Sukses

Korban Banjir Korea Selatan Bertambah: 14 Meninggal, 6 Hilang

Banjir di Seoul membuat pemerintah Korea Selatan semakin sadar bahaya banjir dan curah hujan ekstrim.

Liputan6.com, Seoul - Jumlah orang yang hilang usai banjir di Korea Selatan dilaporkan bertambah. Menurut laporan Yonhap, Minggu (14/8/2022), angka kematian menjadi 14 orang dan enam orang hilang akibat banjir Korea Selatan.

Delapan korban meninggal berlokasi di Seoul, empat korban di Provinsi Gyeonggi yang berbatasan dengan ibu kota, dan dua korban di Provinsi Gangwon.

Ada dua orang menghilang di Provinsi Chungheong Selatan usai truk mereka terseret banjir. Empat korban lain yang hilang berasal di Provinsi Gyeonggi dan Gangwon.

Sekitar 7.480 warga di Korea Selatan harus dievakuasi akibat banjir yang terjadi, berdasarkan data Central Disaster and Safety Countermeasures Headquarters.

Tewas di Bawah Tanah

Ada tiga orang yang meninggal di rumah bawah tanah karena terjebak banjir. Penonton film Parasite karya Bong Joon Ho pasti mengenali rumah keluarga Kim yang berada di bawah bangunan lain. Pemerintah Korea Selatan kini mulai menyetop keberedaan rumah-rumah demikian.

Wali Kota Seoul Oh Sehun (Oh Se Hoon) menjelaskan bahwa rumah underground atau semi- underground mengancam orang-orang yang rentan dalam segala aspek. Makar dari itu, Seoul berhenti menerbitkan izin untuk konstruksi rumah seperti itu.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah secara resmi meminta maaf atas dampak banjir yang terjadi. Ia pun meminta pemerintah untuk menggunakan teknologi-teknologi paling mutakhir dalam memantau jalur-jalur air.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Presiden Minta Maaf

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyampaikan permintaan maaf usai bencana banjir di ibu kota Seoul pada Senin malam 8 Agustus 2022. Banjir itu turut merendam wilayah di Gangnam. 

Ratusan orang dilaporkan harus ikut evakuasi, mati lampu terjadi, dan korban jiwa telah mencapai sembilan orang.  

"Saya berdoa kepada para korban dan meminta maaf atas nama pemerintah kepada masyarakat yang menderita ketidaknyamanan," ujar Presiden Yoon Suk Yeol, dikutip Yonhap, Rabu (10/8).

Presiden Korea Selatan juga telah mendatangi sebuah lokasi di daerah Gwanak setelah ada laporan tiga anggota keluarga yang meninggal akibat terjebak banjir. Mereka tinggal di rumah semi-basement. 

Hujan deras dan banjir yang menerjang area Seoul berdampak kepada lokasi-lokasi di dataran rendah. Ratusan warga Korsel harus evakuasi ke sekolah dan gym setempat. 

Sebelumnya, Presiden Yoon Suk Yeol meminta jajarannya untuk all out dalam melawan dampak banjir. Presiden Yoon Suk Yeol turut mendukung penggunaan teknologi terkini. 

"Saya percaya kita harus secara aktif menggunakan teknologi digital termutakhir untuk secara konstan memantau level air di semua waterway negara, menggelar simulasi dan segera mungkin mengaktifkan sistem peringatan," ujarnya.

"Agensi-agensi relevan dan pemerintah lokal harus membangun prakiraan banjir dan sistem peringatan yang meliputi semua waterway, termasuk sungai, airan utama, dan percabangan sungai, dan memakai semua kekuatan kita untuk meminimalisir kerugian hidup dan kerusakan properti," lanjut Presiden Yoon Suk Yeol.

3 dari 4 halaman

Pemerintah All Out

Selain itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol meminta jajarannya untuk all-out dalam melawan dampak banjir Seoul yang terjadi pada Senin malam (8/8). Presiden Yoon menyorot peran perubahan iklim dalam bencana tersebut.

Hujan yang terjadi di Korea Selatan adalah yang terparah dalam 80 tahun terakhir.

Presiden Korea Selatan meminta agar jajarannya siap untuk melawan dampak lebih lanjut dari banjir di wilayah Seoul dan sekitarnya, seperti tanah longsor.

"Usaha-usaha dari kementerian dalam negeri dari segi postur kesiapan darurat telah dilaksanakan untuk meminimalisir kerusakan, tetapi sebagaimana hujan beras telah terus berlanjut selama beberapa hari terakhir, kita harus merespons dengan rasa siaga yang all-out," ujar Presiden Yoon Suk Yeol.

Terkait longsor, Presiden Yoon meminta agar ada langkah pencegahan untuk membatasi akses ke area-area yang rawan longsor, dan segera mengkomunikasikan hal tersebut ke publik.

Presiden Yoon berkata bencana alam yang terjadi tak dapat dihindari, tetapi ia memint agar tidak ada dampak bencana karena human error.

"Sesegera mungkin saat hujan besar di bawah kendali, kita harus melaksanakan survey akurat terkait kerusakan dan segera memulai pemulihan dan pertolongan," ujar Presiden Yoon.

Lebih lanjut, Presiden Korsel itu meminta agar pemerintah meninjau sistem manajemen bencana dari awal dengan mempertimbangkan cuaca abnormal akibat perubahan iklim.

"Kita harus merespons secara all-out hingga situasi selesai untuk melindungi nyawa dan properti yang berharga dari masyarakat dan mengambil langkah sampai akhir, hingga masyarakat merasa cukup," ujar Presiden Yoon Suk Yeol.

4 dari 4 halaman

Kemlu RI Pastikan Tak Ada WNI Korban Meninggal Akibat Banjir di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI juga telah menegaskan dan memberikan konfirmasi bahwa tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban tewas akibat banjir yang melanda sejumlah wilayah di Korea Selatan.

"Tidak ada warga Indonesia korban meninggal dalam kasus ini," ujar Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI dalam press briefing yang disampaikan secara virtual pada Kamis (11/8). 

"Saat ini ada 36.392 WNI yang tinggal di Korea Selatan," ujar Judha Nugraha.

Setelah banjir melanda, Judha Nugraha menyebut KBRI Seoul melakukan koordinasi bersama otoritas setempat.

Selain itu juga menjalin komunikasi dengan WN Indonesia di sana. Warga Indonesia juga diminta untuk terus memantau informasi yang disampaikan oleh KBRI Seoul.

Kegiatan pembersihan dan upaya pemulihan mulai berjalan lancar di kawasan ibu kota Korea Selatan hari Rabu (10/8), setelah hujan dua hari yang curahnya mencapai rekor memicu banjir bandang.