Liputan6.com, Berlin - Alkisah Paul von Hindenburg meninggal dunia pada 2 Agustus 1934. Ketika muda, ia ikut berperang melawan Austria di bawah komando Kaisar Willem I dan Otto von Bismarck. Setengah abad kemudian, ia menjadi komandan di Perang Dunia I.
Karier von Hindenburg terus bersinar hingga ia menjadi presiden Jerman. Jabatan itu ia pegang hingga ia tutup usia di umur 86 tahun. Dua minggu kemudian, Adolf Hitler terpilih jadi penguasa Jerman.Â
Sejumlah sumber menyebut Hitler menghapuskan jabatan presiden dan menyatakan dirinya Führer of the German Reich and People, di samping posisinya sebagai Kanselir.
Advertisement
Baca Juga
Menurut catatan History.com, Paul von Hindenburg sebetulnya tidak menyukai Adolf Hitler dan Partai Nazi. Sebelum berkuasa pun Hitler dan kelompoknya sudah terkenal radikal.Â
Namun dinamika politik membuat Hitler berhasil meraih posisi Kanselir. Setelah von Hindenburg meninggal, jalan semakin mulus bagi Hitler untuk berkuasa.Â
Hitler tidak langsung mendeklarasikan diri sebagai pemimpin Jerman. Pemerintah lebih dahulu mengadakan referendum pada 19 Agustus 1934 untuk meraih legitimasi.
Hasilnya, 90 persen mendukung Adolf Hitler. Ia pun menjadi Fuhrer yang berkuasa dan membatalkan Perjanjian Versailles yang merantai Jerman sejak kekalahan di Perang Dunia I.Â
Tak butuh lama bagi Hitler untuk menggunakan militer demi agendanya. Ia mencaplok Austria, menyerang Cekoslovakia, hingga akhirnya menerobos Polandia, sebuah tindakan yang memicu Perang Dunia II.Â
"Negara ini berperang melawan Jerman," ujar Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain.
Kini, Adolf Hitler telah menjadi sejarah gelap bagi Jerman. Tindakan Nazi yang radikal pun masih menjadi pengingat bagi politik kontemporer agar berhati-hati terhadap homo politicus yang tindakannya ekstrem.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1 Mei 1945: Radio Jerman Umumkan 'Kematian' Pemimpin Nazi Adolf Hitler
Adolf Hitler dilaporkan telah tewas di Reich Chancery di Berlin, menurut sebuah pengumuman radio Hamburg pada 1 Mei 1945.
Pada pukul 22.30 waktu setempat seorang pembaca berita mengumumkan bahwa laporan dari markas Fuhrer mengatakan Hitler telah "tewas di pos komandonya di Reich Chancery berjuang sampai nafas terakhir melawan Bolshevisme dan untuk Jerman".Â
Dikatakan dia telah menunjuk Laksamana Agung Doenitz sebagai penggantinya.
Di sana menyusul pengumuman oleh Laksamana Doenitz di mana ia meminta rakyat Jerman untuk meratapi Fuhrer mereka yang, katanya, meninggal karena kematian seorang pahlawan di ibukota Reich.
Laporan dari Washington pada saat itu mengatakan para pejabat AS curiga terhadap pengumuman itu dan tentu saja belum merayakannya, demikian seperti dikutip dari BBC On This Day, Minggu (1/5/2022).
Mereka khawatir waktu pengangkatan Doenitz mungkin berarti bahwa Hitler tidak mati tetapi mencoba melarikan diri atau pergi ke bawah tanah.
Di London, Perdana Menteri Winston Churchill tidak akan membuat pernyataan kepada Commons tentang situasi perang di Eropa kecuali untuk mengatakan itu "pasti lebih memuaskan daripada kali ini lima tahun yang lalu".
Laksamana Doenitz, yang terkenal dengan kemenangan U-boat-nya dalam tiga tahun pertama perang, bersumpah untuk melanjutkan pertempuran melawan Soviet dan Sekutu barat mereka.
"Inggris dan Amerika tidak berjuang untuk kepentingan rakyat mereka sendiri tetapi untuk penyebaran Bolshevisme," katanya.
Sebagai kepala negara baru dan komandan tertinggi Wehrmacht - angkatan bersenjata Jerman - ia menuntut disiplin dan kepatuhan dan mendesak tentara Jerman, "Lakukan tugas Anda. Kehidupan rakyat kita dipertaruhkan."
