Liputan6.com, Jakarta Ledakan bom bunuh diri mengguncang luar kedutaan besar Rusia di Kabul, Afghanistan. Sejumlah orang dilaporkan tewas.
Dua pegawai kedutaan Rusia termasuk di antara enam orang yang tewas dalam ledakan bunuh diri di dekat kedutaan Rusia di Kabul pada Senin 5 September 2022.
"Seorang militan tak dikenal meledakkan sebuah alat peledak. Sebagai akibat dari serangan itu, dua pegawai misi diplomatik tewas," ungkap kementerian luar negeri Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Selasa (6/9/20220.
Advertisement
Kementerian luar negeri Rusia menambahkan bahwa "ada juga korban di antara warga Afghanistan" tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Salah satu pegawai kedutaan adalah seorang penjaga asal Afghanistan dan kami masih belum mengetahui kewarganegaraan orang kedua," kata seorang sumber keamanan Afghanistan kepada CNN.
10 orang lainnya terluka dalam ledakan bom itu. Komite Investigasi Rusia mengatakan bahwa dua staf yang tewas adalah sekretaris kedua kedutaan dan seorang penjaga keamanan.
Juru bicara polisi Kabul mengatakan bahwa bahan peledak meledak di kerumunan orang, setelah seorang penyerang diidentifikasi dan ditembak oleh pasukan keamanan Afghanistan di dekat kedutaan Rusia.
"Hari ini (Senin) sekitar pukul 11.00 waktu setempat seorang pengebom bunuh diri yang berencana meledakkan bahan peledaknya di antara kerumunan orang, diidentifikasi dan ditembak oleh pasukan keamanan di dekat kedutaan Rusia di Distrik Polisi 7, Kabul. Akibatnya, bahan peledak miliknya. meledak," kata juru bicara polisi Khalid Zadran di Twitter.
Â
ISIS Klaim Bertanggungjawab
Seorang afiliasi ISIS di Afghanistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.
CNN tidak dapat secara independen memverifikasi keaslian klaim ini.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pasukan Taliban tambahan telah dibawa untuk mengamankan kedutaan di ibu kota Afghanistan.
"Dua rekan kami telah tewas. Serangkaian tindakan segera diambil untuk memperkuat perlindungan perimeter luar," kata Lavrov dalam pertemuan dengan menteri luar negeri Tajikistan di Moskow. "Layanan intelijen dan kontra intelijen Afghanistan terlibat," tambahnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan serangan itu sebagai "tidak dapat diterima."
"Ini adalah serangan teroris, mereka benar-benar tidak dapat diterima. Kami mengutuk keras tindakan teroris semacam itu. Tentu saja, sekarang yang utama adalah mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi pada diplomat kami. Sejauh yang saya mengerti, informasi itu akan diperbarui," Peskov mengatakan pada briefing Senin.
Advertisement
Pengeboman Pertama Misi Asing di Bawah Pemerintahan Taliban
Menurut laporan AP, sebuah bom bunuh diri di luar kedutaan besar Rusia di ibu kota Afghanistan Kabul pada hari Senin menewaskan dua anggota staf kedutaan dan setidaknya satu warga sipil Afghanistan, dalam serangan langka pada misi diplomatik asing di Afghanistan.
Ledakan terjadi di pintu masuk bagian konsuler kedutaan, di mana warga Afghanistan sedang menunggu berita tentang visa mereka, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia dan kantor berita negara RIA Novosti. Seorang diplomat Rusia muncul dari gedung untuk memanggil nama-nama calon visa ketika ledakan terjadi, kata badan tersebut.
Itu adalah yang terbaru dalam serangkaian pemboman dan serangan lainnya sejak Taliban merebut kekuasaan setahun lalu, menggulingkan pemerintah yang didukung Barat dan mengakhiri pemberontakan 20 tahun mereka.
Namun, pemboman hari Senin tampaknya menjadi yang pertama menargetkan misi diplomatik asing di Kabul sejak pengambilalihan Taliban.
Kampanye serangan sebagian besar menargetkan posisi Taliban atau masjid kelompok minoritas, terutama Syiah. Mereka sebagian besar telah disalahkan pada afiliasi kelompok ISIS di Afghanistan, yang menentang Taliban dan menyimpan kebencian yang mematikan terhadap Syiah, menganggap mereka sesat.
