Sukses

8 Anak Tewas dan Lainnya Hilang dalam Bencana Banjir Bandang di Afghanistan

Sejumlah anak meninggal dan lainnya menghilang akibat banjir yang melanda Afghanistan.

Liputan6.com, Jakarta - Sedikitnya delapan anak tewas dalam banjir yang menyapu rumah-rumah di Afghanistan tengah dan timur pekan ini, kata badan anak-anak PBB pada Selasa (23 Agustus), menambahkan bahwa lebih banyak anak hilang.

Dikutip Channel News Asia, Rabu (24/8/2022), PBB mengerahkan tim tanggap di Afghanistan timur untuk memberikan bantuan kepada ribuan orang yang kehilangan rumah, ternak, dan tanaman akibat banjir bandang parah yang melanda negara itu sejak pekan lalu.

Juru bicara UNICEF di Afghanistan, Samantha Mort, mengatakan jumlah kematian anak-anak bisa meningkat, dan lebih banyak anak hilang dan terluka dalam kekacauan yang dirusak oleh banjir.

Otoritas bencana administrasi Taliban mengatakan sedikitnya 20 orang tewas dan meminta bantuan masyarakat internasional.

Afghanistan telah terhuyung-huyung dari bencana alam tahun ini, termasuk kekeringan dan gempa bumi besar yang menewaskan lebih dari 1.000 orang pada Juni, dengan negara itu sebagian besar terputus dari sistem keuangan internasional sejak Taliban mengambil alih setahun lalu.

Di daerah pedesaan, desa-desa telah dihancurkan dan ribuan orang kehilangan ternak dan tanaman mereka, memperburuk krisis kelaparan di negara itu. Pekerja bantuan UNICEF mengatakan mereka prihatin atas risiko wabah penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera karena air minum yang terkontaminasi.

 

2 dari 4 halaman

Infrastruktur Terdampak

Di kota timur Jalalabad, daerah perkotaan tengah tidak terhindar dari kehancuran, kata pekerja bantuan UNICEF. Air setinggi dua meter merobohkan tembok, menghancurkan barang-barang dan meninggalkan lapisan lumpur tebal di seluruh lingkungan yang tergenang.

“Kami tidak bisa cukup menekankan betapa merusaknya banjir. … Begitu banyak infrastruktur yang terkena dampak, (termasuk) sekolah. Orang-orang telah berulang kali mengungsi, mereka bahkan takut untuk kembali ke rumah lama mereka,” kata Veronica Houser, seorang pekerja bantuan UNICEF di Jalalabad.

Seorang ibu di Jalalabad kehilangan tiga anak setelah semburan air menghantam rumah mereka pada malam minggu lalu, menyebabkan rumah itu runtuh. Dua anaknya yang masih hidup menunjukkan tanda-tanda ketakutan dan kesusahan, kata Houser, seraya menambahkan bahwa trauma di antara para penyintas banjir menjadi perhatian dan UNICEF telah mengirim tim untuk memberikan dukungan kesehatan mental kepada keluarga yang paling parah terkena dampak.

“Tidak hanya berakhir dengan surutnya permukaan air,” katanya.

3 dari 4 halaman

Bantuan Berkurang

Departemen meteorologi negara itu mengatakan lebih banyak hujan lebat dan banjir diperkirakan terjadi di 21 provinsi dalam beberapa hari mendatang.

Bantuan asing dan skema bantuan bencana telah berkurang secara dramatis sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu.

Negara-negara Barat waspada bahwa bantuan apa pun dapat diambil alih oleh Taliban dan digunakan untuk mengkonsolidasikan cengkeraman mereka di Afghanistan.

4 dari 4 halaman

Kejadian Tahun Lalu

Tahun lalu, orang-orang di sebuah desa terpencil di Afghanistan timur, tewas terkubur di bawah lumpur dan puing-puing ketika hujan lebat membawa banjir bandang pada malam hari.

Anak-anak dan perempuan dikatakan ikut menjadi korban di Kamdesh, dengan sedikitnya 60 orang tewas dan puluhan lainnya hilang, dan banyak rumah hancur.

Kala itu, zona bencana dikuasai oleh gerilyawan Taliban yang memerangi pemerintah.

Pembicaraan sedang diadakan untuk mencoba membiarkan tim penyelamat memasuki daerah yang sulit dijangkau pada waktu normal.