Liputan6.com, Pyongyang - Sebuah sumber yang tidak disebukan namanya atas nama keselamatan mengungkap bahwa mereka kecewa dengan pidato dari Kim Yo-jong, adik dari Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un.
Mereka mengaku kecewa setelah datang secara langsung ke lokasi pidato Yo-jong beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari laman Radio Free Asia, Selasa (16/8/2022).
“Pidatonya penuh dengan kata-kata yang hanya memperburuk situasi di semenanjung Korea. Banyak warga mengeluh bahwa klaim kemenangan dalam perang melawan virus corona, mereka seharusnya mendiskusikan cara untuk menyelesaikan situasi kehidupan yang memburuk,” kata sumber di Pyongan Utara.
Advertisement
Baca Juga
“Mereka hanya peduli dengan menghasut permusuhan untuk membasmi otoritas Korea Selatan.”
Sekelompok penonton di Pyongan Selatan tidak terkesan dengan Kim Yo-jong, kata sumber berikutnya kepada Radio Free Asia.
“Mereka mengatakan bahwa Kim Yo-jong tampaknya memiliki martabat yang rendah, karena dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pidato tertulisnya dan membacanya dengan suara gemetar seperti anak sekolahan.”
Sebelumnya, Kim Yo-jong menyampaikan pidatonya di hadapan warga Korea Utara sebagai bentuk ancamnya terhadap Korea Selatan.
Dalam pernyataannya itu, Yo-jong menyelahkan wabah COVID-19 berasal dari dan disebabkan oleh pihak Korea Selatan.
Ia pun berjanji akan melakukan balas dendam kepada Seoul. Selama pidato tersebut, ia juga memaparkan klaim bahwa Korea Utara sudah bebas dari COVID-19.
“Si Boneka (sebutan untuk Korea Selatan) telah membuang selebaran benda kotor ke wilayah kita. Kita harus melawannya dengan keras.” kata Yo-jong dalam pidatonya.
“Kami sudah mempertimbangkan untuk melakukan rencana balasan. Tapi tindakan balas dendam kami bentuk balasan yang mematikan,” tambahnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kim Jong-un Sempat Sakit
Kim Yo-jong mengatakan saudara laki-lakinya Kim Jong-un mengalami gejala demam, indikasi pertama Korea Utara bahwa Kim diyakini telah tertular virus tersebut.
Dikutip dari DW Indonesia, Jumat (12/8/2022), KCNA juga mengutip dari Kim Yo-jong bahwa ia mempercayai kalau wabah Virus Corona COVID-19 itu dimulai akibat selebaran yang memasuki wilayah Korea Utara dari Korea Selatan.
Selebaran propaganda, yang mengkritik bagaimana keluarga Kim memerintah "negara miskin”, merupakan titik balik hancurnya hubungan dengan Seoul.
Adik perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Yo-jong, menuding Korea Selatan masih terus melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan mengirimkan selebaran ke Korea Utara. Menurutnya, Korea Selatan harus membayar konsekuensi yang cukup besar.
Mengutip Kim Yo-jong, KCNA juga mengatakan bahwa wabah COVID merebak karena selebaran dari Korea Selatan yang masuk ke negara itu. Selebaran propaganda, yang mengkritik keluarga Kim yang memerintah negara yang dikatakan miskin itu,
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea, menyatakan penyesalannya atas klaim Korea Utara tersebut, dengan mengatakan bahwa Korea Utara berulang kali mencoba membuat "klaim tak berdasar atas rute COVID" yang merupakan "pernyataan yang sangat tidak sopan dan mengancam."
Pejabat kesehatan lain dan pakar dari luar negeri juga mengatakan bahwa COVID menyebar setelah Pyongyang melonggarkan perbatasannya dengan China untuk transportasi barang pada Januari. Selain itu, Korea Utara juga mengalami lonjakan kasus setelah beberapa acara berskala besar di Pyongyang berlangsung pada April lalu.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kim Jong-un Klaim Menang Lawan Pandemi
Pada hari Kamis (11/08), melalui kantor berita resmi negara KCNA, Kim Jong Unmenyatakan kemenangan Korea Utara melawan virus corona, masa pandemi ketat di Korea Utara pun resmi dicabut.
KCNA juga mengatakan bahwa Kim "dengan sungguh-sungguh mendeklarasikan kemenangan dalam kampanye anti-epidemi darurat maksimum".
Kim juga menyerukan negaranya untuk menjaga kewaspadaan serta mengontrol ketat daerah perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, mengingat bahwa wabah cacar monyet dan varian COVID lainnya masih menyebar secara global.
Korea Utara telah memberlakukan langkah-langkah anti-pandemi pada bulan Mei lalu. Namun mereka hanya dapat memantau kasus demam harian, akibat kurangnya alat tes yang tersedia di negara tersebut.
Negara yang terisolasi sejak Mei lalu itu mengklaim telah mencatat sekitar 4,8 juta kasus "demam" dari populasinya yang berjumlah 26 juta, dengan total 74 kematian. Kim Jong Un memuji angka-angka yang tidak dapat diverifikasi ini sebagai "keajaiban yang belum pernah terjadi sebelumnya," menurut KCNA.
Pakar kesehatan internasional mempertanyakan angka yang diberikan oleh pejabat Korea Utara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa bulan lalu mereka yakin situasinya semakin buruk, bukan lebih baik, karena tidak adanya data independen tentang kasus COVID di negara itu.
Bagaimanapun, pejabat kesehatan Korea Utara telah mengklaim bahwa wabah COVID terus melambat dari minggu ke minggu, dan menyatakan bahwa tidak ada kasus COVID yang dicurigai sejak akhir Juli lalu.
Banyak Ahli Meragukan
Pyongyang belum mengkonfirmasi berapa banyak orang yang dinyatakan positif COVID-19. Tetapi media pemerintah mengatakan sekitar 4,77 juta pasien demam telah pulih sepenuhnya dan 74 telah meninggal sejak akhir April, yang merupakan tingkat kematian 0,002%, terendah di dunia.
Banyak ahli menganggap statistik ini sulit dipercaya. Korea Utara memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia, dan tidak memiliki obat atau vaksin perawatan COVID-19, kata para ahli.
Sebaliknya, Korea Selatan yang memiliki sistem perawatan kesehatan yang canggih dan populasi yang sangat divaksinasi memiliki tingkat kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan sebesar 0,12%, menurut data resmi.
Advertisement