Liputan6.com, Jakarta - PBB pada Selasa (16/8) mengatakan, Sekjen PBB Antonio Guterres pada Kamis (18/8) akan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ukraina barat.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan undangan untuk pertemuan tiga pihak itu dibuat oleh Zelenskyy. Para pemimpin mewakili tiga dari empat anggota prakarsa Biji-Bijian Laut Hitam. Rusia adalah anggota keempat.
Persetujuan itu yang ditandatangani di Istanbul pada 22 Juli telah memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina ke pasar internasional, dan menghapus beberapa hambatan pada penjualan pupuk dan pangan Rusia.
Advertisement
Baca Juga
Sekitar 20 juta ton metrik biji-bijian Ukraina terperangkap di dalam silo dan di dalam sekitar 24 kapal di pelabuhan Ukraina di selatan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Situasi ini menaikkan harga pangan di pasar global, sementara Program Pangan Dunia memperingatkan bahwa 345 juta orang di 82 negara kini menghadapi ketidakamanan pangan yang akut, sedangkan 50 juta orang di 45 negara kini berada di ambang kelaparan.
Sebelum perang, ekspor pangan Ukraina memberi makan sekitar 400 juta orang di seluruh dunia.
Prakarsa Biji-Bijian Laut Hitam itu telah dilaksanakan secara mulus sejak Pusat Koordinasi Gabungan JCC yang mengawasi operasi ekspor itu dioperasikan online pada 27 Juli.
Sejak itu JCC telah memberi otorisasi kepada 21 kapal untuk meninggalkan Odesa, Chernomorsk, dan Pivennyi di Ukraina selatan dan mengangkut 563ribu 317 ton metrik biji-bijian dan pangan lain. Limabelas kapal lagi sudah diperbolehkan memasuki pelabuhan untuk menjemput kargo pangan. Mereka berlayar melewati koridor kemanusiaan kelautan di Laut Hitam.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertempuran Meningkat, Rusia Gempur Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Ukraina
Situasi masih tegang di sekitar pembangkit nuklir Zaporizhzhia, Ukraina, di mana para pejabat Ukraina menuduh pasukan Rusia menembakkan roket berulang kali ke fasilitas itu, dan mengancam bencana nuklir.
Pasukan Ukraina akan menarget tentara Rusia yang menembak ke arah atau dari pembangkit itu, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya Sabtu (13/8) malam.
"Setiap tentara Rusia, baik yang menembaki pembangkit itu, atau menembak dengan berlindung di pembangkit itu, harus paham bahwa ia menjadi sasaran khusus agen-agen intelijen kami, pasukan khusus kami, dan militer kami," kata Zelenskyy seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (15/8/2022).
Kedua pihak terus saling tuding pihak yang lain melepaskan tembakan di dekat pembangkit itu, yang direbut Rusia pada Maret, tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Operator pembangkit itu melaporkan fasilitas itu berisiko melanggar standar radiasi dan kebakaran, setelah mengalami lonjakan roket di dan sekitar pembangkit nuklir terbesar di Eropa itu sepanjang pekan lalu.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Association/IAEA) mengatakan "risiko bencana nuklir sangat nyata" apabila pertempuran tidak berhenti. IAEA juga mengimbau agar para inspektur diizinkan memasuki fasilitas itu.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Konsekuensi Bencana
Badan Dunia mengimbau agar semua aktivitas militer di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar Eropa di wilayah tenggara Ukraina segera diakhiri. PBB memperingatkan bahwa setiap kerusakan bisa menyebabkan "konsekuensi bencana" di kawasan itu dan sekitarnya.
Pejabat-pejabat Rusia dan Ukraina telah berulang kali saling tuduh menembaki PLTN di Zaporizhzhia tersebut.
Dalam pidato di Dewan Keamanan PBB, kepala nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan, hasil penilaian para pakar Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menunjukkan tidak ada ancaman langsung terhadap keselamatan nuklir sebagai akibat dari penembakan itu. Tetapi ia menambahkan bahwa situasinya dapat berubah "setiap saat."
Grossi, Dirjen IAEA, memperingatkan bahwa setiap hari situasi semakin berbahaya di Zaporizhzhia. Daerah yang terletak di kota Enerhodar itu direbut pasukan Rusia pada awal Maret, tidak lama setelah mereka menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Walaupun dikuasai Rusia, staf Ukraina tetap menjalankan operasi PLTN tersebut. Duta Besar Rusia, Vassily Nebenzia, mengatakan kepada dewan keamanan PBB, tuduhan bahwa Rusia menembaki PLTN itu "sinis dan tidak masuk akal."
Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya memohon agar Rusia meninggalkan PLTN itu.
"Tidak ada di antara kita yang bisa menghentikan angin jika membawa radiasi. Tetapi bersama-sama, kita mampu menghentikan negara teroris," katanya.
Terbakar Diserang Rusia
Kebakaran terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina, fasilitas nuklir terbesar di Eropa.
"Gempuran musuh yang terus menerus terhadap bangunan dan unit [pembangkit]" tampaknya menyebabkan kebakaran di stasiun nuklir," menurut Wali Kota Dmytro Orlov dari Enerhodar di dekatnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (4/3/2022).
Kepala administrasi negara bagian Zaporozhia mengatakan bahwa keamanan pembangkit listrik Zaporizhzia "terjamin".
Alexander Starukh memposting hanya satu kalimat di Facebook, mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan direktur Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia (Zaporizhzhia Nuclear Power Station/Plant, ZNPP) di Enerhodar, dan telah dijamin keamanannya.
"Direktur ZNPP meyakinkan saya bahwa saat ini, keamanan nuklir objek tersebut diamankan," tulisnya.
Itu terjadi ketika pejabat tinggi Ukraina telah memperingatkan kemungkinan krisis nuklir karena penembakan Rusia yang dilaporkan di sana.
Advertisement