Liputan6.com, Kiev - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak tindakan segera untuk memastikan keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, Zaporizhzhia, yang saat ini berada di bawah kendali Rusia.
Setelah pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres di Kota Lviv, Ukraina, Kamis (18/8), Zelenskyy mengatakan bahwa perhatian khusus diberikan pada ancaman nuklir Rusia di pembangkit listrik Zaporizhzhia.
Baca Juga
“Teror yang disengaja dari pihak penyerang ini dapat memiliki konsekuensi bencana global bagi seluruh dunia. Oleh karena itu, PBB harus memastikan keamanan objek strategis ini, demiliterisasi, dan pembebasan total dari pasukan Rusia,” ujar Zelenskyy sebagaimana diwartakan Anadolu, dikutip dari Antara, Sabtu (19/8/2022).
Advertisement
Sebelumnya, Rusia mengeklaim bahwa Ukraina sedang merencanakan provokasi di pembangkit nuklir tersebut, sementara Kiev menolak tuduhan itu.
Dalam pertemuan tersebut, Ukraina dan PBB sepakat melanjutkan koordinasi implementasi kesepakatan biji-bijian.
"Kami juga membahas kemungkinan arah perkembangannya, masalah deportasi ilegal dan paksa terhadap warga Ukraina, serta pembebasan personel militer dan petugas medis kami dari penahanan," kata Zelenskyy.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga melakukan kunjungan ke Lviv. Dia mengadakan pertemuan bilateral dengan Zelenskyy di Istana Potocki, juga semua aspek hubungan Turki-Ukraina di tingkat kemitraan strategis.
Pembicaraan bilateral antara Erdogan dan Zelenskyy diikuti dengan pertemuan puncak trilateral dengan Sekjen PBB.
Khawatir Bencana Chernobyl Jilid 2
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengaku sangat khawatir atas pertempuran dekat fasilitas nuklir Zaporizhzhia di bagian selatan Ukraina.
Apabila fasilitas tenaga nuklir itu terkena dampak serangan, maka sama saja dengan bunuh diri.
"Adanya potensi kerusakan ke Zaporizhzhia adalah bunuh diri," ujar Guterres, dikutip BBC, Jumat (19/8/2022).
Pandangan itu disampaikan Guterres saat bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di kota Lviv, Ukraina.
Presiden Erdogan menyampaikan pemikiran serupa. Ia bahkan mengkhawatirkan adanya "Chernobyl" lain akibat dampak pertempuran dekat fasilitas nuklir tersebut.
Bencana Chernobyl terjadi pada 1986 di wilayah Ukraina yang dulu bagian dari Uni Soviet. Dampak bencana tersebut masih dirasakan bertahun-tahun usai kejadian. Pada 2006, WHO memperkirakan kematian tidak langsung akibat Chernobyl mencapai 9.000 orang karena kanker yang dipicu kontaminasi nuklir.
Turki yang merupakan anggota NATO memiliki kepentingan yang kuat untuk meredakan perang Rusia-Ukraina. Pasalnya, kedua negara tersebut adalah mitra dagang penting bagi Turki. Pada Juli 2022, Turki terlibat dalam perjanjian fasilitasi pengiriman gandum yang melibatkan PBB dan Rusia-Ukraina.
Sementara, Presiden Zelensky menyalahkan bahwa Rusia sengaja menyerang fasilitas tenaga nuklir tersebut. Rusia dituduh menjadikan fasilitas itu sebagai markas tentara.
Zelensky, Erdogan, dan Guterres meminta agar pihak Rusia melakukan demiliterisasi di zona tersebut secepat mungkin.
Advertisement
Markas Pasukan Rusia Bocor di Media Sosial, Ukraina Kirim Roket
Roket Ukraina menghancurkan markas dari pasukan paramiliter Rusia bernama Wagner. Lokasi markas Wagner terkuak secara tidak sengaja di media sosial.
Menurut laporan BBC, Selasa (16/8), Wagner adalah sebuah PMC (private military company) yang bertindak sesuai kepentingan Rusia. Wagner pernah juga dikirim ke Suriah, Libya, dan Mali. Pihak Rusia membantah eksistensi grup tersebut.
Di tengah perang Ukraina-Rusia, pasukan Wagner di Popasna, Luhansk. Lokasinya tersebar ketika jurnalis pro-Rusia menyebar foto lima tentara di depan markasnya, namun di sisi foto ada alamat yang terlihat.
Lokasi Popasna berada di selatan Severodonetsk di Luhansk. Daerah itu kini diduduki Rusia. Meski foto yang tersebar sudah dihapus, salinannya terlanjur tersebar luas.
Gubernur Luhansk, Serhiy Hayday, berkata lokasi markas Wagner memang terkuak gara-gara foto tersebut. Hayday berkata jumlah korban tewas masih dicari tahu.