Sukses

Dear Mahasiswa, Ini Gejala HIV dan Cara Pencegahannya

Media sosial sedang diramaikan oleh kabar penyebaran HIV di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ada 414 mahasiswa di Bandung yang tercatat positif HIV.

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial sedang diramaikan oleh kabar penyebaran HIV di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ada 414 mahasiswa di Bandung yang tercatat positif HIV, itu setara 6,97 persen kasus.

"Database dari Kemenkes di Kota Bandung, yang tes HIV ada 10.800 orang. Kan pelayanan tes HIV ini menggunakan kartu tanda penduduk (KTP), yang asli warga Bandung 6.000-an. Sisanya akan kita sisir lagi," ujar Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung Sis Silvia Dewi kepada Liputan6.com,  Kamis, 25 Agustus 2022.

Silvia mengatakan data itu merupakan akumulasi jumlah kasus dari tahun 1991 hingga 2021. Dalam periode itu, tiap tahun ditemukan 300 - 500 kasus paparan HIV.

Kasus ini jadi perbincangan ramai di medsos dan aksi saling menyalahkan terjadi. Ada yang menyebut ini dipicu tren Friends With Benefits (FWB). Ada pula yang menyebut ini akibat kurangnya pendidikan seks, sehingga anak-anak muda tidak paham aktivitas seks yang aman.

Agar fokus ke solusi, berikut gejala HIV dan pencegahannya.

Gejala HIV dan Penularannya

Berdasarkan informasi situs CDC Amerika Serikat, Jumat (26/8/2022), HIV adalah virus yang menyerang sistem imun tubuh. Jika HIV tak diobati, maka bisa menyebabkan AIDS. 

Seks anal memiliki risiko tinggi penularan HIV, terutama bagi yang menerima penetrasi (bottom/uke). Pada seks vaginal, pria dan wanita sama-sama terkena risiko.

Apa gejalanya? Gejala seperti flu akan terjadi pada 2-4 pekan setelah infeksi. Gejala itu dapat berlangsung selama beberapa hari atau pekan. 

Situs khusus HIV.gov dari pemerintah AS menyebut gejala lain seperti: 

- Meriang 

- Muncul ruam di tubuh 

- Keringat malam 

- Nyeri otot 

- Pembengkakan kelenjar gentah bening

- Sariawan

Namun, ada juga orang yang tidak punya gejala pada tahap awal. Meski demikian, pasien tetap bisa menularkan HIV. Satu-satunya cara mendeteksi adalah melakukan testing.

Selanjutnya, pencegahan dan solusi HIV, termasuk bagi ibu hamil:

 

2 dari 4 halaman

Pencegahan HIV

CDC menyebut sudah banyak cara-cara mencegah HIV, seperti tidak berhubungan seks atau menukar jarum suntik. Berikut beberapa di antaranya:

Obat PrEP

Ada obat-obatan seperti pre-exposure prophylaxis (PrEP) dan post-exposure prophylaxis (PEP). Untuk PEP harus diminum segera jika ada potensi tertular. 

Penggunaan PrEP yang sesuai petunjuk dokter bisa mencegah HIV melalui seks hingga 99 persen.

Kondom

Pemakaian kondom masih menjadi solusi paling praktis untuk mencegah penyakit seks menular. Tak hanya HIV, tetapi juga penyakit-penyakit seksual lain seperti gonorrhea.

Kondom tidak seluruhnya melenyapkan penularan HIV, namun bisa menurunkan risiko penularan jika digunakan dengan benar.

Secara Oral?

Situs CDC menyebut oral seks bisa menjadi solusi selain seks penetrasi, sebab potensi penularan HIV sangat kecil hingga tidak ada. Situs HIV.gov juga menyatakan hal serupa. Secara teori, penularan lewat oral mungkin terjadi jika ada luka di mulut. 

"Namun, risikonya masih luar biasa rendah, dan jauh lebih rendah ketimbang seks anal atau vaginal," tulis situs HIV.gov.

Meski demikian, oral seks masih bisa menularkan penyakit seksual selain HIV, seperti sifilis.

HIV juga tidak menular melalui ludah, sehingga ciuman adalah risiko yang sangat rendah untuk penularan. Namun, hati-hati jika mengunyah makanan kemudian makanan itu diberikan ke anak kecil.

Selanjutnya, ibu menyusui:

3 dari 4 halaman

Ibu Menyusui dan HIV

Salah satu skenario yang paling mirip adalah ketika suami selingkuh dan terkena HIV. Dan kondisi istri sedang hamil. 

Bagaimana risiko penularannya? 

Menurut situs CDC, HIV bisa ditularkan ketika ibu sedang hamil atau menyusui. Penularan pun bisa terjadi ke anak. ASI juga bisa menjadi jalan penularan HIV.

Untungnya, para dokter sudah bisa mengurangi risiko tersebut. Para ibu hamil disarankan segera memulai pengobatan HIV agar mengurangi risiko penyakitnya menular ke anak. 

Setelah bersalin, obat juga bisa diberikan ke bayi selama 4-6 pekan usai kelahiran. Risiko penularan pun bisa berkurang hingga di bawah 1 persen.

Seseorang bisa terkena HIV melalui donor darah, namun prosedur donor darah diregulasi dengan ketat, sehingga aman. 

Situs HIV.gov menyebut apabila seseorang terkena HIV mengikuti gaya hidup sehat dan minum obat, maka ia bisa mencegah terjadinya AIDS yang notabene lebih berbahaya. Ia pun bisa hidup sehat bersama pasangannya dan tidak menularkan HIV saat berhubungan seks. 

Berkat pengobatan, makin banyak pasien HIV di AS yang tidak lanjut ke tahap AIDS.

4 dari 4 halaman

37 Juta Orang Hidup dengan HIV Selama 2020 dan 680 Ribu Meninggal karena AIDS

Sebelumnya dilaporkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, pada 2020 ada 37,7 juta orang yang hidup dengan human immunodeficiency virus (HIV), 1,5 juta infeksi HIV baru, dan 680 ribu kematian terkait acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

Sekitar 65 persen dari infeksi HIV secara global berada di antara populasi kunci. Populasi kunci yang dimaksud termasuk pekerja seks dan klien mereka, gay dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan sesama jenis, orang-orang yang menyuntikkan narkoba, transgender dan pasangan seksual mereka.

“Bahkan sebelum pandemi COVID-19 melanda, banyak populasi berisiko tinggi yang tidak mendapat layanan tes, pencegahan, dan perawatan HIV,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO mengutip keterangan pers pada Desember 2021.

Setelah adanya pandemi COVID-19, keadaan semakin buruk. Ini dikarenakan terganggunya layanan kesehatan esensial dan meningkatnya kerentanan orang dengan HIV terhadap COVID-19.

“Seperti COVID-19, kita memiliki semua alat untuk mengakhiri epidemi AIDS, jika kita menggunakannya dengan baik. Kami menyerukan pada semua negara untuk menggunakan setiap alat untuk mempersempit ketidaksetaraan pengobatan, mencegah infeksi HIV, menyelamatkan nyawa dan mengakhiri epidemi AIDS.”