, Melbourne - Wacana penggantian nama monkeypox atau cacar monyet telah digaungkan oleh WHO sebelumnya. Organisasi Kesehatan Dunia itu pun meminta masukan publik untuk nama baru virus tersebut.
Seringkali nama penyakit dipilih secara tertutup oleh komite teknis, tetapi WHO kali ini memutuskan untuk membuka prosesnya kepada publik.
Baca Juga
Puluhan usulan yang diajukan lewat internet dikirim oleh sejumlah pihak, termasuk akademisi, dokter, dan aktivis komunitas gay.
Advertisement
Usulan nama baru untuk cacar monyet sangat beragam, mulai dari nama yang teknis seperti OPOXID-22, yang diajukan oleh dokter Harvard Medical School Jeremy Faust, hingga Poxy McPoxface, yang diajukan oleh Andrew Yi merujuk pada Boaty McBoatface, nama pilihan publik untuk kapal penelitian kutub buatan Inggris.
Mengutip ABC Australia, Minggu (21/8/2022), ada tiga usulan yang dikirim sejauh ini ke WHO. Di antaranya Poxy McPoxface, TRUMP-22 atau Mpox.
Kenapa WHO Minta Pendapat Publik?
Perubahan nama ini adalah tanggapan dari WHO setelah menerima tekanan dan kritikan bahwa monyet bukanlah hewan inang asli dalam wabah ini.
Mereka juga khawatir nama tersebut dapat digunakan dengan cara yang rasis.
Sekelompok ilmuwan terkemuka menulis sebuah makalah pada bulan Juni menyerukan nama yang "netral, non-diskriminatif dan non-stigmatisasi.”
Sampai tahun ini, cacar monyet hanya menyebar di sekelompok negara di Afrika barat dan tengah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengapa Penting Mengganti Nama Cacar Monyet?
"Sangat penting untuk menemukan nama baru bagi cacar monyet karena ini adalah praktik terbaik untuk tidak membuat pelanggaran apa pun terhadap [kelompok], wilayah, negara, hewan," kata juru bicara WHO Fadela Chaib, Selasa 16 Agustus.
Salah satu usulan nama yang lebih populer sejauh ini adalah Mpox, yang diajukan oleh Samuel Miriello, direktur organisasi kesehatan pria RÉZO, yang sudah menggunakan nama itu dalam kampanyenya di Montreal, Kanada.
Menurutnya juga ketika tidak lagi dikaitkan dengan monyet, maka orang-orang akan lebih paham jika ini adalah keadaan darurat yang harus ditanggapi serius.
Usulan lainnya adalah TRUMP-22, merujuk dengan jelas Donald Trump, yang menggunakan istilah kontroversial "virus China" untuk COVID-19, meskipun penulisnya mengatakan itu kepanjangan dari "Toxic Rash of Unrecognised Mysterious Provenance of 2022".
Kiriman yang mengejek komunitas gay sebelumnya telah diunggah tetapi kemudian dihapus dari situs web WHO.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
WHO Punya Mandat
WHO memiliki mandat untuk menetapkan nama baru untuk penyakit yang ada di bawah Klasifikasi Penyakit Internasional.
Mereka juga mengganti nama varian virus monkeypox, atau clades, mengubahnya dari wilayah Afrika menjadi angka Romawi.
WHO mengatakan keputusan penamaan akan dibuat sesuai dengan validitas ilmiah, penerimaan, kemudahan pengucapan dan penggunaannya di berbagai bahasa.
"Saya yakin kami tidak akan membuat atau memilih nama yang konyol," kata Chaib.
Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 dan dinamai sesuai hewan pertama yang menunjukkan gejala.
Bulan lalu, WHO menyatakan wabah ini sebagai darurat kesehatan masyarakat, setelah laporan lebih dari 32.000 kasus di lebih dari 80 negara.
Kasus Pertama Cacar Monyet di Indonesia, Pria 27 Tahun Asal DKI
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengonfirmasi temuan kasus pertama cacar monyet di Tanah Air. Kasus pertama monkeypox di Indonesia ditemukan pada pria 27 tahun asal DKI Jakarta terdeteksi pada Jumat, 19 Agustus 2022 malam.
"Ada satu pasien terkonfirmasi, asal DKI Jakarta, 27 tahun," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Muhammad Syahril dalam konferensi pers daring pada Sabtu, 20 Agustus 2022.
Syahril menuturkan bahwa pria warga negara indonesia (WNI) memiliki riwayat bepergian ke luar negeri. Syahril tidak menjelaskan lebih rinci mengenai negara yang dikunjungi pasien tersebut.
Pasien tersebut tiba di Indonesia pada 8 Agustus 2022. Lalu, mulai merasakan gejala pada 14 Agustus 2022 ia merasakan demam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Lalu, pada tanggal 16 Agustus muncul lesi atau ruam di beberapa bagian tubuh mulai dari wajah, sekitar selangkangan, dan kaki.
"Dan, ada cacar atau ruam di muka, telapak tangan, kaki dan sebagian di sekitar alat genitalia," kata Syahril.
Pasien tersebut memiliki kesadaran untuk memeriksakan kesehatannya ke salah satu rumah sakit di DKI Jakarta. Lalu, melihat gejala yang ada pihak fasilitas kesehatan tersebut lalu melakukan pemeriksaan lanjutan lewat tes PCR.
"RS tanggap (dengan gejala yang muncul) lalu melakukan pemeriksaan lanjutan dengan melakukan tes PCR. Dalam hitungan dua hari sudah diketahui hasilnya," kata Syahril.
"Dan, tadi malam sudah diketahui positif terkonfirmasi (cacar monyet)," kata Syahril.
Advertisement