setahun kemudian dinyatakan bebas kanker usus, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (6/8/2022).
Kesembuhan Stempt tidak lain berkat keberadaan alat pendeteksi khusus baru berukuran mini yang saat ini sedang diujicobakan sejumlah dokter umum di Inggris.
Perangkat kolonoskopi mini ini pertama kali digunakan Dr Prash Patel, seorang dokter yang bekerja di sebuah klinik di Sunningdale, Ascot, untuk mendeteksi kanker usus di tubuh Stempt tahun lalu. Patel bisa dengan mudah mengecek gejala-gejala yang dialami Stempt, dan Stempt pun hanya menghabiskan waktu satu hari untuk diperiksa dan kemudian dirujuk ke rumah sakit.
"Dulu, daftar tunggunya panjang, mengingat banyaknya pasien dengan gejala yang sama. Sulit untuk membedakan mana yang ringan dan mana yang bermasalah, sehingga saya harus mengirim mereka ke tempat lain untuk pemeriksaan lebih lanjut. Perangkat baru ini memungkinkan saya membedakannya dengan mudah, sehingga saya bisa mengurangi jumlah orang yang perlu menjalani tes lebih lanjut,” jelasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kurangi Angka Kematian Akibat Kanker
Julie Harrington, CEO Guts UK, sebuah lembaga riset amal untuk gangguan pencernaan, menyambut baik perangkat kolonoskopi mini ini.
“Jika berhasil mendeteksi penyakit menyeramkan seperti kanker usus ini pada tahap dini, kita memiliki peluang 90 persen untuk menyembuhkannya. Jika kita menemukan kanker usus pada stadium empat, peluangnya hanya 10 persen. Ini adalah perangkat yang membantu kita melakukan itu," jelasnya.
Harrington mengatakan, perangkat ini bisa membuat dokter umum di Inggris membantu mengurangi kematian akibat kanker usus, dan menghemat jutaan dolar dana Dinas Layanan Kesehatan Inggris (NHS) untuk menanggulangi penyakit itu.
NHS berkomitmen untuk meningkatkan jumlah kanker usus yang terdeteksi dini secara signifikan, Pada tahun 2028, lembaga itu berharap bisa mendeteksi sekitar 75 persen kasus penyakit itu pada tahap yang mudah disembuhkan itu.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Riset: Kanker Masih Jadi Penyebab Kematian Tertinggi Warga Korea Selatan
Kanker tetap menjadi penyebab kematian utama di Korea Selatan pada tahun 2020, terus menempati peringkat pertama sejak tahun 1983, demikian disebutkan dalam data kantor statistik negara tersebut pada Selasa (28/9).
Kanker menyebabkan 160,1 kematian per 100.000 orang di Korea Selatan pada tahun 2020.
Angka ini naik 1,2 persen dari tahun sebelumnya, menurut Statistik Korea, demikian dikutip dari laman Xinhua, Selasa (28/9/2021).
Tingkat kematian akibat kanker paru-paru adalah 36,4 per 100.000, mencatat yang tertinggi di antara kematian akibat kanker.
Disusul kanker hati 20,6, kanker kolorektal 17,4, kanker lambung 14,6, dan kanker pankreas 13,2.
Penyebab kematian tertinggi kedua di Korea Selatan adalah gangguan jantung, yang menyebabkan 63,0 kematian per 100.000 orang pada tahun 2020.
Pneumonia di Peringkat Ketiga
Tertinggi ketiga adalah pneumonia dengan angka kematian 43,3 per 100.000.
Tiga penyebab kematian teratas menyumbang 44,9 persen dari total kematian pada tahun 2020 di Korea Selatan. Itu turun 1,0 poin persentase dari tahun sebelumnya.
Pada daftar 10 besar penyebab kematian juga terdapat penyakit serebrovaskular dengan 42,6 kematian per 100.000, diabetes di angka 16,5, penyakit Alzheimer dengan 14,7, penyakit hati dengan 13,6, gangguan hipertensi 11,9 dan keracunan darah 11,9.
Bunuh diri menduduki peringkat kelima dengan tingkat kematian 25,7 per 100.000 pada tahun 2020.
Advertisement