Sukses

Hujan Besar Picu Banjir Bandang di Afghanistan, 20 Orang Tewas

Banjir bandang yang terjadi di Afghanistan menewaskan 20 orang.

Liputan6.com, Kabul - Hujan deras memicu banjir bandang di provinsi Logar, Afghanistan timur, menewaskan sedikitnya 20 orang dan menghancurkan lebih dari 3.000 rumah, kata para pejabat, Minggu (21 Agustus).

Hujan mengguyur beberapa daerah di provinsi itu pada Sabtu, melukai lebih dari 30 orang selain mereka yang tewas, kata kantor gubernur provinsi.

Dilansir Channel News Asia, Senin (22/8/2022), banjir juga menghancurkan puluhan kanal dan sekitar 5.000 hektar lahan pertanian, terutama kebun buah-buahan, kata pernyataan itu, dengan sekitar 2.000 ternak juga tewas.

Pasukan keamanan dan organisasi amal mengevakuasi orang ke daerah aman setelah rumah mereka hancur, kata pemerintah provinsi.

Juru bicara pemerintah Bilal Karimi, dalam pernyataan terpisah, mendesak masyarakat internasional untuk memberikan bantuan.

"Kami sangat meminta masyarakat internasional ... untuk bergandengan tangan dengan Afghanistan pada saat kritis ini dan (untuk) tidak berusaha membantu para korban," kata Karimi.

Puluhan orang Afghanistan meninggal setiap tahun karena banjir dan hujan deras, terutama di daerah pedesaan yang miskin di mana rumah-rumah yang dibangun dengan buruk sering berisiko runtuh.

Departemen meteorologi negara itu mengatakan lebih banyak hujan lebat dan banjir diperkirakan terjadi di 21 provinsi dalam beberapa hari mendatang.

Bantuan asing dan skema bantuan bencana telah berkurang secara dramatis sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu.

Negara-negara Barat waspada bahwa bantuan apa pun dapat diambil alih oleh Taliban dan digunakan untuk mengkonsolidasikan cengkeraman mereka di Afghanistan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Bantuan Berkurang

Departemen meteorologi negara itu mengatakan lebih banyak hujan lebat dan banjir diperkirakan terjadi di 21 provinsi dalam beberapa hari mendatang.

Bantuan asing dan skema bantuan bencana telah berkurang secara dramatis sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu.

Negara-negara Barat waspada bahwa bantuan apa pun dapat diambil alih oleh Taliban dan digunakan untuk mengkonsolidasikan cengkeraman mereka di Afghanistan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kejadian Tahun Lalu

Tahun lalu, orang-orang di sebuah desa terpencil di Afghanistan timur, tewas terkubur di bawah lumpur dan puing-puing ketika hujan lebat membawa banjir bandang pada malam hari.

Anak-anak dan perempuan dikatakan ikut menjadi korban di Kamdesh, dengan sedikitnya 60 orang tewas dan puluhan lainnya hilang, dan banyak rumah hancur.

Kala itu, zona bencana dikuasai oleh gerilyawan Taliban yang memerangi pemerintah.

Pembicaraan sedang diadakan untuk mencoba membiarkan tim penyelamat memasuki daerah yang sulit dijangkau pada waktu normal.

 

4 dari 4 halaman

Korban Tewas

Para pejabat Afghanistan menyebutkan korban tewas adalah 60 orang tetapi Taliban mengatakan 150 orang tewas dalam banjir tersebut, kantor berita Associated Press melaporkan.

Seorang insinyur yang bekerja untuk provinsi Nuristan, tempat Kamdesh berada, mengatakan kepada seorang wartawan Afghanistan bahwa jumlah korban terakhir bisa melebihi 200 orang.

Taliban mengatakan mereka telah mengirim kru penyelamat mereka sendiri untuk membantu serta menjanjikan dana bantuan senilai sekitar $62.000 (Rp 895 juta), AP melaporkan.

Tetapi tidak jelas seberapa baik perlengkapan mereka untuk menghadapi bencana dalam skala seperti itu.

Mereka telah memerangi pasukan pemerintah di seluruh negeri dan menguasai wilayah sejak pasukan asing pimpinan AS pergi.

Banjir bandang terjadi ketika hujan turun begitu deras sehingga drainase normal tidak dapat mengatasinya. Hujan deras dan banjir membunuh orang setiap tahun di Afghanistan, di mana rumah-rumah yang dibangun dengan buruk di daerah pedesaan terpencil sangat rentan.

Banyak faktor yang menyebabkan banjir, tetapi pemanasan atmosfer yang disebabkan oleh perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem lebih mungkin terjadi.

Dunia telah menghangat sekitar 1,2 derajat celcius sejak era industri dimulai dan suhu akan terus meningkat kecuali pemerintah di seluruh dunia melakukan pemotongan tajam terhadap emisi.