Sukses

KTT T20 di Presidensi G20 Indonesia Jadi Wadah Diskusi Para Analis

T20 merupakan wadah para analis dan ahli untuk menemukan solusi yang juga akan direkomendasikan di KTT puncak G20.

Liputan6.com, Bali - Indonesia saat ini tengah memegang presidensi G20, hingga pertemuan puncaknya pada November 2022 mendatang.

Seiring dengan berjalannya presidensi G20, T20 hadir sebagai salah satu engagement groups yang menjadi wadah para ahli dan analis untuk berdiskusi dalam merekomendasikan solusi yang akan dimanfaatkan dalam pertemuan puncak atau Leaders Summit mendatang.

T20 Indonesia hadir sebagai salah satu kelompok keterlibatan G20 yang berkumpul pada saat banyaknya konflik dunia dan guncangan yang membingungkan, memperumit lanskap kebijakan evolusioner.

KTT T20 diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 4-6 September 2022.

KTT T20 2022 akan mengumpulkan para think tank atau pemikir, pembuat kebijakan, dan pakar terkemuka dunia untuk membahas rekomendasi kebijakan berbasis penelitian terbaru dan hal-hal penting global.

Langkah itu setelah bekerja dengan lebih dari 600 penulis dalam ringkasan kebijakan seputar tiga tema utama tahun ini, yang bertujuan untuk memberikan opsi kebijakan yang dapat diadopsi oleh para pemimpin G20 tentang: arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.

KTT ini juga akan berfungsi sebagai platform interaktif bagi rekan-rekan untuk memajukan dan berbagi ide dalam membangun dunia yang lebih sejahtera, berkelanjutan, dan inklusif.

2 dari 5 halaman

Apa Saja yang Akan Dibahas?

Hari Pertama

Sesi 1: Bridging Diverse Interests for Greater Global Cooperation

Sesi ini akan membahas bagaimana G20 bisa menjadi representasi ekonomi utama dunia, diharapkan dapat menjadi jembatan bagi berbagai kepentingan. G20 diharapkan dapat mempertemukan dan mencapai kerjasama yang lebih besar bagi negara-negara anggota dan di luar G20. Sidang Pleno ini akan membahas lebih lanjut bagaimana G20 dapat menjembatani kepentingan dan tantangan dari aspek geopolitik, sosial ekonomi, dan lingkungan.

Sementara kebijakan multilateral di bidang perdagangan, keuangan, dan keamanan, serta beberapa isu lain yang diusung lembaga internasional pasca perang dunia kedua, menemukan tantangan baru saat ini. Berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi setiap negara mendorong tatanan ekonomi dan politik dunia semakin akomodatif. Ini juga mencakup isu-isu jangka panjang, seperti perubahan iklim, perubahan struktur industri, energi terbarukan, dan kasus penyesuaian tenaga kerja (sosial ekonomi). 

Selain itu, agenda pemulihan pascapandemi COVID-19 juga mempengaruhi bagaimana negara dan tatanan multilateral membaik pascakrisis. Berbagai penyesuaian dilakukan oleh negara-negara yang menghadapi dampak signifikan akibat pandemi, misalnya dengan fokus pada kesiapan sektor kesehatan, ketahanan pangan, dan jaminan sosial.

Para panelis dalam sesi ini, di antaranya Former Minister of Finance, Republic of Indonesia, Lead Co-chairs of TF7 Chatib Basri, Chief Economist of Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) Fukunari Kimura, Director at the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Policy Support Unit Denis Hew, Emeritus Professor of Economics at the Australian National University (ANU) Peter Drysdale, dan Chief Economist for Asia Pacific at Natixis and Adjunct Professor at HKUST Business School Alicia García-Herrero.

3 dari 5 halaman

Sesi 2: Smoothing Green and Just Energy Transition

Sesi ini akan membahas pentingnya transisi energi di tengah pasokan energi konvensional yang sangat terbatas. Transisi energi juga dinilai sangat penting guna memastikan keberlanjutan energi jangka panjang; agar bumi tetap hidup dan berjalan. Dengan sedikitnya sumber energi konvensional yang kita miliki, waktu terbaik untuk memulai upaya kita dalam transisi energi adalah tepat pada detik ini.

