Sukses

Terkuak, Ukraina Ternyata Pendukung Kemerdekaan Indonesia pada 1946

Kedubes Ukraina menjelaskan peran negara mereka dalam membantu kemerdekaan RI. Berikut ini ulasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang HUT ke-77 RI, Kedutaan Besar Ukraina di RI mengungkap peran negara mereka dalam mendukung pengakuan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional. Dukungan itu diberikan melalui PBB. 

Dalam postingan Kedubes Ukraina di Instagram, Rabu (10/8/2022), sosok yang berjasa itu adalah Dmitriy Manuilsky. Ia merupakan kepala utusan RSS Ukraina di PBB. 

Manuilsky mendapatkan pesan dari pejuang di Indonesia, sehingga ia ikut mendorong kepentingan Indonesia di Sidang Umum PBB

"Manuilsky mengatakan kepada Reuters (21 Januari 1946) bahwa ia mencampuri persoalan Indonesia karena mendapat banyak telegram dari pejuang Indonesia dan meminta agar segera dibawa ke sidang PBB," tulis pihak Kedubes Ukraina.

Pihak Ukraina berkata keterlibatan Manuilsky menghasilkan Konferensi Tiga Negara (KTN) untuk menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda. Selain itu, pihak Ukraina berkata rakyat Indonesia saat itu telah memberikan apresiasi kepada Manuilsky melalui pawai-pawai.

"Sejak awal kemerdekaan Ukraina telah berkomitmen untuk selalu berada dipihak Indonesia melalui peran diplomasi Dimitriy Manuilsky untuk membawa situasi genting Indonesia kepada Dewan Keamanan PBB untuk mendapatkan perhatian dan dukungan internasional," tulis pihak Kedubes Ukraina.

Joe Biden Tambah Bantuan Militer ke Ukraina Senilai Rp 14,8 Triliun

Sebelumnya dilaporkan, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden Senin (9/8) mengumumkan bahwa AS akan memberi Ukraina bantuan keamanan tambahan senilai 1 miliar dolar AS atau setara Rp 14,8 triliun yang merupakan paket senjata satu kali terbesar sejak awal konflik Rusia-Ukraina.

Menurut pernyataan Departemen Pertahanan, paket tersebut termasuk amunisi tambahan untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).

Selain itu ada pula 75.000 butir amunisi artileri 155 mm, 20 sistem mortir 120 mm dan 20.000 butir amunisi mortir 120 mm, serta amunisi untuk National Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS).

Washington juga akan mengirimkan 1.000 Javelin ke Kiev, ratusan sistem anti-armor AT4, 50 kendaraan perawatan medis lapis baja, amunisi anti-personil, bahan peledak, amunisi pembongkaran dan peralatan pembongkaran, tulis pernyataan itu.

Bantuan yang baru saja diumumkan itu menjadikan total komitmen bantuan keamanan AS ke Ukraina menjadi sekitar 9,8 miliar dolar sejak Biden menjabat, menurut Pentagon.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Sejumlah Negara Manfaatkan Perang Rusia dan Ukraina untuk Keuntungan Ekonomi

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan fakta menarik. Ternyata ada sebagian negara yang denga sengaja memanfaatkan situasi perang Rusia dan Ukraina  dan konflik China dengan Taiwan untuk kepentingan ekonomi.

"Terkait konflik Ukraina sama Rusia, ada beberapa negara yang memanfaatkan ekonomi dari kondisi itu. Ada," ujar Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers Ekonomi Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat di Kantor BKPM Jakarta, Senin (8/8).

Tak berbeda jauh dengan konflik geopolitik terbaru yaitu antara China dan Taiwan. ada beberapa negara juga menggunakan kesempatan konflik tersebut untuk keuntungan ekonomi. Konflik antara China dan Taiwan dimulai saat Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.

Bahlil menerangkan, perang sendiri tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas ekonomi. Mengingat, perang justru akan menimbulkan potensi ekonomi baru yang dapat dimanfaatkan oleh sejumlah negara.

"Ingat ada satu cerita di dunia sekarang, perang itu bukan berarti ekonomi tidak jalan. Bahkan, ada sebagian yang mencari manfaat (ekonomi) positif," tandasnya.

3 dari 4 halaman

Ukraina: Laporan Amnesty International Picu Kemarahan

Kepala Amnesty International cabang Ukraina, Oksana Pokalchuk, telah mengundurkan diri.

Pokalchuk mengatakan organisasi HAM itu menghentikan langkahnya karena menentang penerbitan sebuah laporan yang mengklaim pasukan Ukraina telah membuat warga sipil terpapar serangan Rusia dengan memposisikan pasukan di wilayah yang padat penduduknya.

Dalam pernyataan yang dirilis Jumat (5/8) malam, Pokalchuk menuduh organisasi itu mengabaikan keprihatinan para anggota staf lokal yang telah mendesak agar laporan itu digarap ulang.

Laporan yang dirilis Kamis (4/8) itu memicu kecaman keras dari para pejabat tinggi Ukraina, yang menuduh para penulisnya menyamakan aksi defensif militer Ukraina dengan taktik invasi Rusia.

Rusia membenarkan serangan terhadap wilayah sipil dengan menuduh bahwa para pejuang Ukraina telah menempatkan posisi tembak di lokasi-lokasi itu.

4 dari 4 halaman

Sekjen NATO Ungkap Bahaya Jika Rusia Menang di Ukraina

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkap bahaya jika invasi Rusia berhasil di Ukraina. Kemenangan Rusia bisa meningkatkan selera Rusia untuk terus melakukan kekerasan terhadap negara-negara lain.

Dilansir VOA Indonesia, Jumat (5/8), Jens Stoltenberg mengatakan NATO memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung Ukraina dan rakyat Ukraina yang telah menjadi sasaran perang agresi.

“Kita melihat tindakan perang, serangan terhadap warga sipil dan penghancuran yang tidak terlihat sejak Perang Dunia II,” kata Stoltenberg, menurut pernyataannya yang dilansir NATO. “Kita tidak dapat acuh tak acuh terhadap hal ini.”

Stoltenberg mengatakan dunia akan menjadi tempat yang lebih berbahaya jika Presiden Rusia Vladimir Putin mendapatkan apa yang ia inginkan melalui penggunaan kekuatan militer. “Jika Rusia menang perang ini, ia akan mendapatkan pengukuhan bahwa kekerasan membuahkan hasil. Kemudian negara-negara tetangga lainnya mungkin menjadi sasaran berikutnya,” ujarnya.

Militer Ukraina, Kamis (4/8) mengatakan pasukan Rusia telah menggempur banyak daerah di Ukraina, termasuk di sekitar Kharkiv, Slovyansk dan Chernihiv.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Ukraina menggunakan rudal dan serangan artileri terhadap “kubu-kubu militer Rusia, klaster personel, pangkalan pendukung logistik dan gudang amunisi.” Menurut pernyataan kementerian itu, serangan-serangan semacam itu kemungkinan besar berdampak tinggi terhadap upaya Rusia untuk menambah pasokan dan mendukung pasukannya.