Sukses

Daftar Negara dan Wilayah dengan Kasus Cacar Monyet, Salah Satunya Indonesia yang Terbaru

Indonesia masuk daftar negara dengan kasus monkeypox atau cacar monyet terbaru.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kini masuk dsftar negara dengan kasus monkeypox atau cacar monyet.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengonfirmasi temuan kasus pertama cacar monyet di Tanah Air.

Kasus pertama monkeypox di Indonesia ditemukan pada pria 27 tahun asal DKI Jakarta terdeteksi pada Jumat, 19 Agustus 2022 malam.

"Ada satu pasien terkonfirmasi, asal DKI Jakarta, 27 tahun," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Muhammad Syahril dalam konferensi pers daring pada Sabtu, 20 Agustus 2022.

Selain Indonesia, WHO mengatakan infeksi cacar monyet sudah marambah hingga 92 negara.

"Lebih dari 35.000 kasus cacar monyet kini telah dilaporkan ke WHO dari 92 negara dan wilayah, dengan 12 kematian. Hampir 7.500 kasus dilaporkan minggu lalu, meningkat 20% dari minggu sebelumnya, yang juga 20% lebih tinggi dari minggu sebelumnya," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pembaruan tentang wabah cacar monyet global per 17 Agustus 2022.

"Hampir semua kasus dilaporkan dari Eropa dan Amerika, dan hampir semua kasus terus dilaporkan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, menggarisbawahi pentingnya semua negara untuk merancang dan memberikan layanan dan informasi yang disesuaikan dengan komunitas ini yang melindungi kesehatan, manusia hak dan martabat," imbuh Tedros dalam konferensi pers virtual tersebut.

Jumlah negara dengan kasus cacar monyet mungkin saat ini sudah bertambah dari pembaharuan WHO di atas.

Berikut ini daftar negara dan wilayah yang sudah melaporkan kasus cacar monyet, mengutip cdc.gov, Minggu (21/8/2022):

  1. Andora
  2. Argentina
  3. Australia
  4. Austria
  5. Bahama
  6. Barbados
  7. Belgia
  8. Benin
  9. Bermuda
  10. Bolivia
  11. Bosnia dan Herzegovina
  12. Brasil
  13. Bulgaria
  14. Kamerun
  15. Kanada
  16. Republik Afrika Tengah
  17. Chile
  18. Kolumbia
  19. Kosta Rika
  20. Kroasia
  21. Curacao
  22. Siprus
  23. Ceko
  24. Republik Demokrasi Kongo
  25. Denmark
  26. Republik Dominika
  27. Ekuador
  28. Estonia
  29. Finlandia
  30. Perancis
  31. Georgia
  32. Jerman
  33. Ghana
  34. Gibraltar
  35. Yunani
  36. Tanah penggembalaan
  37. Guadeloupe
  38. Guatemala
  39. Honduras
  40. Hungaria
  41. Islandia
  42. India
  43. Indonesia
  44. Iran
  45. Irlandia
  46. Israel
  47. Italia
  48. Jamaika
  49. Jepang
  50. Latvia
  51. Libanon
  52. Liberia
  53. Lithuania
  54. Luksemburg
  55. Malta
  56. Martinik
  57. Meksiko
  58. Moldova
  59. Monako
  60. Montenegro
  61. Maroko
  62. Belanda
  63. Kaledonia Baru
  64. Selandia Baru
  65. Nigeria
  66. Norway
  67. Panama
  68. Peru
  69. Filipina
  70. Polandia
  71. Portugal
  72. Qatar
  73. Republik Kongo
  74. Rumania
  75. Rusia
  76. Arab Saudi
  77. Serbia
  78. Singapura
  79. Slowakia
  80. Slovenia
  81. Afrika Selatan
  82. Korea Selatan
  83. Spanyol
  84. Sudan
  85. Swedia
  86. Swiss
  87. Taiwan
  88. Thailand
  89. Turki
  90. Uni Emirat Arab
  91. Britania Raya
  92. Amerika Serikat
  93. Uruguay
  94. Venezuela

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

TRUMP-22 Jadi Salah Satu yang Diajukan ke WHO untuk Nama Baru Cacar Monyet

Wacana penggantian nama monkeypox atau cacar monyet telah digaungkan oleh WHO sebelumnya. Organisasi Kesehatan Dunia itu pun meminta masukan publik untuk nama baru virus tersebut.

Seringkali nama penyakit dipilih secara tertutup oleh komite teknis, tetapi WHO kali ini memutuskan untuk membuka prosesnya kepada publik.

Puluhan usulan yang diajukan lewat internet dikirim oleh sejumlah pihak, termasuk akademisi, dokter, dan aktivis komunitas gay.

