Liputan6.com, Taipei - Militer China semakin menggunakan pesawat tak berawaknya untuk menekan Taiwan, kata presiden Tsai Ing-wen.
Demi menjaga kawasannya, Taiwan memilih untuk menambah persenjataan strategi intimidasi termasuk “perang kognitif” dan serangan oleh pesawat dan kapal perang.
Baca Juga
Dikutip dari laman The Guardian, Kamis (8/9/2022) Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ancaman dari pemerintah China, yang mengklaim Taiwan adalah provinsi yang suatu hari akan direbut kembali, sejauh ini belum menunjukkan sinyal berakhir.
Advertisement
“Selain sering melakukan intrusi oleh pesawat dan kapalnya, China juga melakukan perang kognitif, menggunakan informasi palsu untuk menciptakan gangguan di pikiran warga serta penggunaan drone,” kata Tsai.
Pidato tersebut, yang disampaikannya kepada tentara selama latihan tembakan pada Selasa, sehari setelah laporan soal pesawat tak berawak militer China masuk ke wilayah Taiwan.
Bulan lalu Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengintensifkan intimidasinya terhadap Taiwan dengan mengepung pulau itu dengan latihan militer dan tembakan langsung.
Sejak itu hampir setiap harim mereka melintasi garis median -- tindakan yang sebelumnya jarang dilakukan dan ini dianggap menantang perbatasan maritim tidak resmi di Selat Taiwan.
Pada Senin kemarin, kementerian pertahanan Taiwan mengatakan sembilan pesawat PLA telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ), termasuk pesawat pengintai BZK-007.
Tentara Taiwan Tembak Jatuh Drone China di Pulau Erdan
Seperti yang telah diperingatkan oleh militer Taiwan pada Minggu (28/8), pasukan tentara akhirnya menembakkan peluru ke pesawat tak berawak China yang gagal mengindahkan peringatan saat terbang di atas pulau Erdan pada Selasa (30/8).
Komando Pertahanan Kinmen (KDC) Angkatan Darat pada pukul 9 malam waktu setempat menyatakan bahwa mulai pukul 16.23 sore waktu Taiwan telah ada tiga drone terbang di atas Pulau Dadan, Pulau Erdan, dan Pulau Shi.
Setelah diperingatkan oleh tentara Taiwan dengan suar sinyal, drone itu terbang menjauh dari pulau-pulau dan ke terbang menuju arah Xiamen China.
Pukul 17.59, drone lain memasuki wilayah udara di atas perairan terbatas Pulau Erdan lagi. Pasukan Taiwan kembali mengeluarkan peringatan sesuai prosedur, seperti dikutip dari Taiwannews.tw, Rabu (31/8/2022).
Namun, karena drone jenis UAV terus mengitari pulau, tentara menembakkan peluru tajam ke drone untuk mengusirnya.
UAV kemudian terbang ke arah Xiamen lagi pada pukul 6 sore. Dalam kondisi ini, KDC "terus menjaga kewaspadaan dan memantau situasi dengan cermat," bunyi pernyataan itu.
Tindakan ini sesuai dengan peringatan yang dikeluarkan oleh KDC pada hari Minggu bahwa pihaknya akan menembak jatuh drone China yang mengganggu dan dianggap gagal mengindahkan peringatan.
Pada hari Senin (29 Agustus), KDC menyatakan bahwa mereka akan melakukan proses empat langkah dalam menangani drone, dan itu mencakup "menembak sinyal suar, melaporkan intrusi, mengusir drone, dan menembak jatuh."
Ini menjadi pertama kalinya KDC melaporkan penembakan dengan peluru ke drone China.
Advertisement
Peringatan Telah Dikeluarkan Sebelumnya
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan pada Minggu (28/8) mengumumkan bahwa tentaranya akan menembak jatuh pesawat tak berawak (drone) China yang gagal mengindahkan peringatan yang telah mereka berikan.
Pernyataan ini keluar setelah ada banyak rekaman yang muncul dan drone (UAV) China membahayakan fasilitas militer Taiwan, seperti dikutip dari laman Taiwannews.tw, Selasa (30/8/2022).
Rekaman foto dan video telah muncul dalam beberapa hari terakhir di media sosial China Weibo yang menunjukkan drone China melanggar aturan wilayah udara Taiwan.
Dalam insiden terbaru pada Sabtu (27/8), sebuah pesawat tak berawak China menangkap rekaman tentara Taiwan yang ditempatkan di pos pengawasan di Kotapraja Lieyu Kabupaten Kinmen.
Pada Minggu (28/8), Komando Pertahanan Kinmen menyatakan bahwa sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP), pasukan menembakkan suar peringatan ke drone dan mempertahankan pengawasan dan kewaspadaan yang tinggi.
Kemudian bersumpah bahwa ketika intrusi drone di masa depan terjadi, Angkatan Darat akan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk "mengusir" drone, seperti membunyikan peluit, menyiarkan peringatan radio, dan menembakkan suar sinyal, tetapi jika UAV gagal untuk pergi, maka akan ditembak jatuh.
Pada 24 Agustus 2022, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan bahwa untuk meningkatkan keamanan pangkalan dan penerbangan serta kemampuan pertahanan masa perang, sistem pertahanan anti-drone yang dikendalikan dari jarak jauh akan dibangun di 45 fasilitas di seluruh Taiwan dari tahun 2022 hingga 2026.
Alokasi Dana Militer
Menurut Liberty Times, lebih dari US$ 141 juta telah dialokasikan untuk sistem pertahanan drone selama periode ini.
Pada tahun 2023, MND akan memperoleh lima set sistem pertahanan drone dan 232 senjata jenis jammer gun, dengan prioritas fasilitas militer di pulau-pulau terluar. Seorang pejabat yang dikutip oleh surat kabar lokal mengatakan bahwa sebelum penerapan sistem pertahanan drone, tinjauan akan dilakukan pada sumber daya militer yang ada untuk menyusun rencana darurat.
MND juga merilis sebuah foto di halaman Facebook-nya yang menyatakan, untuk mempertahankan keamanan nasional, pihaknya akan mengambil "tindakan balasan yang tepat." Mengacu pada drone dan pesawat lain yang menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional dan keselamatan penerbangan, Angkatan Bersenjata akan "mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, termasuk mengusir mereka."
Menurut KDC, telah terjadi 23 penyusupan oleh pesawat tak berawak China di Kabupaten Kinmen sejak Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan pada awal Agustus 2022.
Advertisement