Liputan6.com, Brasilia - Setelah dengan sengaja mengisolasi diri selama 26 tahun, orang terakhir yang tersisa dari kelompok adat di Brasil ditemukan tewas. Pria itu diperkirakan tewas karena sebab alami pada usia sekitar 60 tahun.
Pria itu tidak diketahui nama dan umur pastinya, ia hanya dikenal dengan sebutan ‘Man of the Hole’ karena kerap menggali lubang yang dalam untuk bertahan hidup.
Baca Juga
Menurut National Indian Foundation, ia merupakan satu-satunya penghuni yang tersisa di Wilayah Adat Tanaru, negara bagian Rodonia yang terletak di bagian barat Amazon.
Advertisement
“Wilayah Tanaru merupakan sebuah pulau kecil yang seperti hutan, berdiri di sekeliling peternakan sapi yang luas, di salah satu daerah yang paling kejam di Brasil,” kata salah satu perwakilan Fanai.
‘Man of the Hole’ bertahan hidup selama 26 tahun di gubuknya yang ia bangun sendiri karena mayoritas sukunya diyakini telah terbunuh pada awal tahun 1970-an.
Dikutip dari BBC News, Selasa (30/8/22), Badan Urusan Adat Brasil (Funai) baru menyadari kelangsungan hidupnya pada tahun 1996, dan telah memantau daerah itu sejak saat itu untuk keselamatannya sendiri.
Funai juga baru menyadari keberadaannya pada tahun 1996, dan telah memantau daerah itu sejak saat itu. Karena pria itu menghindari kontak dengan orang luar, tidak diketahui bahasa apa yang digunakan atau dari kelompok etnis mana dia berasal.
Funai melakukan patrol rutin dari jauh demi keamanan Man of the Hole, agar ia tidak terbunuh.
Sejak orang asal sukunya terbunuh, ia tidak terlihat lagi kecuali pada tahun 2018, saat Funai sedang patroli dan tak sengaja melihatnya lalu mendokumentasikannya ternyata sedang menebang pohon di wilayahnya menggunakan sebuah alat yang disinyalir mirip dengan kapak.
Tersisa Sendirian Selama Puluhan Tahun karena Genosida
Mayoritas suku di Tanaru diyakini telah dibunuh pada awal tahun 1970-an oleh para peternak yang ingin memperluas tanah mereka.
Pada tahun 1995, enam anggota asal sukunya yang tersiswa tewas dalam serangan oleh penambang illegal dan menjadikannya satu-satunya yang selamat.
Sejak adanya serangan terhadap sukunya yang dimulai pada tahun 1970, Man of the Hole menolak untuk melakukan kontak dengan orang luar.
“Dia mengalami kekerasan yang mengerikan di mana semua orang yang ada di dekatnya terbunuh,” cuit Survival International.
“Sekarang dia sudah mati, dan genosida yang datang kepada sukunya telah selesai.”
Suku adat Tanaru berlokasi di wilayah yang paling kejam di Brazil.
“Tidak ada orang luar yang tahu siapa nama pria yang tewas ini atau bahkan tentang dukunya,” kata Fiona Watson, direktur penelitian dan advokasi, di Survival International.
“Ini merupakan genoside—pemusnahan suku adat yang disengaja oleh para peternak yang haus akan tanah dan kekayaan.”
Ia juga menambahkan, pria Pribumi sebagai lambang dari kekerasan dan kekejaman yang dirasakan oleh masyarakat adat, atas nama kolonisasi dan keuntungan.
“Kita hanya bisa membayangkan kengerian apa yang dia saksikan dalam hidupnya dan seberapa kesepiannya dia setelah rekan-rekan sesama suku lainnya ikut terbunuh, tetapi ia tetap menolak semua upaya kontak dengannya, dan menjelaskan bahwa ia hanya ingin dibiarkan sendiri,” tambahnya.
Advertisement
Temuan 50 Lubang Menjadikannya 'Man of the Hole'
Setelah lama mengisolasi diri, Man of the Hole hanya terlihat sedang menebang pohon pada 2018 dan sejak saat, ia tidak terlihat lagi. Tetapi, Funai dapat menemukan gubuk jeraminya dan lubang dalam yang ia gali.
Terdapat paku yang tajam di bagian bawah lubang yang ia gali, yang diklaim sebagai jebakan untuk hewan yang ia buru.
Algayer, agen Funai yang menemukan jasadnya, mengatakan bahwa semua gubuk yang dibangun oleh pria itu selama bertahun-tahun dengan jumlah lebih dari 50 gubuk yang semuanya terdapat lubang sedalam 3 meter.
Algayer berpikir bahwa mungkin saja lubang itu memiliki makna spiritual tersendiri, sementara ada juga yang berspekulasi bahwa lubang itu digunakannya sebagai tempat persembunyian dari keramaian karena ia hanya tinggal sendirian.
Bukti lain yang ditemukan di tempat itu juga mennjukkan bahwa ia menanam jagung dan ubi kayu lalu mengumpulkan madu serta buah-buahan seperti papaya dan pisang untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Hak Setiap Masyarakat Adat di Bawah Konstitusi
Setelah kematian Man of the Hole atau manusia lubang atau pria lubang, sebuah organisasi advokasi hak-hak Pribumi Brasil, Funai, menyerukan agar tanah Pribumi di wilayah itu ditutup. Setidaknya hingga para ahli dapat melakukan studi arkeologi dan antropologis di daerah tersebut.
Mereka juga meminta agar daerah adat tersebut dilestarikan sebagai bentuk pengingatan bahwa banyak dari masyarakat adat yang pernah terbunuh di sana —dan agar tidak terjadi lagi.
Tewasnya Man of the Hole, membuat kelompok adat menyerukan agar cagar alam Tanaru diberikan perlindungan yang permanen.
Ada sekitar 240 suku asli di Brasil dan sebagian diantaranya terancam oleh adanya penambangan ilegal, penebangan, serta pertanian yang melanggar batas wilayah mereka, kata Survival International, sebuah kelompok penekan yang memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.
Seperti yang ditemukan Funai, pada tahun 2009, salah satu pos patroli Funai di sekitar wilayah adat rusak dan ada peluru yang tertinggal di dalamnya. Funai menganggap hal tersebut sebagai ancaman khususnya bagi Man of the Hole.
Dalam hal tersebut, sebenarnya konstitusi Brasil, telah mengatur bahwa masyarakat adat memiliki hak atas tanah tradisional mereka, dan akses ke tanah yang ia huni, yang dikenal dengan Wilayah Adat Tanaru. Wilayah Adat itu juga telah dibatasi aksesnya sejak tahun 1998.
Advertisement