Usulan nama baru untuk cacar monyet sangat beragam, mulai dari nama yang teknis seperti OPOXID-22, yang diajukan oleh dokter Harvard Medical School Jeremy Faust, hingga Poxy McPoxface, yang diajukan oleh Andrew Yi merujuk pada Boaty McBoatface, nama pilihan publik untuk kapal penelitian kutub buatan Inggris.

Mengutip ABC Australia, Minggu (21/8/2022), ada tiga usulan yang dikirim sejauh ini ke WHO. Di antaranya Poxy McPoxface, TRUMP-22 atau Mpox.

Selengkapnya klik di sini...

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Cacar Monyet Sudah Masuk Indonesia, Pemerintah Harus Siap Dukungan Isolasi

Terkait temuan kasus pertama cacar monyet (monkeypox) di Indonesia, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menekankan, Pemerintah harus siap dalam memberikan dukungan (support) isolasi yang dilakukan pasien yang bersangkutan.

Sebab, isolasi bagi pasien monkeypox, terlebih yang sudah terkonfirmasi positif membutuhkan waktu berhari-hari. Walaupun disebutkan dapat sembuh sendiri, gejala dapat bertahan 2 sampai 4 minggu.

"Pemerintah harus siap, gimana nih kalau ternyata banyak (temuan kasus terkonfirmasi positif) dan ini kan belum tentu semuanya adalah orang yang secara sosial-ekonomi mampu. Ini harus disiapkan oleh Pemerintah," ujar Dicky melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 20 Agustus 2022.

"Karena isolasi atau karantina yang tidak sebentar. Kebayang kan dan ini harus dalam pengawasan dokter."

Selain itu, Pemerintah juga perlu memberikan dukungan secara fisik dan mental. Dukungan yang diberikan pun tak hanya diberikan kepada pasien yang bersangkutan, melainkan keluarganya.

Apalagi diketahui, penularan virus cacar monyet di belahan negara lain marak teridentifikasi di kalangan komunitas gay maupun biseksual.

"Untuk pasien pertama (monkeypox), sekali lagi tindakan yang perlu dilakukan ya tentu kita berikan dukungan, apalagi ini Indonesia lho. Pasti dia mengalami juga (problem) secara mental. Pemerintah perlu beri support secara fisik, mental, dan pelayanan kesehatan," jelas Dicky.

"Kita bicara bukan hanya masalah akses pelayanan kesehatan, obat tapi juga mental, sosial dan itu yang harus dibangun bukan hanya pasien, tapi untuk pasangan, keluarganya. Lagi pula yang bersangkutan akan menjalani isolasi yang tentu jauh lebih lama."

Selengkapnya klik di sini...

4 dari 4 halaman

Positif Cacar Monyet, Pesan Kemenkes: Jangan Salaman Apalagi Pelukan

Merespons adanya kasus pertama cacar monyet (monkeypox) di Indonesia, masyarakat diminta untuk menghindari bersalaman hingga saling pelukan kepada seseorang yang terkonfirmasi positif penyakit tersebut. Upaya ini dihindari juga terhadap seseorang yang mengalami gejala atau diduga tertular cacar monyet.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Mohammad Syahril meminta masyarakat untuk menghindari kontak langsung seperti bersalaman dan pelukan kepada seseorang yang positif cacar monyet. Tujuannnya, mencegah penularan virus cacar monyet antar manusia.

 "Karena penularan penyakit ini utama sekali melalui kontak langsung kepada penderita. Kontak langsung maksudnya, bisa dengan bersalaman, berpelukan atau mungkin tidur bersama. Kemudian kontak kepada benda-benda atau barang-barang di sekitar pasien, umpamanya selimut, handuk dan lainnya," pesan Syahril saat Press Conference: Penemuan Pasien Pertama Terkonfirmasi Monkeypox pada Sabtu, 20 Agustus 2022.

"Kita harus menghindari itu semua. Masyarakat juga harus paham, apabila ada teman, saudara kita atau masyarakat yang punya gejala monkeypox, kita harus menghindari kontak langsung kepada yang bersangkutan."

Sebagaimana diketahui, penyebab cacar monyet adalah infeksi Monkeypox Virus (MPXV). Penyakit ini bersifat zoonosis atau diperantarai oleh hewan, misalnya, monyet, tikus, dan tupai. 

Penularan dari hewan ke manusia bisa melalui gigitan atau cakaran, mengonsumsi daging yang tak dimasak matang, dan kontak langsung dengan kendang hewan yang terinfeksi virus. 

Sementara itu, penyebaran monkeypox antar manusia dapat melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, cairan tubuh, percikan (droplet) saat penderita batuk maupun bersin atau saat menyentuh permukaan yang sudah terkontaminasi virus.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.