Liputan6.com, Islamabad - Korban banjir besar di Pakistan masih butuh bantuan internasional sebagaimana korban meninggal masih terus bertambah dan jutaan orang terdampak. Kondisi ekonomi Pakistan saat ini juga sedang sulit.
Pemerintah Pakistan berkata perubahan iklim menjadi pemicu bencana alam tersebut.
Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Rabu (14/3/2022), hujan dimulai lebih dini tahun ini — pada pertengahan Juni — dan menyapu seluruh desa, jembatan, dan jalan, menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Pada satu titik, sepertiga wilayah negara itu terendam air.
Advertisement
Baca Juga
Pihak berwenang mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan, Selasa mencapai 1.481, dengan 54 orang lainnya meninggal akibat banjir terkait hujan dalam 24 jam terakhir. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di provinsi Sindh yang dilanda bencana. Para ahli mengatakan perubahan iklim menjadi penyebab sebagian besar dari banjir terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Sherry Rehman, Menteri Perubahan Iklim Pakistan, memperingatkan bahwa hujan, yang mereda akhir bulan lalu kembali melanda minggu ini, dan diperkirakan akan terus melanda sebagian besar negara itu dalam beberapa minggu mendatang.
Rehman juga mengungkapkan kekhawatiran hujan akan menghambat operasi penyelamatan dan bantuan yang sedang berlangsung di daerah yang dilanda banjir, akibat sungai yang meluap, gletser yang mencair dengan cepat, dan banjir. Bencana ini telah mempengaruhi 33 juta orang.
Sejauh ini, tim penyelamat telah mengevakuasi 179.281 orang dari daerah Pakistan yang dilanda banjir.
PBB Tingkatkan Jumlah Bantuan Korban Banjir ke Pakistan
Sebelumnya dilaporkan, PBB dengan cepat meningkatkan operasi bantuan di Pakistan di tengah kekhawatiran memburuknya situasi di negara itu karena lebih banyak hujan yang diprediksi akan tiba pada bulan depan.
Hujan yang sangat deras dan banjir di Pakistan telah menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menimbulkan dampak pada lebih dari 33 juta jiwa, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal, serta meluasnya kerusakan dan kehancuran rumah dan sejumlah infrastruktur lainnya.
Perkiraan akan tibanya lebih banyak hujan pada bulan depan mendorong lembaga-lembaga bantuan untuk bertindak, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (8/9).
Badan pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan tiga dari sembilan penerbangan terjadwal pertama yang membawa tikar tidur, peralatan dapur, terpal dan perlengkapan lainnya telah tiba di Pakistan pada Senin (5/9) lalu.
Enam penerbangan lainnya, yang juga membawa bantuan, dijadwalkan meninggalkan Dubai pada Rabu (7/9) dan Kamis (8/9).
Direktur UNHCR untuk wilayah Asia dan Pasifik, Indrika Ratwatte, mengatakan tenda dan barang bantuan inti lainnya akan diangkut dengan truk dari Uzbekistan ke Pakistan.
Ia menambahkan bahwa sekitar 50.000 orang yang sudah lebih dulu mengungsi dari wilayah yang paling parah dilanda banjir telah diprioritaskan untuk mendapatkan bantuan. Ia mengatakan kondisinya kini sangat mendesak untuk menjangkau masyarakat “di lokasi,” yang dekat dengan rumah mereka.
“Mereka tidak mau pergi dari daerah itu karena semua yang tersisa ada di sana. Kerawanan pangan akan menjadi masalah besar karena tanaman pangan telah hancur, dan hanya ada sedikit yang tersisa di pekarangan rumah mereka. Jadi yang kami harus lakukan sekarang adalah mendistribusikan bantuan ke lokasi-lokasi itu,” ujar Ratwatte.
Advertisement
Masalah Air Bersih
Beberapa waktu lalu, Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman, menyebut sepertiga wilayah negaranya telah teredam banjir. Krisis yang terjadi disebut sudah di luar perkiraan dan mempersulit akses air bersih.
"Ini semua lautan yang luas, tidak ada tanah kering untuk memompa air," ujarnya seperti dikutip BBC, Selasa (30/8).
Banjir yang terjadi adalah akibat hujan yang terus-terusan pada Juni 2022. Setidaknya 1.136 orang telah dilaporkan meninggal akibat dampak banjir yang terjadi, termasuk anak-anak.
Hujan musim panas yang bertubi-tubi ini adalah yang paling deras selama satu dekade terakhir. Pemerintah menyalahkan perubahan iklim atas apa yang terjadi.
"Literally, sepertiga Pakistan terendam air saat ini, yang bahkan lebih parah dari setiap batas, bahkan setiap norma yang kita lihat di masa lalu," ujar Menteri Rehman kepada AFP.
"Kita tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini," ia menambahkan.
Pada situs reliefweb, masalah akses air bersih dan penyakit akibat air juga menjadi sorotan. Turut disebutkan bahwa Palang Merah Singapura telah mengirim bantuan.
Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto-Zardari berkata sepertiga yang terbunuh diperkirakan anak-anak. Namun, ia masih memeriksa jumlah pasti dampak banjir.
Pemerintah memperkirakan 33 juta warga Pakistan terdampak banjir ini. Akses ke sejumlah desa pun terputus karena hancurnya jembatan dan jalanan.
"Desa-desa tersapu banjir. Jutaan rumah telah hancur," ujar Perdana Menteri Shehbaz Sharif usai memerisak area terdampak banjir dengan helikopter.
Provinsi yang paling parah terdampak adalah Sindh dan Balochistan, daerah pegunungan seperti Khyber Pakhtunkhwa juga kena. Bantuan internasional dilaporkan sudah berhasil mencapai Pakistan.
Indonesia Siapkan Bantuan Tenaga Medis dan Obat-obatan
Pada awal September 2022, Indonesia sedang menyiapkan bantuan tim tenaga medis, alat kesehatan (alkes) hingga obat-obatan. Persiapan ini baru saja dibahas dalam 'Rapat Tingkat Menteri (RTM) terkait Rencana Pengiriman Bantuan Medis Bencana Banjir di Negara Pakistan' pada Senin (6/9).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy mengatakan, bantuan tenaga medis dan obat-obatan akan dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Arahan itu disampaikan Muhadjir kepada Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono yang ikut menghadiri rapat. Meski begitu, belum disampaikan secara rinci, berapa jumlah tenaga medis maupun obat-obatan yang akan dikirimkan.
"Rapat hari ini terkait rencana pengiriman bantuan medis banjir bandang ke Pakistan. Hal ini tidak lepas dari posisi Bapak Presiden sebagai Presidensi G20 dan kita memiliki hubungan yang sangat baik dengan Pemerintah Pakistan," ujar Muhadjir saat Rapat Tingkat Menteri di Gedung Kemenko PMK, Jakarta, Senin (5/9).
"Pakistan juga memberikan bantuan kepada kita saat bencana. Jadi, kita akan melakukan pengiriman rencana bantuan medis dan non medis. Saya mohon kementerian/lembaga terkait untuk mengkoordinir bantuan. Untuk tim medis, alkes dan obat-obatan, saya minta dikoordinir Kemenkes ya Pak Wamen."
Rapat rencana pengiriman bantuan banjir Pakistan turut dihadiri sejumlah pejabat negara lain, di antaranya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Perwakilan Kemenlu Siti Mauludiah, Perwakilan Kemenkeu Made Arya Wijaya, Perwakilan Kemenhub Maria Kristi Endah, TNI Letjen TNI Eko Margiyono dan Polri Irjen Pol. Indra Miza.
Advertisement