Pada saat itu, ada spekulasi di pers Inggris mengenai apakah pasukan Jerman yang melemah akan mengikuti Doenitz atau Heinrich Himmler, kepala tentara tuan rumah, Volkssturm, SS dan Gestapo.
Dia telah membuat tawaran perdamaian kepada Sekutu dalam beberapa hari terakhir dalam pertemuan dengan Count Folke Bernadotte, keponakan Raja Swedia, tetapi sejauh ini ini tidak menghasilkan apa-apa.
Advertisement
Menikah di Bunker
Â
Pada tengah malam menuju 29 April 1945, Adolf Hitler menikahi Eva Braun di sebuah bunker. Keputusan menikah diambil Adolf Hitler ketika negaranya berada di ambang kekalahan. Pada 30 April, pasutri itu bunuh diri.Â
Lokasi tempat mereka menikah disebut Führerbunker. Usia Eva Braun waktu itu baru 33 tahun, sementara Hitler sudah 56. Sebelum bertemu Eva, status Hitler tidak pernah menikah. Â
Menurut situs History, Eva Braun dulunya adalah asisten dari fotografer resmi Adolf Hitler. Ia berasal dari keluarga Katolik kelas menengah. Semasa berkarier, Eva tidak terlibat dalam politik Nazi.
Ketika sudah berhubungan dengan Führer, aktivitas Eva juga tidak terlalu terekspos publik dan ia lebih suka bermain ski dan berenang.
Eva memilih tetap berada di sisi Hitler menjelang kekalahannya dan keduanya bunuh diri bersama. Eva dilaporkan menelan racun sianida, sementara Hitler tewas dengan luka tembakan.Â
Setelah Hitler meninggal, muncul teori-teori konspirasi bahwa Hitler masih hidup dan pergi ke luar Jerman. Pada 2009, seorang pejabat arsip Uni Soviet menegaskan bahwa Hitler memang sudah tewas.Â
Dilaporkan CNN, Jenderal Vasily Khristoforov berkata tubuh Hitler dibakar dan abunya dibuang ke Sungai Biederitz. Hal itu dilakukan agar lokasi penguburan Adolf Hitler tidak dikunjungi oleh para simpatisannya.Â
Khristoforov berkata saat itu keputusan membakar jenazah pemimpin Nazi dinilai masuk akal. Perintah pembakaran itu turut diberikan oleh Sekjen Partai Komunis Soviet Yuri Andropov.
Perang Ukraina
Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina adalah untuk "denazifikasi" di negara tersebut. Rusia menuduh pemerintah Ukraina sebagai simpatisan Nazi yang notabene anti-Yahudi.
Namun, retorika Rusia justru malah dikecam oleh negara Yahudi: Israel.Â
Penyebabnya adalah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov yang menyebut pemimpin Nazi, Adolf Hitler, memiliki darah Yahudi. Ucapan itu dilontarkan Lavrov ketika menjelaskan program denazifikasi, meski Ukraina punya populasi Yahudi. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga orang Yahudi.
"Jadi ketika mereka bilang, 'Bagaimana Nazifikasi ada kalau kami orang Yahudi,' dalam opini saya, Hitler juga punya keturunan Yahudi, jadi itu tak berarti apa-apa. Selama ini kita telah mendengar dari orang-orang Yahudi bahwa anti-semit terbesar adalah orang Yahudi," ujar Lavrov, dikutip The Times of Israel, Selasa (3/5/2022).
Hitler yang mempunyai darah Yahudi disebut sebagai teori konspirasi yang telah dibantah para sejarawan.
Selama invasi Rusia, Israel masih berusaha ada di posisi tengah-tengah, namun ucapan Lavrov memicu reaksi keras dari Israel.
"Tujuan dari kebohongan tersebut adalah untuk menyalahkan orang-orang Yahudi untuk kejahatan terburuk dalam sejarah terhadap diri mereka (orang Yahudi), sehingga membebaskan tanggung jawab para penindas Israel," ujar Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.
Pejabat tinggi pemerintah Israel turut berbondong-bondong mengecam Rusia. Presiden Israel Yair Lapid berkata Israel berusaha memiliki hubungan baik dengan Rusia, namun ada batasnya. Komentar Lavrov disebut "tak termaafkan".
"Kami membuat setiap usaha untuk menjaga relasi-relasi yang baik dengan Rusia, tetapi ada batasnya, dan kali ini batasnya telah dilewati. Pemerintah Rusia harus minta maaf kepada kami dan masyarakat Yahudi," ujarnya.
Isu ini berakhir dengan tenang setelah pemerintah Israel menyebut Rusia telah minta maaf.
Advertisement