Liputan6.com, Delaware - Ibu Negara AS Jill Biden telah dinyatakan negatif COVID-19 dan akan kembali ke daerah Washington, D.C, pada hari Selasa, direktur komunikasi Elizabeth Alexander mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Dilansir CNN, Selasa (30/8/2022), Jill Biden telah dinyatakan positif untuk kasus rebound pekan lalu setelah pertama kali dites positif pada 15 Agustus saat berlibur di Pulau Kiawah, Carolina Selatan.
Baca Juga
Ibu negara memiliki "gejala seperti pilek" untuk pertama kalinya, menurut Alexander, dan diberi siklus obat antivirus Paxlovid, yang dapat memicu kasus rebound COVID-19 pada beberapa orang beberapa hari setelah dinyatakan negatif.
Advertisement
Sementara itu, Presiden Joe Biden dites negatif pekan lalu setelah dianggap sebagai kontak dekat dengan ibu negara, kata seorang pejabat Gedung Putih kepada CNN.
Presiden AS itu juga telah mengonsumsi obat Paxlovid ketika dia menderita COVID-19 bulan lalu, dan dia akhirnya dinyatakan positif untuk kasus rebound, setelah hasil negatif sebelumnya.
Saat mengasingkan diri di Carolina Selatan selama diagnosis pertamanya, ibu negara mengerjakan perencanaan kursus musim gugur yang akan datang untuk pekerjaannya sebagai profesor bahasa Inggris di Northern Virginia Community College.
Jill Biden isolasi mandiri di rumah pantai keluarga di Delaware, hingga negatif Virus Corona COVID-19 sebelum kasus rebound.
Positif Kedua Kalinya
Jill Biden mengalami rebound COVID-19, kondisi yang mirip seperti suaminya, Joe Biden. Jill sempat negatif COVID-19 tapi pada Rabu, 24 Agustus 2022 kembali positif COVID-19. Hal ini membuat Jill harus kembali menjalani isolasi.
"Ibu Negara tidak bergejala dan tetap akan berada di Delaware untuk menjalani masa isolasi," kata Wakil Direktur Komunikasi Jill Biden, Kelsey Donohue mengutip New York Times.
Unit Medis The White House juga sudah melakukan contact tracing dan kontak dekat Jill Biden. Sehingga mereka bisa menjalani tes COVID-19.
Salah satu kontak dekat Jill Biden adalah Joe Biden. Namun, hasil tes COVID-19 untuk Joe negatif. Meski begitu ia harus tetap memakai masker selama 10 hari ke depan baik di dalam dan luar ruangan.
Advertisement
Apa Itu Rebound COVID-19?
Kondisi ini digambarkan sebagai langka, tetapi beberapa ahli medis mengatakan mereka mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), rebound COVID-19 ditandai dengan kambuhnya gejala atau hasil tes virus positif baru setelah dites negatif.
"Fenomena rebound COVID-19 adalah hal yang pernah kita dengar sebelumnya," kata pakar penyakit menular dari McGill University Health Centre, Donald Vin mengutip Global News.
Banyak yang mengganggap kasus rebound terkait dengan antivirus yang dikonsumsi. Nyatanya, ada banyak rebound COVID-19 pada mereka yang tidak diobati dengan antivirus seperti disampaikan Vinh.
Peningkatan Laporan Rebound COVID-19
Ada peningkatan laporan efek rebound pada orang yang dirawat dengan Paxlovid, termasuk Presiden Biden. Biden menyelesaikan terapi lima hari Paxlovid dan dites negatif terhadap virus. Tiga hari kemudian, dia kembali dinyatakan positif.
Mengapa dan bagaimana rebound terjadi masih belum diketahui secara pasti. Apa yang telah diketahui adalah Paxlovid menghentikan virus dalam tubuh seseorang agar tidak bereplikasi.
Itu tidak membunuh virus yang sudah ada di sana. Untuk itu, setiap orang tetap membutuhkan sistem imun tubuh.
Menurut kepala peneliti virologi dan penyakit infeksi Griffith University, Lara Herrero, ada kemungkinan terapi lima hari tidak cukup lama untuk menekan replikasi virus untuk memungkinkan sistem kekebalan menyerang dan membunuh virus.
“Atau mungkin waktu kapan pengobatan dimulai mempengaruhi bagaimana sistem kekebalan bekerja,” kata Lara mengutip Channel News Asia.
Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan timbulnya rebound setelah terapi Paxlovid adalah obat tidak diminum sesuai resep. Sementara, penelitian penyebab rebound Paxlovid sedang berlangsung.
Advertisement