Sukses

Dituduh Sebar COVID-19, Korea Selatan Anggap Ucapan Korut Kurang Ajar

Pemerintah Korea Selatan tidak terima dengan ucapan pemerintah Korea Utara terkait penyebaran COVID-19.

Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan tidak terima atas ucapan pihak Korea Utara yang menyebut bahwa epidemi COVID-19 di negara mereka adalah gara-gara Korsel. Adik dari Kim Jong-un, yakni Kim Yo-jong, bahkan mengancam ingin menumpas negara tetangga mereka. 

Korea Utara berargumen bahwa COVID-19 terjadi karena barang-barang asing yang masuk dari Korea Selatan. 

Menanggapi hal itu, Kementerian Unifikasi Korea Selatan menganggap ucapan Korea Utara kurang ajar dan tidak berdasar.

"Menyesalkan ucapan-ucapan kurang ajar dan mengancam dari Korea Utara yang berdasarkan klaim-klaim tak berdasar terkait masuknya virus corona," ujar seorang pejabat kementerian terkait pada reporter.

Kepala Staf Gabungan di Korea Selatan juga menegaskan pihaknya tetap tegas siap untuk "segala kemungkinan".

Adik Kim Jong-un berkata virus dari Korea Selatan terbawa oleh barang-barang seperti leaflet, uang kertas, atau booklet yang datang dari Korea Selatan. Barang-barang tersebut diterbangkan oleh para aktivis dari Korsel untuk warga Korut. 

Lebih lanjut, Kim Yo-jong turut mengkritik rezim Presiden Korsel Yoon Suk Yeol yang notabene mengirimkan retorika yang keras terhadap Korea Utara. Presiden Yoon dianggap sebagai "boneka" kelompok konservatif.

Wanita itu juga berkata bahwa Korea Utara telah menyiapkan berbagai rencana untuk membalas, namun ia tidak mengungkap detailnya. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Deklarasi Kim Jong-un dan Ancaman Kim Yo-Jong

Sebelumnya dilaporkan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengumumkan klaim bahwa negaranya menang melawan pandemi COVID-19. Ia berkata kebijakan maksimum Korut berhasil memusnahkan COVID-19.

Menurut laporan Yonhap, Kamis (11/8), pernyataan itu dibuat oleh Kim Jong-un dalam pertemuan nasional untuk membahas pandemi. 

Pada artikel Korean Central News Agency (KCNA), Kim Jong-un telah "dengan khidmat mendeklarasikan kemenangan dalam kampanye anti-epidemi untuk mengeksterminasi virus corona baru yang masuk ke wilayah kita dan melindungi nyawa dan kesehatan rakyat."

Kim Jong-un juga memutuskan agar menurunkan level darurat maksimum sistem pencegahan Korea Selatan untuk kembali ke level normal. Namun, ia menekankan agar terus waspada dan penjagaan di perbatasan harus lebih ketat agar COVID-19 tak masuk Korut lagi.

Ia juga menyorot varian-varian global COVID-19 yang menyebar secara cepat, serta kehadiran cacar monyet.

Adik dari Kim Jong-un, yakni Kim Yo-jong, masih terus menegaskan bahwa COVID-19 di negaranya karena barang dari Korea Selatan. Ia malah ingin membalas ke Korea Selatan.

"Jika musuh bersikeras melakuan tindakan-tindakan berbahaya tersebut seperti memasukan virus ke Republik kita, kita akan merespons tidak hanya dengan mengeksterminasi virusnya, tetapi juga melenyapkan otoritas Korea Selatan," ujar Kim Yo-jong.

Korea Utara pertama kali mengumumkan kasus COVID-19 pada 12 Mei 2022. Pihak Korea Utara menuduh virus itu berasal dari benda asing yang ditemuan di perbatasan, serta menyorot benda-benda seperti leaflet yang dikirim pengkhianat Korea Utara yang melakukan kampanye dari Korea Selatan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kim Jong-un Sempat Demam, Terinfeksi COVID-19?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menderita demam selama wabah COVID, kata adik perempuannya, Kim Yo-jong. Kondisi ini tampaknya merupakan dugaan pertama bahwa dia mengidap virus tersebut.

Kim Yo-jong mengatakan saudara laki-lakinya itu sakit parah, tetapi memujinya karena terus memikirkan negara, media pemerintah melaporkan seperti dikutip dari BBC, Kamis (11/8).

Dalam pidato yang dilaporkan oleh kantor berita negara KCNA, Kim Yo-jong memuji saudara laki-lakinya, dengan mengatakan: "Meskipun dia sakit parah dengan demam tinggi, dia tidak bisa berbaring sejenak memikirkan orang-orang yang harus dia rawat sampai berakhir dalam menghadapi perang anti-epidemi."

Dalam pidatonya, Kim Yo-jong juga menyalahkan selebaran dari Korea Selatan karena menyebabkan wabah di Utara.

Komentarnya muncul dalam pidato ketika pemimpin Korea Utara itu menyatakan kemenangan dalam pertempuran negara itu melawan COVID-19.

Sementara itu, Kim Jong-un memerintahkan pembatasan untuk dicabut dan memuji "keajaiban" dari hanya 74 kematian akibat Virus Corona COVID-19.

Berbicara pada hari Rabu di pertemuan dengan petugas kesehatan dan ilmuwan, ia menyatakan "kemenangan yang bersinar" atas virus dan memuji "kegigihan yang gigih" dari Korea Utara, KCNA melaporkan.

Korea Utara mengacu pada "demam" daripada pasien Virus Corona COVID-19 karena kurangnya peralatan pengujian.

Negara penuh rahasia itu mengumumkan wabah COVID-19 pertama pada Mei, dan telah melaporkan infeksi demam dan kematian sejak itu. Tetapi ada keraguan luas atas data tersebut, terutama jumlah kematian.

4 dari 4 halaman

Kasus COVID-19 2 Negara Asia Ini Naik Dalam 28 Hari Terakhir

Data dari COVID-19 Dashboard by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) pada Kamis (11/8/2022) menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 587.434.837. Dengan penambahan 28.448.759 dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.427.146 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 64.931 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 12.010.902.220 dosis. 

Secara total keseluruhan, kasus COVID-19 di Amerika Serikat (AS) terpantau paling banyak sedunia. Kendati demikian, berada di urutan kedua negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir.

Dalam 10 besar negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

JepangAmerikaKorea SelatanJermanItaliaPrancisTurkiAustraliaBrasilYunaniMenurut urutan tersebut, negara dan kawasan di Asia tercatat dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir ada tiga dalam 10 besar, dan dua jika lima besar. Di antaranya adalah Jepang, Korea Selatan dan Turki.