Liputan6.com, Shenzhen - Pihak berwenang di kota Shenzhen, China selatan, menutup pasar elektronik terbesar di dunia Huaqiangbei dan menangguhkan layanan di 24 stasiun kereta bawah tanah pada Senin (29 Agustus) dalam upaya untuk mengekang wabah COVID-19.
Dilansir Channel News Asia, Senin (29/8/2022), tiga bangunan utama di area yang luas, terdiri dari ribuan kios yang menjual microchip, suku cadang telepon, dan komponen lainnya ke produsen, akan tetap ditutup hingga 2 September.
Pejabat masyarakat setempat mengkonfirmasi penutupan Senin kepada Reuters, sementara tiga orang yang bekerja di sana mengatakan manajer gedung telah menyuruh mereka untuk bekerja dari rumah.
Advertisement
Layanan kereta bawah tanah di 24 stasiun di distrik pusat Futian dan Luohu juga dihentikan, menurut media resmi setempat.
Di Futian, pusat pemerintahan kota, para pejabat mengumumkan bahwa bioskop, bar karaoke, dan taman akan ditutup dan acara publik besar dibatalkan hingga 2 September.
Penutupan perbatasan terkait COVID-19 telah merugikan Huaqiangbei, yang sebelum pandemi disibukkan dengan pengusaha asing yang mencari komponen sumber di China.
Pada hari Senin (29/8), pusat teknologi dari hampir 18 juta orang melaporkan sembilan kasus bergejala dan dua tanpa gejala dari pengujian hari sebelumnya.
Laporan Kasus Baru
Tes COVID-19 telah menjadi fitur kehidupan sehari-hari di kota, dengan sebagian besar ruang publik dan kantor memerlukan bukti tes dalam waktu 48 jam untuk masuk, atau dalam waktu 24 jam di area yang dianggap berisiko tinggi.
Sementara kota telah menghindari penutupan total sejak penguncian selama seminggu pada bulan Maret, penghuni kompleks individu telah menjalani karantina selama seminggu ketika kasus positif telah terdeteksi.
Pada Senin pagi, kelurahan Wanxia, ​​yang menyediakan akomodasi murah untuk ribuan pekerja berupah rendah seperti sopir pengiriman dan buruh, ditutup sebagai tindakan pencegahan COVID-19, meskipun tidak ada kasus positif yang dilaporkan di sana.
China melaporkan 1.696 infeksi COVID-19 baru pada 28 Agustus, di mana 352 di antaranya bergejala dan 1.344 tidak menunjukkan gejala, Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pada hari Senin.Â
Advertisement
Universitas di China Tunda Semester Baru Akibat COVID-19
Sementara itu, institusi pendidikan tinggi China memilih waspada ancaman COVID-19. Ada lebih dari 20 universitas yang akhirnya memilih menunda semester baru.
Lokasi universitas itu termasuk di ibu kota Beijing hingga di Pulau Hainan.
Penundaan semester itu diumumkan setelah Kementerian Pendidikan mengajak universitas di seantero negeri untuk melaksanakan pencegahan epidemi secara ilmiah dan tepat. Kementerian juga meminta agar proses kembalinya murid diatur dengan hati-hati.
Ada empat universitas di Provinsi Shaanxi yang memilih menunda pendaftaran bagi mahasiswa baru. Provinsi tersebut memang sedang melawan varian Omicron BA.2.76 dan BA.5.13 yang belakangan ini melonjak.
Ancaman COVID-19
Pakar menilai travel musim panas dan tahun ajaran baru memberikan risiko lebih besar bagi pihak provinsi untuk mencegah epidemi.
Provinsi Hainan juga sedang mengalami lonjakan kasus, bahkan dibayangi isu lockdown. Hainan Normal University, Hainan University, Hainan Medical University, dan Hainan Vocational University of Science and Technology memutuskan agar menunda registrasi atau tanggal datangnya para murid.
Tak hanya kampus, destinasi turis populer seperti Sanya dan Haikou juga sedang menjalani "manajemen statis" karena ada penularan di Sanya dan menyebar di kota-kota lain di provinsi.
Di ibu kota China, Peking University akan menyambut para mahasiswa pada 28 dan 29 Agustus. Tsinghua University telah menyambut 3.700 mahasiswa baru pada 17 Agustus lalu. Beijing Institute of Technology, Beijing Normal University, dan Central Academy of Fine Arts memilih registrasi online atau menunda semester baru hingga September.
Advertisement