Sukses

Kasus COVID-19 Surut, Singapura Siap Longgarkan Aturan Masker

Aturan wajib masker siap dilonggarkan karena Singapura dinilai berhasil melawan varian Virus Corona COVID-19.

Liputan6.com, Singapura - Pemerintah Singapura siap untuk melonggarkan aturan masker. Nantinya, masker tidak wajib lagi kecuali di tempat tertentu seperti transportasi umum.

Pengumuman itu dibuat oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada video acara National Day Rally, Minggu (21/8).

"Dengan situasi kita yang stabil kita akan terus mengurangi persyaratan masker untuk mencegah orang-orang kelelahan. Kita hanya mempersyaratkan masker di transportasi publik ketika orang berada dalam kontak dekat berkepanjangan di tempat ramai dan di lokasi pelayanan kesehatan," ujar PM Lee Hsien Loong dalam keterangannya, dikutip Selasa (23/8/2022).

Di luar tempat-tempat tersebut, masker akan menjadi opsional. Masker di dalam kelas pun juga menjadi opsional, sembari bercanda PM Lee berkata anak-anak butuh melihat ekspresi untuk memahami perasaan guru atau temannya.

"Namun tolong jangan membuka maskernya sekarang ini," lanjut PM Lee dan direspons tawa audiens. "Tolong tunggu pengumuman yang detail dari MTF (Multi-Ministry Taskforce)." 

Professor Teo Yik Ying, dekan dari Saw Swee Hock School of Public Health, menjelaskan bahwa vaksinasi telah mencegah kasus Virus Corona COVID-19 yang parah. Meski demikian, ia setuju bahwa pemakaian masker masih penting dalam keadaan tertentu.

"Penting untuk mengingat bahwa meski mandat masker akan dicopot, itu tidak berarti kita mesti berhenti memakai masker," ujarnya seperti dikutip The Straits Times. Ia pun menyorot kelompok lansia dan orang-orang yang immunocompromised. Mereka disarankan terus memakai masker, tak hanya untuk COVID-19, tetapi penyakit pernafasan lain yang mengancam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Vaksin Indovac

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut telah menentukan nama vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh BUMN, yakni Bio Farma. Namanya adalah Indovac (Indonesia Vaccine).

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap vaksin yang diproduksi mandiri di dalam negeri ini telah diberi nama oleh Jokowi satu bulan lalu. Seperti diketahui, sementara vaksin ini disebut Vaksin BUMN. 

"Kita lagi kembangkan vaksin COVID-19, sementara namanya vaksin BUMN, tapi sebulan lalu sudah dikasih nama oleh Presiden, namanya Indovac," ungkapnya dalam acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8).

Perseroan menargetkan, vaksin produksi BUMN ini akan memperoleh izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada awal September 2022 mendatang.

Honesti menerangkan, vaksin Indovac ini berbasis rekombinan. Pengembangan vaksin COVID-19 sendiri merupakan hasil kerja sama dengan Baylor University College of Medicine dalam penyediaan seed (15 persen) dan dikembangkan di Bio Farma (85 persen).

"Kita sudah hampir selesai registrasi di BPOM, hasilnya sih alhamdulillah," bebernya.

Dia melanjutkan, proses uji klinis vaksin Indovac melibatkan sekitar 3 ribu relawan. Saat ini, sedang menjalani uji klinis fase III.

"Jadi, Insyaallah mudah-mudahan awal atau pertengahan September kita akan segera dapet UEA dari Badan POM. Sehingga, Indonesia nanti benar-benar mandiri produk sendiri," pungkasnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Untuk Booster dan Vaksin Anak

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap tujuan penggunaan vaksin BUMN atau Indovac untuk vaksinasi booster dan vaksinasi anak baik primer maupun booster. Alasannya, jumlah suntikan kedua jenis ini masih minim dibandingkan dengan vaksin primer untuk dewasa.

Ia menyatakan, Indovac nantinya akan menjadi prioritas pemenuhan program pemerintah. Namun, untuk jumlahnya, ia belum memastikan banyaknya produksi vaksin Indovac ini.

"Untuk booster itu diutamakan untuk program pemerintah, dan nanti untuk vaksin booster dan vaksin akan, karena kan memang langka nih. Karena anak (dosis) primary ini juga masih sedikit, apalagi untuk yang booster," kata dia dalam Ngopi Bareng BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8).

Dengan tujuan itu, Bio Farma masih menunggu penerbitan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Setelah itu, pihaknya akan memulai uji klinis untuk vaksinasi anak, baik primer maupun booster.

"Manajemen dosisnya sama, 2 dosis kalau utnuk primernya, sama kaya Sinovac, sama kaya Pfizer gitu, tapi kalau yang booster cukup 1 (dosis) saja," bebernya.

4 dari 4 halaman

Tunggu Angka Kemenkes

Honesti tak mengungkap berapa banyaknya vaksin yang akan diproduksi ke depannya. Ia mengaku masih menunggu jumlah pasti yang akan dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Untuk diketahui, saat ini Bio Farma memiliki kapastias pembuatan 3 miliar vaksin untuk seluruh jenis vaksin. Serta, selama pandemi skala memproduksi vaksin Covid sebanyak 250 juta dosis.

"Tapi saya yakin kebutuhannya enggak akan sebanyak itu, sekarang sudah 400 juta lebih dosis yang kita berikan ke masyarakat, sekarang baru ada vaksin booster kedua untuk nakes, mungkin berikutnya adalah untuk masyarakat umum. Kebutuhannya nanti kita tunggu angka dari Kemenkes," paparnya.

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, pihaknya juga mengacu pada anggaran yang disiapkan pemerintah. Apalagi, pada 2023 disebut biaya APBN untuk penanganan pandemi akan dihapuskan.

"Kami dapat info dari Menteri Keuangan mengatakan untuk APBN 2023, tidak ada lagi budget untuk pandemi, artinya semua produksi ini akan kita lakukan untuk penugasan program pemerintah, semuanya akan kita rampungkan di 2022 ini," ujar dia.