Liputan6.com, London - Hari ini 356 tahun yang lalu, atau tepatnya 2 September 1666, kebakaran besar terjadi di London, yang dikenal dengan The Great Fire of London. Kebakaran tersebut membuat sebagian pusat kota menjadi puing-puing.
Dalam sejarah, London memang sempat terbakar beberapa kali, terutama pada tahun 1212. Akan tetapi, kondisi yang terjadi pada September 1666 ibarat sudah seperti neraka.
Baca Juga
Kota berpenduduk 500 ribu jiwa ini seperti cerobong asap, terlebih bangunan diantaranya dibuat dari struktur kayu yang mudah terbakar. Kandang-kandang berisi jerami, serta Gudang di bawah tanah yang penuh dengan bahan yang mudah terbakar seperti minyak lampu dan batu bara membuat kebakaran ini semakin parah. Hal yang lebih buruk lagi ialah, selama berbulan-bulan London sedang kekurangan air dan membuat sebagian besar bangunan kayu kering.
Advertisement
Dikutip dari History.com, percikan api muncul pada Minggu, 2 September 1666, dari sebuah toko roti Pudding Lane milik Thomas Farriner.
Sebelum tidur, malam itu Farriner telah memeriksa toko rotinya dan memasukan arang bekas ke dalam ovennya yang masih hangat, setelah seharian membuat biskuit untuk Angkatan Laut. Farriner juga saat itu bersumpah bahwa oven telah padam ketika ia beranjak ke lantai atas apartemennya. Tetapi, sepertinya bara belum padam dan menyebabkan percikan api.
Sekitar pukul 01.00 dini hari, Farriner terbangun dan menemukan rumahnya terbakar. Untungnya, pegawainya dan putrinya selamat karena berhasil keluar dari kobaran api melalui jendela lantai atas dan merangkak melalui selokan. Namun, pelayannya ditemukan melarikan diri, sedangkan pelayan yang lain tewas dalam kobaran api.
Kobaran Api yang Melahap Hampir Seluruh Kota London
Pada saat Farriner bergabung dengan kerumunan di depan Pudding Lane, api telah menghanguskan sebagian besar rumahnya. Beberapa tetangga juga kemudian dengan sigap menyiramkan air menggunakan ember ke kobaran api. Tapi, tak sedikit juga warga yang malah berlari ke rumahnya untuk mengamankan barang-barang berharga mereka.
Kobaran api juga makin hebat dipicu oleh angin timur yang kuat. Api yang berasal dari toko roti akhirnya menyebar ke bangunan lain di Fish Street, dan sebuah hotel Bernama Star Inn juga ikut ludes terbakar karenanya.
Api juga menjangkau Gudang pasokan kapal dan membuat barel tar meledak, serta setengah bangunan dan kincir air di jembatan London juga hangus terbakar.
Api juga bergerak ke bagian selatan menuju Sungai Thames dan melahap seluruh bangunan yang dilewatinya hingga habis tak tersisa.
Saat matahari terbut, kobaran api juga menuju tepi laut Thames.
Gereja St.Magnus juga hangus dalam asap—salah satu dari 84 gereja yang hangus dalam kebakaran—begitu pula Gudang di tepi sungai.
Samuel Pepys, seorang pegawai negeri sipil dan penulis buku harian, menulis tentang warga London yang panik. Dikatakan bahwa mereka tinggal di rumah mereka hingga api menyentuh rumahnya, lalu pergi ke perahu atau memanjat naik melalui sepasang anak tangga di tepi sungai, warga lain juga membuang barang-barangnya ke Sungai Thames dengan tujuan menyelamatkan mereka.
Seiring waktu, angin makin kencang dan kobaran api beralih hingga ke barat kota London.
Pepus menggambarkan kebakaran itu sebagai “kobaran api berdarah yang paling mengerikan”, yang membentang lebih dari satu mil.
“melihat itu, membuat saya menangis,” tulisnya.
Advertisement
Rumor Penyebab Kobaran Api
Hari itu, 3 September, api berkobar semakin mengerikan di London.
Khawatir bahwa seluruh kota akan terbakar, Raja Charles II menempatkan James 11, Duke of York, untuk bertanggungjawab dalam upaya pemadaman kebakaran.
Duke mengorganisis peemadam kebakaran yang menggunakan rantai berat dan tali untuk merobohkan rumah dan membuat sekat bakar untuk menghentikan laju api. Tetapi, kobaran api bergerak begitu cepat sehingga berulang kali menyambar pria yang bekerja.
Api berlanjut hingga 5 September 1666, lalu rumor menyebar dan menyebut bahwa Inggris terlibat dalam perang Inggris-Belanda kedua, dan warga London yang panik mulai berspekulasi bahwa kobaran api adalah pembakaran yang disengaja yang dilakukan oleh musuh atau teroris Katolik.
Massa bersenjata dari London turun ke jalan dan menerkam setiap orang disana dengan aksen asingnya. Seorang warga Prancis juga akhirnya mengancurkan rumahnya setelah ia yakin bahwa rumahnya akan dibakar oleh warga. Di tempat lain, seorang pria diserang ketika massa bersenjata mengira kotak bola tennis yang dibawanya adalah ‘bola api’ yang mudah terbakar.
Saat api berkobar, banyak orang yang berlindung di Katedral St. Paul, sebuah gereja abad pertengahan yang memiliki puncak Menara setinggi 500 kaki. Diperkirakan bahwa bangunan batu St. Paul dan alun-alun yang luas akan melindungi dari api, tetapi sekitar jam 8 malam, api melahapnya dan membuat warga melarikan diri.
Menurut penulis John Evelyn, kobaran api melelehkan atap utama gereja yang terbuat dari logam.
Api padam pada tanggal 5 September sore hari, dan sebagian lainnya padam pada keesokan harinya. Kebakaran ini menghanguskan lebih dari empat per lima London.
Korban Jiwa dan Gereja yang Tersisa
Warga mengatakan, kebakaran ini telah menghancurkan 13.200 bangunan dan menyebabkan sekitar 100.000 jiwa kehilangan tempat tinggalnya. Lebih dari 400 hektar kota telah terbakar, meninggalkan gurun batu yang hangus dan balok kayu yang membara.
Dibandingkan dengan skala kehancuran, jumlah korban tewas karena kebakaran ini diperkirakan masih kecil. Laporan resmi menyebutkan bahwa sedikitnya empat orang yang tewas, tapi peneliti modern percaya jumlah tersebut tidak termasuk mereka yang luka-luka karena api.
“Jumlah kematian sebenarnya dari kejadian itu bukanlah empat atau enam atau delapan,” kata penilis Neil Hanson.
“itu beberapa ratus dan sangat mungkin beberapa ribu kali lipat dari jumlah itu,” tambahnya.
Sementara penyelidikan parlemen kemudian menyalahkan api.
Seperti yang telah terjadi beberapa kali sebelumnya, London dibangun kembali setelah kebakaran besar menimpa. Arsitek memanfaatkan kesempatan itu dan mempresentasikan skema bangunan yang cukup ‘ambisium’, beberapa diantaranya menyerukan jalan raya dan piazza yang meniru kota-kota besar di Prancis dan Italia. Namun, pada akhirnya, London yang baru tampak hampir sama dengan yang lama, meskipun dengan Lorong-lorong yang lebih lebar dan struktur bata yang lebih banyak. Sejauh ini, proyek konstruksi terbesar adalah untuk Katedral St. Paul karya arsitek Christopher Wren, yang selesai pada 1711, 45 tahun setelah yang asli terbakar.
Advertisement