Sukses

COVID-19 Dianggap Jadi Penyebab Kerusakan Lapangan Pekerjaan bagi Kaum Muda

Wakil Dirjen ILO Martha Newton mengatakan bahwa krisis COVID-19 telah mengungkap kekurangan dalam cara memenuhi kebutuhan para kaum muda.

Liputan6.com, Jakarta - Badan PBB untuk urusan perburuhan (ILO) baru saja merilis laporan “Tren Ketenagakerjaan Global untuk 2022.” ILO mendapati bahwa prospek pekerjaan bagi kaum muda antara usia 15 dan 24 tahun tertinggal dari kelompok usia lainnya.

 

Dari data terakhir yang ditunjukkan memperkirakan jumlah total global pemuda yang menganggur akan mencapai 73 juta tahun ini. Walau sedikit naik dari tingkat pada 2021, menurut ILO, jumlah kaum muda yang menganggur masih enam juta di atas tingkat prapandemi 2019, demikian dikutip dari situs berita VOA Indonesia, pada Sabtu (13/8/2022).

Wakil Dirjen ILO Martha Newton mengatakan bahwa krisis COVID-19 telah mengungkap kekurangan dalam cara memenuhi kebutuhan para kaum muda.

Dia menambahkan bahwa mereka yang paling tidak mampu mendapat pijakan di pasar tenaga kerja termasuk mereka yang baru pertama kali mencari pekerjaan, mereka yang putus sekolah, mereka yang baru lulus dan tidak berpengalaman, dan mereka yang belum juga mendapat pekerjaan.

“Setelah pandemi merebak pada 2020, jumlah kaum muda yang tidak bekerja, tidak mengenyam pendidikan atau pelatihan—kami menyebut mereka sebagai NEETS—naik menjadi 23,3 persen. Itu angka tertinggi. Kami melihat tingkat kaum muda NEET naik ke level tertinggi dalam 15 tahun,” ungkapnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Peluang Bekerja Kembali di 2022

Menurut ILO, kaum muda telah menghadapi krisis multidimensi selama pandemi. Dikatakan, gangguan dalam pendidikan dan pelatihan membuat mereka tanpa keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapat pekerjaan. Itu, kata ILO, berisiko merusak prospek pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan mereka dalam jangka panjang.

Newton mengatakan bahwa kesempatan kerja bagi banyak anak muda semakin sempit. Ia menambahkan bahwa situasi perempuan muda dalam mencari pekerjaan lebih buruk daripada laki-laki muda.

ILO, kata Newton, memproyeksikan 27,4 persen wanita muda secara global kemungkinan besar akan dipekerjakan pada 2022, dibandingkan dengan 40,3 persen pria muda.

“Dampak pandemi cenderung lebih besar pada kaum perempuan. Dan berdasar data, kami juga mengetahui bahwa jumlah wanita yang tidak kembali ke angkatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pria di banyak negara di seluruh dunia. Ini, antara lain, terkait tanggung jawab wanita untuk mengasuh,” tambah Newton.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Tingkat Pengangguran

Laporan itu mendapati bahwa kaum muda pengangguran di negara-negara berpenghasilan tinggi kemungkinan akan lebih berhasil pulih daripada kaum muda pengangguran di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Tahun ini, ILO memproyeksikan tingkat pengangguran kaum muda di Amerika Utara berada di bawah tingkat rata-rata dunia, pada 8,3 persen, dibandingkan dengan tingkat pengangguran 20,5 persen di Amerika Latin.

Sementara pengangguran kaum muda mencapai 12,7 persen di Afrika, laporan itu mengatakan, angka tersebut menutupi fakta bahwa banyak kaum muda di Afrika telah memilih untuk menarik diri dari pasar tenaga kerja.

ILO mengutip negara-negara Arab sebagai wilayah dengan tingkat pengangguran kaum muda tertinggi dan tercepat di dunia. Dikatakan bahwa situasi bagi wanita sangat buruk. Laporan itu mencatat tingkat pengangguran 42,5 persen untuk wanita muda di wilayah tersebut, hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata global untuk wanita muda.