Tidak segera jelas mengapa gerilyawan menargetkan kedutaan besar Rusia.
Misi Rusia adalah salah satu dari hanya beberapa misi internasional yang masih beroperasi dan melakukan layanan konsuler di Kabul — dan satu-satunya di Eropa. Sebagian besar negara menutup kedutaan mereka ketika Taliban merebut Kabul pada Agustus 2021 --ketika AS dan NATO menarik pasukan mereka.
Tidak ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban.
Pengakuan Saksi Mata
Serangan itu adalah yang pertama pada misi asing di Afghanistan sejak Taliban berkuasa pada Agustus 2021.
Sebelumnya, seorang pejabat Taliban mengatakan sedikitnya 10 orang terluka. Kantor berita milik negara Rusia RIA melaporkan bahwa seorang diplomat dan seorang penjaga keamanan kedutaan telah terluka.
Laporan media lainnya menyebutkan angka korban lebih tinggi. Selain staf kedutaan, empat warga Afghanistan yang menunggu layanan konsuler tewas, kata polisi seperti dikutip dari BBC.
"Pagi ini, sebuah ledakan terjadi di kedutaan Rusia di Kabul - empat orang dan dua karyawan kedutaan Rusia tewas, dan sejumlah warga Afghanistan terluka," kata juru bicara kepala polisi Taliban di Kabul.
Ia menambahkan bahwa pelaku bom bunuh diri telah terlihat oleh personel Taliban yang menjaga kedutaan ketika dia mendekati orang-orang yang berkumpul di depan gedung.
"Dia diidentifikasi oleh keamanan dan menjadi sasaran, yang menyebabkan ledakan," kata juru bicara itu.
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan "seorang militan tak dikenal meledakkan alat peledak di dekat pintu masuk ke bagian konsuler".
"Tanpa keraguan, kita berbicara tentang aksi teroris, yang sama sekali tidak dapat diterima," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan di Moskow.
Keterangan Saksi Mata
Berbicara dari rumah sakit, orang-orang yang selamat dari serangan itu menceritakan tentang kekacauan setelah ledakan.
"Saya pergi ke kedutaan Rusia untuk mendapatkan visa. Kami sedang duduk di luar," kata seorang pria bernama Faiz Mohammad kepada Reuters. "Petugas konsuler datang dan kami menunjukkan surat-surat, dia membimbing kami menuju pintu masuk kedutaan. Tiba-tiba ledakan terjadi dan saya jatuh ke tanah."
Seorang pria lain bernama Wahidullah berada di dekatnya: "Saya mendengar ledakan besar. Kemudian saya tidak mengerti apa yang terjadi pada saya, hanya ingat ledakan itu melemparkan saya ke jalan. Tangan dan kaki saya tidak berfungsi, lalu sepupu saya lari ke arahku dan membawaku ke rumah sakit ini."
Ahmad Samir, seorang anak laki-laki yang menderita luka di kepala dalam ledakan itu, mengatakan "ada begitu banyak orang yang terluka di sekitar, semua orang melarikan diri dari lokasi".
Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan kehadiran diplomatiknya di Afghanistan. Moskow tidak secara resmi mengakui pemerintah Taliban - tidak ada negara yang mengakuinya. Namun kedua belah pihak telah membahas kemungkinan pembelian komoditas Afghanistan seperti gandum, gas dan minyak dari Moskow.
Kekerasan di Afghanistan telah sangat menurun sejak Taliban kembali berkuasa - di bawah kampanye 20 tahun untuk mengusir pasukan pimpinan AS dari tanah Afghanistan, banyak serangan dilakukan oleh gerilyawan Taliban.
Namun keamanan telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Serangkaian ledakan bom mematikan terutama menargetkan masjid dan komunitas minoritas, banyak yang diklaim oleh kelompok militan ISIS yang melihat Taliban tidak cukup radikal.
Pekan lalu, seorang pembom bunuh diri menyerang salah satu masjid terbesar di Afghanistan barat, menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk seorang imam berpengaruh yang mendukung Taliban.
Advertisement