Liputan6.com, Taipei - Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan pada Minggu (28/8) mengumumkan bahwa tentaranya akan menembak jatuh pesawat tak berawak (drone) China yang gagal mengindahkan peringatan yang telah mereka berikan.
Pernyataan ini keluar setelah ada banyak rekaman yang muncul dan drone (UAV) China membahayakan fasilitas militer Taiwan, seperti dikutip dari laman Taiwannews.tw, Selasa (30/8/2022).
Rekaman foto dan video telah muncul dalam beberapa hari terakhir di media sosial China Weibo yang menunjukkan drone China melanggar aturan wilayah udara Taiwan.
Advertisement
Baca Juga
Dalam insiden terbaru pada Sabtu (27/8), sebuah pesawat tak berawak China menangkap rekaman tentara Taiwan yang ditempatkan di pos pengawasan di Kotapraja Lieyu Kabupaten Kinmen.
Pada Minggu (28/8), Komando Pertahanan Kinmen menyatakan bahwa sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP), pasukan menembakkan suar peringatan ke drone dan mempertahankan pengawasan dan kewaspadaan yang tinggi.
Kemudian bersumpah bahwa ketika intrusi drone di masa depan terjadi, Angkatan Darat akan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk "mengusir" drone, seperti membunyikan peluit, menyiarkan peringatan radio, dan menembakkan suar sinyal, tetapi jika UAV gagal untuk pergi, maka akan ditembak jatuh.
Pada 24 Agustus 2022, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan bahwa untuk meningkatkan keamanan pangkalan dan penerbangan serta kemampuan pertahanan masa perang, sistem pertahanan anti-drone yang dikendalikan dari jarak jauh akan dibangun di 45 fasilitas di seluruh Taiwan dari tahun 2022 hingga 2026.
Alokasi Dana Militer
Menurut Liberty Times, lebih dari US$ 141 juta telah dialokasikan untuk sistem pertahanan drone selama periode ini.
Pada tahun 2023, MND akan memperoleh lima set sistem pertahanan drone dan 232 senjata jenis jammer gun, dengan prioritas fasilitas militer di pulau-pulau terluar. Seorang pejabat yang dikutip oleh surat kabar lokal mengatakan bahwa sebelum penerapan sistem pertahanan drone, tinjauan akan dilakukan pada sumber daya militer yang ada untuk menyusun rencana darurat.
MND juga merilis sebuah foto di halaman Facebook-nya yang menyatakan, untuk mempertahankan keamanan nasional, pihaknya akan mengambil "tindakan balasan yang tepat." Mengacu pada drone dan pesawat lain yang menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional dan keselamatan penerbangan, Angkatan Bersenjata akan "mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, termasuk mengusir mereka."
Menurut KDC, telah terjadi 23 penyusupan oleh pesawat tak berawak China di Kabupaten Kinmen sejak Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan pada awal Agustus 2022.
Advertisement
2 Kapal Perang AS ke Perairan Taiwan, China Kian Terprovokasi?
Dua kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat terlihat memasuki Selat Taiwan, dan ini merupakan kedatangan Angkatan Laut AS pertama di Taiwan setelah ketegangan China-AS meningkat akhir-akhir ini -- yang disebabkan oleh kunjungan ketua DPR, Nancy Pelosi ke Taiwan.
Dikutip dari CNN World, Senin (29/8/22), dua kapal perang berpeluru milik Angkatan Laut AS itu terlihat melakukan pelayaran di Perairan Taiwan pada Hari Minggu, 28 Agustus 2022.
"Melalui perairan Internasional, kebebasan navigasi dan penerbangan di laut lepas berlaku sesuai dengan Hukum Internasional," kata Armada ke-7 AS, di Jepang, dalam sebuah pertanyaan. Mereka juga mengatakan bahwa kedua kapal berpeluru itu sedang melakukan 'transit rutin' di Selat Taiwan.
Dalam pelayarannya yang dilakukan pada 29 Agustus 2022, Armada ke-7 AS juga menambahkan bahwa pelayaran yang sedang berlangsung itu tidak ada campur tangan dari pasukan militer asing lainnya.
Memang Angkatan Laut AS dan Angkatan Laut sekuru seperti Inggris dan Kanada, dalam beberapa tahun terakhir memang secara rutin berlayar melalui perairan-perairan yang ada di ASIA, dan khususnya melalui selat Taiwan, yang memicu kemarahan Beijing.
Merespon hal tersebut, The Chinese military’s Eastern Theater Command mengatakan bahwa mereka saat ini hanya sedang memantau kedua kapal itu, mempersiapkan diri dan meningkatkan kewaspadaan serta “siap untuk menggagalkan segala provokasi,” yang mungkin terjadi.
Pelayaran Rutin AS
Washington mengatakan bahwa kedatangan dua kapal berpeluru ke selat Taiwan itu hanya menunjukkan kebebasan navigasi melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional.
“Kapal-kapal ini berlayar melalui koridor yang berara di luar territorial negara manapun. Kedatangan kapal-kapal tersebut yang melintasi dan transit di Selat Taiwan menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer Amerika Serikat akan terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkannya,” kata salah satu perwakilan Armada ke-7 AS, John Kirby, kepada CNN.
Kirby juga mencatat bahwa pelayaran dan transitnya dua kapal perang itu sangat konsisten dengan ‘One China Policy’.
“Transitnya dua kapal tersebut sangat konsisten dengan ‘One China Policy’, dan sangat konsisten dengan keinginan kami untuk memastikan bahwa kami dapat terus bekerjasama menuju Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” tambah Kirby.
“Ini sudah direncanakan juga sejak lama,” tambah Kirby lagi.
Angkatan Laut AS juga mengatakan bahwa, bagaimanapun, sebagian besar Selat Taiwan itu berada di perairan internasional.
Angkatan Laut AS juga menganggap hal tersebut sebagai operasi kebebasan navigasi dengan mengutip hukum internasional yang mendefinisikan bahwa perairan territorial yang merupakan perpanjangan 12 mil laut dari garis pantai suaru negara dan secara teratur mengirim kapal perangnya melalui perairan itu.
Pejabat AS lainnya seperti Kurt Campbell, Koordinator Presiden AS untuk Indo-Pasifik, juga mengatakan bahwa Washington tidak akan mengubah cara militernya beroprasi di wilayah tersebut karena sudah sesuai dengan Hukum Internasional yang ada.
Advertisement