Liputan6.com, Kordofan - Sedikitnya 52 orang tewas dan 25 luka-luka selama hujan deras di seluruh Sudan, kata pihak berwenang.
Di antara para korban, 19 orang dilaporkan berada di Negara Bagian Kordofan Utara di Sudan tengah, kata Dewan Nasional untuk Pertahanan Sipil di situsnya, seperti dikutip dari laman Xinhua, Senin (15/8/2022).
Sementara itu, 219 hektar lahan pertanian terendam banjir, 5.345 rumah hancur dan 2.862 rusak selama musim hujan saat ini di seluruh negeri, menurut dewan.
Advertisement
Baca Juga
Negara Bagian Sungai Nil di utara termasuk yang paling parah terkena dampak, dengan total 2.732 rumah hancur dan sekitar 690 rusak, tambahnya.
Juru bicara dewan Abdul-Jalil Abdul-Rahim mendesak warga untuk menghentikan pekerjaan konstruksi di dekat sungai atau di sungai dan mengikuti instruksi resmi.
Sementara itu, Pertahanan Sipil Polisi Sudan mengatakan, konvoi yang membawa bahan-bahan, termasuk selimut tenda dan pompa air, telah dikirim ke Negara Bagian Sungai Nil dan negara bagian yang terkena dampak di Sudan barat.
Peringatan curah hujan yang lebih deras di petak luas Sudan minggu ini karena awan kumulus bergerak dari dataran tinggi Ethiopia di timur, Awad Ibrahim, seorang ahli meteorologi lokal, mendesak orang untuk mengambil tindakan pencegahan.
Sudan sering mengalami banjir yang disebabkan oleh hujan lebat dari bulan Juni hingga Oktober.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Banjir Sudan Agustus 2021
Sejumlah wilayah di Sudan dilanda banjir besar setelah hujan deras terus menerus.
Dikutip dari AFP, ribuan rumah rusak, dan banyak jalan di ibu kota Khartoum terendam banjir.
Hujan lebat biasanya turun di Sudan dari bulan Juni hingga Oktober, dan negara itu menghadapi banjir besar setiap tahun, yang berdampak pada properti, infrastruktur, dan tanaman.
Di Atbara, sebuah kota di timur laut Sudan, kantor berita resmi SUNA melaporkan bahwa sejumlah rumah telah "runtuh" karena hujan lebat.
Badan kemanusiaan PBB OCHA mengatakan sekitar 12.000 orang di delapan dari 18 negara bagian telah terkena dampaknya pada Kamis (6/8).
Banjir Hancurkan 800 Rumah di Sudan
"Lebih dari 800 rumah dilaporkan hancur dan lebih dari 4.400 rumah rusak," kata PBB.
2020 lalu, hujan lebat memaksa Sudan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan, setelah banjir melanda sedikitnya 650.000 warga, dengan lebih dari 110.000 rumah rusak atau hancur.
Pada tahun 2020, Sungai Nil Biru - yang bergabung dengan Sungai Nil Putih di ibu kota Sudan Khartoum - membanjiri sungai tersebut ke tingkat tertinggi sejak lebih dari satu abad yang lalu.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tambang Emas Sudan Ambruk
Insiden tambang emas ambruk terjadi di Sudan pada akhir tahun 2021.
Sedikitnya 38 orang tewas setelah sebuah tambang emas ambrruk di Negara Bagian Kordofan Barat di Sudan Selatan.
"General Manager Sudanese Mineral Resources Company Limited memuliakan 38 penambang yang tewas akibat ambruknya tambang Umm Draisaya," bunyi pernyataan itu.
Tambang emas yang runtuh terletak di dekat kota El Nuhud di Negara Bagian Kordofan Barat, sekitar 500 km sebelah barat ibu kota Sudan, Khartoum.
Pemerintah Negara Bagian Kordofan Barat dan komite keamanan negara bagian sebelumnya mengeluarkan keputusan untuk menutup tambang tersebut.
Dikutip dari laman Xinhua, Rabu (29/12/2021), keputusan ini diambil dengan alasan bahwa tambang tersebut tidak cocok untuk ditambang, menurut perusahaan Sudan Selatan tersebut.
Â
Tambang Emas Mozambik Runtuh Saat Banjir Akibat Badai
Sebuah tambang emas runtuh saat banjir di Provinsi Manica, Mozambik tengah. Lima penambang emas dilaporkan tewas menurut radio publik setempat pada Selasa 2 Januari 2022.
Kecelakaan di Distrik Sussundenga, sekitar 170 kilometer (105 mil) barat ibu kota Provinsi Beira, terjadi pada Senin 1 Februari di sebuah tambang emas milik sekelompok penambang skala kecil.
Kepala tambang, Afonso Muagara, menuding para korban beroperasi di musim hujan saat penambangan dilarang.
"Tidak ada yang tahu mengapa mereka ada di sana, mengingat tidak ada aktivitas penambangan yang diizinkan saat hujan turun," katanya di radio seperti dikutip dari AFP, Rabu (2/2/2022).
Provinsi Manica dilanda Badai Tropis Ana, yang menerjang wilayah itu pekan lalu, merenggut 86 nyawa di Mozambik, Madagaskar, dan Malawi.
Advertisement