Sukses

87 Ribu Warga Jalur Gaza Butuh Bantuan Psikologis

Dokter dari lembaga PBB menyorot perlunya bantuan psikologis bagi warga Jalur Gaza.

Liputan6.com, Jalur Gaza - Lembaga kesehatan PBB menyorot kondisi psikologis para warga di Jalur Gaza, Palestina. Bantuan psikologis sangat dibutuhkan warga setempat.

Diperkirakan lebih dari 87 ribu kasus butuh bantuan program kesehatan mental dan psikologis di Jalur Gaza.

Hal tersebut diungkap oleh Dr. Youseh Shahin dari UN Relief and Works Agency for Palestinian Refugees in the Near East (UNRWA).

"Kita sekarang bekerja pada proses survei kasus-kasus, dan jika ditemukan bahwa dukungan psikologis dibutuhkan, dokumen akan dibuka, ditindaklanjuti, dan pengobatan disediakan. Gejala-gejala umum termasuk depresi dan epilepsi, dan ada beberapa kasus terkait penyakit fisik kronis yang berasal dari aspek psikologis," ujar Dr. Shahin, dilansir UN News, Senin (5/9/2022).

Sementara, Dr. Sami Owaida dari Gaza Mental Health Program menyebut tantangan psikologis yang dihadapi warga Jalur Gaza adalah karena pendudukan dan blokade Jalur Gaza yang telah berlangsung selama 15 tahun. Dampak ekonominya pun sangat terasa.

"Lebih dari 65 persen populasi Gaza hidup di bawah garis kemiskinan dan lebih dari 60 persen pengangguran," ujar Dr. Sami Owaida.

Masalah Ekonomi

Ada lebih dari 2 juta orang yang hidup di Jalur Gaza. Rumah sakit kesehatan mental hanya ada satu dengan kapasitas 50 kasur saja.

Ketua Program Kesehatan UNRWA, Dr. Ghada Al Jadba, menjelaskan bahwa kondisi ekonomi berdampak negatif kepada psikologis warga di Jalur Gaza. Konflik Israel-Palestina pada 2021 menjadi sorotan yang ikut memicu masalah psikologis.

"Keadaan frustasi dan memburuknya kondisi psikologis sebagai hasil dari memburuknya kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik," ujarnya.

"Konflik pada Mei 2021 membawa syok psikologis, ditambah dengan terputusnya listrik dan air, tingkat kemiskinan yang tinggi, dan pengangguran. Semua faktor-faktor itu yang memperburuk situasi kesehatan dan psikologis yang sudah parah bagi waga Gaza," ucapnya.

2 dari 4 halaman

Konflik Agustus 2022

Pada Agustus 2022, kondisi di Gaza juga memenas. PM interim Israel Yair Lapid Jumat (5/8) mengatakan, negaranya memiliki “toleransi nol” terhadap serangan militan dari Gaza, tetapi menambahkan bahwa Israel tidak punya minat untuk masuk ke dalam "perang yang lebih luas".

“Israel tidak akan diam saja ketika ada pihak yang mencoba mencederai warga sipil kami,” demikian katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi dari Tel Aviv, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (7/8).

Israel telah melakukan gelombang serangan udara ke Gaza hari Jumat, menewaskan paling sedikit 10 orang, termasuk tokoh militan senior, dan mencederai puluhan lainnya, demikian menurut pejabat Palestina.

Israel mengatakan pihaknya menyasarkan kelompok militan "Jihad Islamis" sebagai tanggapan atas “ancaman segera” menyusul penangkapan seorang tokoh militan senior lainnya di Tepi Barat sebelumnya minggu ini.

Militan Palestina meluncurkan serangkaian tembakan roket beberapa jam kemudian sementara sirene peringatan serangan udara dibunyikan di Israel tengah dan selatan. Situasi ini semakin mendekatkan kedua belah pihak ke perang terbuka.

Israel dan penguasa Hamas di Gaza telah berperang empat kali dan beberapa pertempuran kecil selama 15 tahun terakhir yang menyebabkan penderitaan besar untuk dua juta warga Palestina.

Kekerasan ini merupakan ujian dini bagi Lapid yang mengambil alih peran sebagai PM karteker menjelang pemilihan November mendatang di mana dia berharap bisa mempertahankan jabatannya.

Lapid berpengalaman dalam diplomasi, dan sebelumnya memegang jabatan sebagai Menlu dalam pemerintahan ini, tetapi pengalamannya dalam menangani isu keamanan masih sangat kurang.

3 dari 4 halaman

Mesir Dalang Gencatan Senjata di Perbatasan Israel-Gaza, Bentrok 3 Hari Berhenti

Konflik Israel vs Gaza kembali memanas. Sejumlah warga sipil dilaporkan meninggal dunia dalam serangan yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza.

Mengutip VOA Indonesia, Senin (8/8), Mesir kemudian berupaya membantu memediasi gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran di Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestinian Islamic Jihad (PIJ) atau Jihad Islam Palestina. 

Gencatan itu sedianya dimulai pada pukul 23.30 waktu setempat.

Seorang pejabat intelijen Mesir mengatakan kepada Associated Press bahwa kedua pihak menyepakati gencatan itu. Ia berbicara dengan syarat agar identitasnya dirahasiakan karena isu gencatan senjata yang sensitif.

Gencatan senjata itu akan mengakhiri pertempuran terburuk di Gaza sejak perang 11 hari antara Israel dan Hamas tahun lalu, menurut berbagai laporan.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 43 orang telah tewas dalam serangan udara Israel, termasuk di antaranya 15 orang anak dan empat orang perempuan. Serangan tersebut juga telah melukai 311 orang.

Sementara Israel mengatakan pihaknya tidak bertanggung jawab atas sedikitnya sembilan dari kematian yang terjadi.

4 dari 4 halaman

Indonesia Kecam Serangan Israel yang Renggut Nyawa Warga Sipil di Jalur Gaza

Serangan Israel di Gaza pada Sabtu 6 Agustus 2022 memakan korban jiwa sedikitnya 15 warga Palestina, termasuk seorang gadis berusia 5 tahun, menurut kementerian kesehatan Palestina di Gaza. 125 lainnya dilaporkan terluka.

Seorang wanita tewas pada Sabtu sore hari ketika sebuah pesawat tempur Israel menabrak sebuah mobil di Beit Hanoun di Gaza utara. 

Jatuhnya warga sipil sebagai korban menuai kritik Indonesia terhadap Israel.

"Indonesia mengutuk keras serangan yang dilakukan Israel di Gaza yang telah mengakibatkan tewasnya masyarakat sipil, termasuk anak – anak," demikian seperti dikutip dari situs Kemlu RI, Minggu 7 Agustus 2022.

Terkait hal itu, Indonesia pun mengajak PBB agar serangan Israel di Jalur Gaza segera dihentikan.

"Indonesia mendorong PBB segera mengambil langkah nyata untuk menghentikan tindakan kekerasan dan agresi tersebut guna menghindari semakin banyaknya korban serta memburuknya situasi."