Sukses

Amerika Serikat Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III, Unjuk Kekuatan ke China?

Angkatan Udara Amerika Serikat melakukan uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM) Minuteman III.

Liputan6.com, Los Angeles - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) kembali melakukan uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM) Minuteman III. Rudal tak bersenjata itu diluncurkan di Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg, sekitar 260 kilometer sebelah utara dari pusat kota Los Angeles.

"Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III tak bersenjata milik Komando Serangan Global Angkatan Udara (Air Force Global Strike Command/AFGSC) diluncurkan dalam sebuah uji operasional pada 7 September pukul 01.13 PDT (15.13 WIB) di Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg, California," ungkap Angkatan Udara AS melalui Twitter, dikutip Kamis (8/9/2022).

Menurut pihak AFGSC, tujuan dari pengujian itu adalah untuk memvalidasi dan memverifikasi keselamatan, keamanan, efektivitas, dan kesiapan sistem senjata. Bukan unjuk kekuatan di tengah ketegangan dengan China.

"Wahana re-entry ICBM melakukan perjalanan sekitar 4.200 mil (sekitar 6.759 km) ke Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall," imbuhnya. Pengujian Rudal Minuteman III ini menyediakan data penting untuk memastikan alat pencegah nuklir yang aman, terjamin, dan efektif secara berkelanjutan.

"Pengujian sejenis sebelumnya telah dilakukan sebanyak lebih dari 300 kali, dan pengujian ini tidak dipicu oleh peristiwa dunia yang sedang berlangsung," sebut AFGSC, seperti dilansir Xinhua.

Para penerbang dari unit Missile Wing ke-341 di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom di Montana, unit Missile Wing ke-90 di Pangkalan Angkatan Udara F.E. Warren di Wyoming, dan unit Missile Wing ke-91 di Pangkalan Angkatan Udara Minot di North Dakota mendukung peluncuran uji operasional tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenal Rudal Hellfire Milik AS

Pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri diklaim Amerika Serikat telah terbunuh dalam operasi kontra-terorisme di Afghanistan. Zawahiri dilaporkan tewas setelah dua rudal Hellfire versi modifikasi diluncurkan dari pesawat nirawak AS akhir pekan lalu.

Rudal tersebut mengenai Zawahiri saat dia berdiri di balkon rumahnya di pusat kota Kabul, Afghanistan, tetapi seorang pejabat senior AS mengatakan tak ada orang lain yang tewas atau terluka.

Rudal Hellfire –sebagian besar buatan Lockheed Martin– adalah peluru kendali udara-ke-darat berpresisi tinggi yang biasanya menyebabkan kerusakan besar. Hantamannya mampu meruntuhkan gedung dan membunuh atau melukai orang-orang di dekatnya.

Foto-foto tentang serangan itu di media sosial memperlihatkan ciri khas Hellfire modifikasi bernama R9X, yang memiliki enam pisau untuk melukai sasaran, menurut beberapa sumber yang memahami senjata itu. R9X terutama digunakan untuk menyerang target-target individu, seperti anggota milisi di Suriah.

Foto-foto tersebut menunjukkan jendela yang hancur di lantai dua sementara struktur bangunan rumah itu tetap utuh meski dihantam rudal Hellfire. Rudal Hellfire dimiliki lebih dari 29 entitas, tetapi sangat sedikit yang diketahui publik tentang versi modifikasinya.

3 dari 4 halaman

Joe Biden Berencana Jual Rudal ke Taiwan

Pemerintahan Joe Biden berencana secara resmi meminta Kongres menyetujui penjualan senjata senilai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar 16,3 triliun rupiah ke Taiwan, yang mencakup 60 rudal anti-kapal dan 100 rudal udara-ke-udara.

Dikutip dari Politico, Rabu (31/8/2022), kabar tersebut muncul ketika China terus mengirim kapal perang dan pesawat ke selat Taiwan setiap harinya, sejak beberapa hari setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan—pulau yang diklaim merupakan bagian dari China— dan mengutuk upaya Beijing untuk mengintimidasi Taiwan.

Menanggapi kunjungan Pelosi, China mengadakan latihan militer besar-besaran yang sebelumnya belum pernah terjadi. Latihan itu diadakan di sekitar Taiwan dan terjadi penembakan rudal di sekitar Taiwan.

Setelah pemerintahan Biden mengonfirmasi pemberitahuan tersebut secara resmi, ketua partai Demokrat dan Republik di Senate Foreign Relations Committee and the House Foreign Affairs Committee perlu menandatangi penjualan tersebut sebelum penjualan resmi diselesaikan.

Anggota parlemen AS kemungkinan besar akan menyetujui penjualan ini, tetapi prosesnya dapat berlarut-larut dan berlangsung lama, mengingat adanya reses kongres yang sedang berlangsung.

Terhadap hal tersebut, perwakilan komite dari kedua belah pihak tidak langsung menanggapi dan berkomentar banyak.

Hal ini dilakukan Joe Biden sebagai komitmen AS untuk mendukung Taiwan dan keberlangsungan demokrasi yang ada di Taiwan, setelah anggota-anggota parlemen AS datang secara berturut-turut ke Taiwan untuk mengadakan kunjungan di bulan Agustus 2022 ini.

4 dari 4 halaman

Paket Senjata Senilai US$ 1,1 Miliar

Paket senjata senilai 1,1 miliar dolar AS itu termasuk di antaranya ada 60 rudal AGM-84L Harpoon Block II seharga 355 juta dolar AS (setara dengan 5,3 triliun rupiah), 100 rudal air-to-air AIM-9X Block II Sidewinder seharga 85,6 juta dolar AS (setara dengan 1,3 triliun rupiah), dan 655,4 juta dolar AS (setara dengan 9,7 triliun rupiah) untuk kontrak radar pengawasan. Rudal Sidewinder nantinya akan mempersenjatai pesawat tempur F-16 buatan AS di Taipei.

Hal ini dilakukan dengan fokus untuk mempertahankan sistem militer Taiwan saat ini—daripada menawarkan kemampuan baru yang lebih mungkin meningkatkan ketegangan dengan China yang sudah geram.

Mengutip dari DW.com, Amerika Serikat merupakan salah satu pendukung militer utama Taiwan, mereka menjual senjata dan teknologi pertahanan yang sangat dibutuhkan oleh Taipei. Selama beberapa decade, Washington juga telah menjual berbagai senjata ke pulau itu untuk pasokan senjata pertahanan.

Namun, rencaan penjualan kali ini berbeda karena China sedang terprovokasi oleh AS yang berturut-turut terlihat mendatangi Taiwan, hingga kapal perang bersenjata AS-pun turut datang transit di selat Taiwan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.