Namun, transisi energi tidak dapat dilakukan oleh satu negara saja; perlu ada kerjasama global untuk memastikan prosesnya berjalan lancar. Selain kerjasama global, dana yang besar juga diperlukan untuk kelancaran transisi, serta dukungan pemerintah dan kelembagaan. Di sinilah G20 memainkan peran penting untuk memastikan kemudahan transisi hijau dan energi.

Dalam sesi ini, diharapkan dapat memberikan berbagai wawasan tentang upaya yang dapat dilakukan oleh publik atau swasta untuk memastikan transisi hijau dan energi dapat berjalan dengan lancar dan bagaimana G20 dapat berkontribusi dalam proses tersebut.

Para panelis dalam sesi ini, antara lain Director of the German Development Institute (DIE) Anna-Katharina Hornidge, Director of the Centre for Climate Economics and Policy at Australian National University (ANU) Frank Jotzo, Vice-President Asia Regional Office, The Rockefeller Foundation Deepali Khanna, Deputy Director/Global Sector Lead for Renewable Energy, Global Green Growth Institute (GGGI) Nishant Bhardwaj.

Selain itu, ada juga Vice-President for Private Sector Operations and Public-Private Partnerships of the Asian Development Bank (ADB) Ashok Lavasa yang akan memberikan keynote address dan Chair Energy Transition Working Group (ETWG) Yudo Dwinanda Priaadi yang memberikan special address.

4 dari 5 halaman

Hari Kedua

Sesi 3: Rethinking Social Well-being in Digital Society

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia direncanakan akan membuka sesi ini.

Sesi ini akan membahas soal tingkat kesejahteraan sosial di era digital.

Sementara sebelumnya sistem ekonomi telah dirancang untuk fokus pada efisiensi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, hari ini, dunia telah lebih memperhatikan mempromosikan kesejahteraan manusia dan keberlanjutan planet kita. Sementara teknologi digital membuat hidup lebih mudah, itu menciptakan kesenjangan digital dalam infrastruktur, kurangnya literasi digital, dan peningkatan keterampilan besar-besaran untuk mengejar transformasi digital.

Kebutuhan negara-negara G20 untuk memperbarui sistem kesejahteraan sosial domestik mereka dan menyelaraskan kembali teknologi digital mereka dan melakukan pendekatan tingkat mikro tentang bagaimana hak-hak sosial dan kebijakan kesejahteraan dapat dipikirkan kembali di era masyarakat digital dan diimplementasikan ke dalam arsitektur dunia maya saat ini. 

Para panelis yang hadir dalam sesi ini, yaitu President Global Solutions Initiative Foundation Dennis Snower, Vice-President for Asia at UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN) Wing Thye Woo, dan Senior Research Fellow SMERU Institute, Lead Co-chairs of TF5 Asep Suryahadi.

5 dari 5 halaman

Sesi 4: From T20 to the World

Sesi ini akan menyoroti rekomendasi T20 Indonesia yang terangkum dalam komunike T20. Misalnya, dalam hal Arsitektur Kesehatan Global, G20 perlu berinvestasi dalam kesehatan global dan sistem peringatan dini serta menggunakan kembali lembaga keuangan dalam membiayai barang publik global untuk memajukan SDGs. 

Selain itu, G20 harus mempromosikan smartization dan digitalisasi yang bermakna di masyarakat dan pemerintah melalui kolaborasi untuk mencapai SDGs. 

Terakhir, T20 Indonesia juga akan memberikan rencana aksi terkait isu-isu yang sedang memanas seperti mengelola risiko geopolitik akibat meningkatnya persaingan strategis dan mengatasi ketimpangan multifaset melalui multilateralisme yang lebih tegas. 

Para panelis yang hadir dalam sesi ini, yakni Lead Co-Chairs of T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro, Director General at the Research and Information System for Developing Countries (RIS) Sachin Chaturvedi, Executive Vice President of the Italian Institute for International Political Studies (ISPI) Paolo Magri, dan Dean and CEO of the Asian Development Bank Institute (ADBI) Tetsushi Sonobe.

Â