Liputan6.com, Jakarta - Satu orang tewas setelah ledakan mengguncang pangkalan militer di Krimea, kata kepala pemerintahan regional yang ditunjuk Rusia di sana.
Sergei Aksyonov menulis di media sosial bahwa ledakan itu terjadi di pangkalan militer Saky dekat Novofedorivka di pantai barat semenanjung itu.Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa ledakan.
Baca Juga
Dilansir BBC, Rabu (10/8/2022), Kementerian pertahanan Rusia kemudian mengatakan amunisi diledakkan, tetapi ini belum diverifikasi secara independen.
Advertisement
Kementerian mengatakan tidak ada "dampak kebakaran" di area penyimpanan amunisi, lapor kantor berita Rusia, Ria.S
emenanjung Ukraina yang dicaplok Moskow pada tahun 2014 adalah tujuan populer dengan turis Rusia, dan satu video muncul untuk menunjukkan pengunjung yang melarikan diri dari pantai saat asap membubung di latar belakang.Â
Saksi mata lokal mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka mendengar setidaknya 12 ledakan, dimulai sekitar pukul 15:20 waktu setempat (12:20 GMT).
Setelah tiba di daerah tersebut, Aksyonov mengatakan zona larangan bepergian sejauh 5 km (3 mil) di sekitar lokasi ledakan telah ditetapkan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rusia Tak Mengaku
Berbicara kepada saluran TV Dozhd, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan Kyiv tidak bertanggung jawab atas ledakan itu.
Sebelumnya, militer Ukraina memposting pernyataan sarkastik di Facebook yang mengisyaratkan tenggelamnya kapal perang Moskva dan kemunduran militer lainnya, mengingatkan Rusia tentang "aturan keselamatan kebakaran dan larangan merokok di tempat-tempat yang tidak tenang".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan pidato video malamnya ke Krimea, tetapi tidak secara langsung menyebutkan ledakan itu.
"Krimea adalah Ukraina, dan kami tidak akan pernah menyerah," kata Zelensky dalam sebuah video yang diposting di media sosial.Â
Perang "dimulai dengan Krimea dan harus diakhiri dengan Krimea - dengan pembebasannya", tambahnya - menunjukkan bahwa ia yakin Ukraina harus merebut kembali semenanjung itu sebelum perang dapat berakhir.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Krimea Dicaplok
Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada Maret 2014 setelah referendum yang dianggap tidak sah oleh komunitas internasional.Â
Pemungutan suara itu diselenggarakan dengan tergesa-gesa setelah pasukan Rusia yang tidak bertanda mengambil alih beberapa lokasi strategis di sekitar semenanjung.
Awal tahun itu, protes pro-Eropa selama berbulan-bulan memuncak dengan penggulingan presiden Ukraina yang didukung Rusia.
Pada 24 Februari tahun ini, Moskow meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, menggunakan Krimea sebagai batu loncatan untuk memindahkan pasukan Rusia lebih jauh ke dalam Ukraina.
Novofedorivka dan Saky berjarak sekitar 50 km (30 mil) utara pelabuhan Sevastopol, rumah Armada Laut Hitam Rusia, yang telah memimpin blokade garis pantai Ukraina.