Liputan6.com, Seoul - Kegiatan pembersihan dan upaya pemulihan mulai berjalan lancar di kawasan ibu kota Korea Selatan hari Rabu (10/8), setelah hujan dua hari yang curahnya mencapai rekor memicu banjir bandang. Banjir itu merusak ribuan bangunan dan jalan serta menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Tujuh orang belum ditemukan di Seoul dan provinsi Gyeonggi di dekatnya, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (11/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan mengatakan para pekerja hingga Rabu siang telah selesai memulihkan dan membersihkan lebih dari 90 persen dari sekitar 2.800 bangunan, rumah, jalan dan fasilitas lainnya di daerah ibu kota yang telah diprioritaskan dalam rencana pemulihan darurat.
Meski mencabut peringatan hujan lebat untuk Seoul dan daerah-daerah metropolitan di sekitarnya, dinas cuaca Korea Selatan memperkirakan hujan dengan curah 10 hingga 30 sentimeter akan terjadi daerah-daerah selatan negara itu hingga hari Kamis.
Presiden Korsel Minta Maaf
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyampaikan permintaan maaf usai bencana banjir di ibu kota Seoul pada Senin malam 8 Agustus 2022. Banjir itu turut merendam wilayah di Gangnam.
Ratusan orang dilaporkan harus ikut evakuasi, mati lampu terjadi, dan korban jiwa telah mencapai sembilan orang.
"Saya berdoa kepada para korban dan meminta maaf atas nama pemerintah kepada masyarakat yang menderita ketidaknyamanan," ujar Presiden Yoon Suk Yeol, dikutip Yonhap, Rabu (10/8/2022).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Datangi Lokasi Banjir
Presiden Korea Selatan juga telah mendatangi sebuah lokasi di daerah Gwanak setelah ada laporan tiga anggota keluarga yang meninggal akibat terjebak banjir. Mereka tinggal di rumah semi-basement.
Hujan deras dan banjir yang menerjang area Seoul berdampak kepada lokasi-lokasi di dataran rendah. Ratusan warga Korsel harus evakuasi ke sekolah dan gym setempat.
Sebelumnya, Presiden Yoon Suk Yeol meminta jajarannya untuk all out dalam melawan dampak banjir. Presiden Yoon Suk Yeol turut mendukung penggunaan teknologi terkini.
"Saya percaya kita harus secara aktif menggunakan teknologi digital termutakhir untuk secara konstan memantau level air di semua waterway negara, menggelar simulasi dan segera mungkin mengaktifkan sistem peringatan," ujarnya.
"Agensi-agensi relevan dan pemerintah lokal harus membangun prakiraan banjir dan sistem peringatan yang meliputi semua waterway, termasuk sungai, airan utama, dan percabangan sungai, dan memakai semua kekuatan kita untuk meminimalisir kerugian hidup dan kerusakan properti," lanjut Presiden Yoon Suk Yeol.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pemerintah All Out
Sebelumnya dilaporkan Yonhap, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol meminta jajarannya untuk all-out dalam melawan dampak banjir Seoul yang terjadi pada Senin malam (8/8). Presiden Yoon menyorot peran perubahan iklim dalam bencana tersebut.
Hujan yang terjadi di Korea Selatan adalah yang terparah dalam 80 tahun terakhir.
Presiden Korea Selatan meminta agar jajarannya siap untuk melawan dampak lebih lanjut dari banjir di wilayah Seoul dan sekitarnya, seperti tanah longsor.
"Usaha-usaha dari kementerian dalam negeri dari segi postur kesiapan darurat telah dilaksanakan untuk meminimalisir kerusakan, tetapi sebagaimana hujan beras telah terus berlanjut selama beberapa hari terakhir, kita harus merespons dengan rasa siaga yang all-out," ujar Presiden Yoon Suk Yeol.
Terkait longsor, Presiden Yoon meminta agar ada langkah pencegahan untuk membatasi akses ke area-area yang rawan longsor, dan segera mengkomunikasikan hal tersebut ke publik.
Presiden Yoon berkata bencana alam yang terjadi tak dapat dihindari, tetapi ia memint agar tidak ada dampak bencana karena human error.
"Sesegera mungkin saat hujan besar di bawah kendali, kita harus melaksanakan survey akurat terkait kerusakan dan segera memulai pemulihan dan pertolongan," ujar Presiden Yoon.
Lebih lanjut, Presiden Korsel itu meminta agar pemerintah meninjau sistem manajemen bencana dari awal dengan mempertimbangkan cuaca abnormal akibat perubahan iklim.
"Kita harus merespons secara all-out hingga situasi selesai untuk melindungi nyawa dan properti yang berharga dari masyarakat dan mengambil langkah sampai akhir, hingga masyarakat merasa cukup," ujar Presiden Yoon Suk Yeol.
KBRI Seoul Imbau WNI Waspada dan Hati-Hati
Hujan deras pada Senin 8 Agustus 2022 malam menenggelamkan jalan, membanjiri stasiun metro dan menyebabkan pemadaman listrik di seluruh kota dan provinsi tetangga.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistyanto mengatakan sejauh ini tidak ada laporan WNI terdampak banjir tersebut.
"Info dari Badan Penanggulangan Bencana Banjir dan Hujan Korsel sampai siang ini (Selasa 9 Agustus 2022) tidak ada korban WNI meninggal, luka-luka, atau hilang," ujar Dubes yang akrab disapa Sulis itu dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Rabu (10/8/2022).
Dubes Sulis mengatakan pihak KBRI Seoul telah berkoordinasi dengan tim gerak cepat, beberapa organisasi masyarakat dan paguyuban. Lalu didapati informasi juga tidak ada laporan WNI yang menjadi korban banjir Korea Selatan atau terdampak secara langsung dari bencara banjir dan longsor.
"KBRI telah membuat himbauan bagi WNI di seluruh Korsel untuk tetap hati-hati, waspada dan tetap memantau kondisi cuaca dan himbauan/pengumuman bencara dari otoritas setempat," papar Dubes Sulis.
Dubes Sulis mengatakan KBRI tetap mengaktifkan nomor hotline darurat di nomor +82 10-5394-2546 bagi WNI di seluruh Korsel yang berada dalam situasi darurat dan/atau memerlukan bantuan.
Advertisement