Liputan6.com, Madhubani - Selama lebih dari 700 tahun, negara bagian Bihar di India telah menjadi lokasi untuk pasar pengantin pria.
Hal ini sangat unik di mana wanita dan keluarga mereka datang untuk 'belanja suami', demikian dikutip dari laman Oddity Central, Jumat (12/8/2022).
Setiap tahun, ribuan pria berkumpul di bawah pohon Pipal di area pasar lokal Distrik Madhubani, negara bagian Bihar India, dan menunggu untuk dipilih oleh calon pengantin. Disebut Saurath Mela atau Sabhagachhi, pasar pengantin pria, selama 9 hari aktivitas ini dimulai oleh Raja Hari Singh dari Dinasti Karnat.
Advertisement
Baca Juga
Tradisi ini sudah ada lebih dari tujuh abad yang lalu untuk memudahkan wanita menemukan suami yang tepat dari beragam kelompok pria.
Setiap pengantin pria diberi harga berdasarkan kemampuan mereka, termasuk kualifikasi pendidikan dan latar belakang keluarga mereka.
Bayangkan pergi ke pasar untuk menjemput pasangan hidup Anda. Kedengarannya gila, terutama di zaman sekarang ini, tapi begitulah cara beberapa wanita Maithili di Bihar memilih suami mereka.
Ditemani oleh keluarga, mereka menelusuri penawaran yang tersedia, meminta bukti seperti akta kelahiran dan akta sekolah, dan jika mereka menemukan seseorang yang mereka sukai (dan mereka mampu), mereka mulai mendiskusikan detailnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Profesi Pria yang Paling Dicari
Al Jazeera baru-baru ini mendokumentasikan pasar pengantin pria tradisional Bihar, melaporkan bahwa insinyur, dokter, dan pegawai pemerintah paling dicari, dengan yang muda menjadi yang paling populer.
Meskipun mahar secara resmi ilegal di India, dan salah satu tujuan utama pasar pengantin pria adalah untuk menghilangkan mahar, masih merupakan praktik umum bagi para bujangan muda yang memenuhi syarat untuk menuntut mahar yang cukup besar dari keluarga pengantin wanita.
Rupanya, pengantin wanita sendiri hampir tidak memiliki suara dalam memilih pengantin pria.
Meskipun pasar pengantin pria di Bihar tidak sepopuler beberapa dekade yang lalu – terutama karena ada aplikasi kencan online – masih menarik ribuan bujangan, beberapa di antaranya melakukan perjalanan ratusan kilometer dengan harapan karena dipilih.
Menariknya, India juga memiliki pasar pengantin wanita. Di Haudati, pengantin wanita tersedia dengan berbagai harga, tergantung pada kualifikasi dan keterampilan mereka dalam mengurus rumah.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Sekelompok Pria di India Kampanye Mogok Menikah, Ada Apa?
Sekelompok pria India menggalang kampanye di platform media sosial untuk "menentang kriminalisasi" pemerkosaan dalam perkawinan. Aksi digalang karena saat ini di ibu kota negara New Delhi sedang berlangsung dengar pendapat soal UU itu.
India telah memberlakukan undang-undang anti-pemerkosaan yang ketat selama dekade terakhir, setelah serangkaian aksi pemerkosaan massal menjadi sorotan dunia. Belakangan, India lagi-lagi disorot sebagai salah satu dari lebih 30 negara di dunia, di mana seorang suami tidak dapat dituntut karena memperkosa istrinya.
Dalam perundangan yang berlaku saat ini, pemerkosaan didefinisikan sebagai hubungan seksual dengan seorang perempuan tanpa persetujuannya, bertentangan dengan keinginannya, atau jika perempuan itu masih di bawah umur. Ada beberapa pengecualian dalam UU ini, yaitu jika "tidak ada perlawanan fisik", dan jika hubungan seksual itu terjadi antara seorang pria dan istrinya yang berusia di atas 18 tahun.
UU Anti Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga akan memungkinkan seorang istri menggugat suaminya kalau diperkosa, yaitu dipaksa dengan kekerasan untuk berhubungan seksual dengan suaminya. Itulah yang digugat para lelaki dengan hashtag "marriage strike".
Namun pengacara Karuna Nundy dari All India Democratic Women's Association (AIDWA) mengatakan, pemerkosaan adalah pemerkosaan.
"Seorang pemerkosa tetaplah pemerkosa, dan pernikahan dengan korban tidak mengubahnya menjadi bukan pemerkosa," tegasnya.
UU Anti Kekerasan Seksual
Saat ini pengadilan sedang mendengar petisi yang diajukan oleh AIDWA untuk UU Anti Kekerasan Seksual dalam Rumah Tangga. Di Twitter, beberapa pria mengancam akan memboikot lembaga pernikahan jika pemerkosaan dalam pernikahan "dikriminalisasi".
Para pendukung protes #marriagestrike mengatakan bahwa laki-laki akan menghadapi beban tuntutan pidana dan kriminalisasi, jika tidak ada lagi pengecualian dalam UU Anti Pemerkosaan. Mereka berpendapat, UU itu justru akan mengancam insitusi pernikahan.
Namun aktivis hak-hak perempuan Kavita Krishnan percaya bahwa penggalangan protes itu telah diatur oleh kelompok-kelompok kecil yang ingin mendapat sorotan di media dan ingin mempertahankan patriarki dan hak-hak istimewa mereka.
"Argumen mereka didasarkan pada premis bahwa laki-laki berhak atas seks dalam pernikahan," ujarnya, juga kalau itu harus dipaksakan.
"Gagasan ini sangat bermasalah", kata Kavita Krishnan kepada DW.
Advertisement