Liputan6.com, Kairo - Konflik Israel vs Gaza kembali memanas. Sejumlah warga sipil dilaporkan meninggal dunia dalam serangan yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza.
Mengutip VOA Indonesia, Senin (8/8/2022), Mesir kemudian berupaya membantu memediasi gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran di Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestinian Islamic Jihad (PIJ) atau Jihad Islam Palestina.
Baca Juga
Gencatan itu sedianya dimulai pada pukul 23.30 waktu setempat.
Advertisement
Seorang pejabat intelijen Mesir mengatakan kepada Associated Press bahwa kedua pihak menyepakati gencatan itu. Ia berbicara dengan syarat agar identitasnya dirahasiakan karena isu gencatan senjata yang sensitif.
Gencatan senjata itu akan mengakhiri pertempuran terburuk di Gaza sejak perang 11 hari antara Israel dan Hamas tahun lalu, menurut berbagai laporan.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 43 orang telah tewas dalam serangan udara Israel, termasuk di antaranya 15 orang anak dan empat orang perempuan. Serangan tersebut juga telah melukai 311 orang.
Sementara Israel mengatakan pihaknya tidak bertanggung jawab atas sedikitnya sembilan dari kematian yang terjadi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penangkapan Petinggi Militan Jadi Awal Kebangkitan Konflik Israel-Gaza
Bentrokan terbaru dimulai ketika Israel menangkap seorang petinggi senior PIJ pekan lalu dan seorang warga Palestina berusia 17 tahun tewas.
PIJ yang berbasis di Gaza, mengancam akan melakukan balas dendam.
Pada Jumat 5 Agustus, Israel meluncurkan serangan udara terencana ke Gaza, menewaskan seorang komandan PIJ. Sejak itu, Jihad Islam Palestina telah menembakkan sekitar 600 rudal ke Israel, kebanyakan di antaranya telah ditembak jatuh oleh sistem Kubah Besi Israel.
Seorang juru bicara Jihad Islam Palestina mengatakan kelompok ekstremis itu masih punya persenjataan yang besar dan bahwa tembakan roket akan terus berlanjut. Pada Minggu 7 Agustus, puluhan roket ditembakan, termasuk di luar Yerusalem dan di kota bagian selatan, Beersheba.
Israel, yang mengonfirmasi gencatan senjata akan berlaku mulai Minggu malam 7 Agustus, mengatakan kepada Associated Press bahwa pihaknya akan merespons jika kesepakatan itu dilanggar.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Sosok Komandan PIJ
Mengutip AP, kelompok PIJ mengatakan Taiseer al-Jabari, komandannya untuk Gaza utara, termasuk di antara yang tewas. Dia telah menggantikan militan lain yang tewas dalam serangan udara pada 2019.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan serangan itu sebagai tanggapan atas "ancaman segera" dari dua regu militan yang dipersenjatai dengan rudal anti-tank. Juru bicara itu, yang memberi penjelasan kepada wartawan dengan syarat anonim, mengatakan al-Jabari sengaja menjadi sasaran dan bertanggung jawab atas “beberapa serangan” terhadap Israel.
Ratusan orang berbaris dalam prosesi pemakaman untuk dia dan orang lain yang terbunuh, dengan banyak pelayat mengibarkan bendera Palestina dan Jihad Islam dan menyerukan balas dendam.
Media Israel menunjukkan langit di atas Israel selatan dan tengah menyala dengan roket dan pencegat dari sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel. Sebuah ledakan terdengar di Tel Aviv.
Tidak segera jelas berapa banyak roket yang diluncurkan. Sejauh ini belum ada kabar segera mengenai korban di pihak Israel.
Israel terus menyerang target lain pada hari Jumat, termasuk fasilitas produksi senjata dan posisi PIJ.
Israel dan Kelompok Militan Palestina Nyatakan Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Israel dan kelompok militan Palestina mengumumkan gencatan senjata pada Minggu malam (7 Agustus), meningkatkan harapan untuk mengakhiri gejolak paling serius di perbatasan Gaza dalam lebih dari setahun.
Dilansir Channel News Asia, Senin (8/8/2022), pasukan Israel menggempur target Palestina sepanjang akhir pekan, memicu serangan roket terhadap kota-kotanya, yang sebagian besar berkurang pada saat gencatan senjata mulai berlaku pada pukul 11.30 malam.
Itu diumumkan dalam pernyataan terpisah oleh militan Palestina dan kemudian Israel, yang keduanya berterima kasih kepada Mesir karena menengahi gencatan senjata.
Bentrokan selama tiga hari itu menggemakan awal perang Gaza sebelumnya, meskipun mereka relatif terkendali karena Hamas, kelompok militan yang memerintah di Jalur Gaza dan kekuatan yang lebih kuat daripada Jihad Islam yang didukung Iran, sejauh ini tetap berada di luar.
Para pejabat Gaza mengatakan 44 warga Palestina, hampir setengah dari mereka warga sipil dan termasuk anak-anak, sejauh ini telah tewas. Roket telah mengancam sebagian besar Israel selatan dan mengirim penduduk di kota-kota termasuk Tel Aviv dan Ashkelon ke tempat penampungan.
Israel meluncurkan apa yang disebutnya serangan pre-emptive pada hari Jumat terhadap apa yang diantisipasi akan menjadi serangan yang dimaksudkan untuk membalas penangkapan seorang pemimpin kelompok itu, Bassam al-Saadi, di Tepi Barat yang diduduki.
Sebagai tanggapan, kelompok militan menembakkan ratusan roket ke Israel. Pada konferensi pers di Teheran, pemimpin kelompok itu Ziyad al-Nakhala, mengatakan Kairo akan "bekerja untuk mengamankan pembebasan" al-Saadi. Pejabat Israel dan Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Advertisement